Recep Tayyip Erdogan atau Kemal Kilicdaroglu, Siapa Presiden Turki Berikutnya?

Sejumlah isu jadi sorotan seperti isu pengungsi hingga kebijakan luar negeri

AP Photo/Khalil Hamra
Recep Tayyip Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu bersaing memperebutkan kursi Presiden Turki
Rep: Kamran Dikarma Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, Pemilihan presiden (pilpres) Turki putaran kedua digelar pada Ahad (28/5/2023). Recep Tayyip Erdogan selaku pejawat dan pemimpin oposisi sekaligus ketua Partai Rakyat Republik (CHP) Kemal Kilicdaroglu bersaing memperebutkan kursi nomor satu di negara Transkontinental tersebut.

Masyarakat Turki mulai mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) sejak TPS dibuka pukul 08:00 waktu setempat. Lebih dari 64,1 juta orang, termasuk warga Turki di luar negeri, tercantum dalam daftar pemilih tetap. Di dalam negeri, Turki menyiapkan 191.885 kotak suara. Proses pemungutan suara akan berlangsung hingga pukul 17:00 waktu setempat.

Ada beberapa isu yang menjadi perhatian dalam pilpres Turki kali ini. Di bidang ekonomi, sejumlah ekonom menilai, kebijakan “tak ortodoks” Erdogan terkait suku bunga rendah di tengah kenaikan harga-harga menjadi pemicu inflasi hingga 85 persen tahun lalu. Kilicdaroglu selaku lawan Erdogan dalam pilpres telah berjanji akan mengembalikan kebijakan ekonomi Turki ke jalur lebih ortodoks dan memulihkan kemandirian bank sentral negara tersebut.

Selain ekonomi, isu pengungsi atau migran juga disorot. Turki telah menjadi negara yang paling banyak menampung pengungsi Suriah. Saat ini jumlahnya diperkirakan mencapai 3,7 juta orang. Di tengah ekonomi yang melemah, sentimen kebencian mulai tumbuh terhadap para pengungsi Suriah dan populasi migran lainnya.

Menyadari adanya sentimen demikian, pada Jumat (26/5/2023), pemerintahan Erdogan mengumumkan bahwa mereka telah memulangkan lebih dari 550 ribu pengungsi Suriah ke wilayah yang sudah bebas teroris. “Kami mengirim kembali 553 ribu imigran ke wilayah yang kami bersihkan dari terorisme,” kata Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi NTV.

Cavusoglu mengatakan 240 ribu rumah akan dibangun di Suriah utara, tempat 1 juta pengungsi akan dimukimkan. "Kami ingin mengirim warga Suriah tidak hanya ke tempat-tempat yang aman, tetapi juga ke tempat-tempat yang dikendalikan oleh rezim (Presiden Suriah Bashar al-Assad)," ucapnya.

Sementara itu di sisi lain, Kemal Kilicdaroglu telah mengumumkan bahwa pencalonannya sebagai presiden didukung oleh Wakil Ketua Partai Gerakan Nasionalis (MHP) Umit Ozdag. Ozdag dikenal sebagai tokoh yang memiliki pandangan anti-migran. Langkah Kilicdaroglu menggandeng Ozdag dinilai merupakan strategi untuk menarik lebih banyak pemilih yang sudah memiliki keresahan terhadap migran.

Selain ekonomi dan migran atau pengungsi, isu kebijakan luar negeri juga turut menjadi perhatian. Di bawah pemerintahan Erdogan, Turki sudah melenturkan kekuatan militernya di Timur Tengah. Ankara pun menjalin hubungan lebih erat dengan Rusia. Sementara hubungan dengan Amerika Serikat (AS) serta Uni Eropa menjadi lebih kompleks dan cenderung mengarah pada ketegangan.

Menjelang penyelenggaraan pilpres Turki putaran pertama pada 14 Mei 2023 lalu, Erdogan mengkritik Kemal Kilicdaroglu yang menuduh Rusia berusaha mengintervensi pilpres di negara tersebut. “Apa yang dikatakan juru bicara Kremlin? (Dmitry) Peskov mengatakan: Dia (Kilicdaroglu) berbohong, dia harus menjelaskan, dan dia harus membuktikannya’,” kata Erdogan dalam acara kampanyenya yang digelar di Istanbul 13 Mei 2023 lalu, dikutip laman Anadolu Agency.

Erdogan pun mempertanyakan bukti yang dimiliki Kilicdaroglu terkait tuduhannya terhadap Moskow. “Apakah Anda punya bukti? Tidak! Kemudian, dia mulai bergeser. Dia berkata: 'Kami mendengar seperti itu. Tidak ada bukti tapi (itu) mungkin'. Politik macam apa itu? Bangsa saya tidak akan menyerahkan negara ini kepada Anda," ujar Erdogan.

Erdogan mengatakan, Rusia adalah salah satu sekutu penting Turki di bidang pertanian, industri pertahanan, dan pariwisata. "Dari mana hampir 5,5 juta turis datang kepada kita? Itu berasal dari Rusia. Apa yang akan Anda lakukan? Apakah Anda akan melakukannya dengan instruksi yang Anda terima dari Amerika? Apakah Anda akan melakukannya berdasarkan instruksi yang Anda dapatkan dari (Presiden AS Joe) Biden?” ucapnya.

"Biden menginstruksikan bahwa 'Kita harus menjatuhkan Erdogan'. Saya tahu ini. Semua orang-orang saya tahu ini. Sekarang, besok, kotak suara akan memberikan jawaban kepada Biden juga," kata Erdogan.


Baca Juga

Sebelumnya Kemal Kilicdaroglu mengatakan, partainya memiliki bukti konkret tentang intervensi Rusia menjelang pilpres di negara tersebut. “Kepada teman-teman Rusia, Anda berada di balik montase, konspirasi, konten deep fake, dan rekaman yang diekspose di negara ini kemarin. Jika Anda ingin persahabatan kita berlanjut setelah 15 Mei (2023), singkirkan tangan Anda dari negara Turki. Kami masih mendukung kerja sama dan persahabatan,” tulis Kilicdaroglu lewat akun Twitter pribadinya, 12 Mei 2023 lalu.

Kilicdaroglu mengungkapkan, jika tidak memiliki bukti, dia tak akan membuat cicitan tersebut di Twitter-nya. “Kami merasa tidak dapat menerima jika negara lain ikut campur dalam proses pemilu Turki untuk mendukung partai politik. Saya ingin seluruh dunia menyadari hal ini, itulah mengapa saya membuat kicauan ini secara terbuka melalui tweet,” ujarnya dalam sebuah wawancara.

Kilicdaroglu tak menjelaskan lebih detail tentang konten deep fake yang disebutnya didalangi Rusia. Moskow kemudian segera membantah tuduhan Kilicdaroglu. "Kami sangat menolak pernyataan seperti itu, kami secara resmi menyatakan tidak ada campur tangan. Jika seseorang memberikan informasi seperti itu kepada Tuan Kilicdaroglu, maka mereka pembohong, hanya itu yang bisa saya katakan," kata Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media, Jumat lalu, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Dia mengungkapkan, secara umum, Rusia sangat menghargai hubungan bilateral dengan Turki. Sebab sejauh ini Turki telah mengambil posisi sangat bertanggung jawab, berdaulat, dan bijaksana dalam berbagai masalah regional serta global yang dihadapi Moskow. “Dan posisi (Turki) ini sangat kami sukai. Sebagai negara yang menghargai hubungan bilateral, ia akan memastikan tidak melakukan apa pun yang menentang mitranya," ujar Peskov.

Peskov menekankan, Rusia telah berulang kali menyatakan dan menegaskan tidak mencampuri urusan dalam negeri serta proses pemilu negara lain. Menurutnya, Kemal Kilicdaroglu harus mengingat bagaimana AS menuduh Rusia mencampuri pilpresnya pada 2020. “Mereka (AS) menghabiskan puluhan juta dolar untuk penyelidikan dan kemudian sampai pada kesimpulan bahwa tidak ada campur tangan," ucap Peskov.

Dalam pilpres putaran pertama yang digelar 14 Mei 2023 lalu, Erdogan dan Kilicdaroglu sama-sama gagal memperoleh suara di atas 50 persen. Erdogan menghimpun 49,51 persen suara, sedangkan Kilicdaroglu memperoleh 44,88 persen suara. Putaran kedua pilpres bakal digelar pada 28 Mei mendatang.

Sementara itu dalam pemilu parlemen yang digelar bersamaan pada 14 Mei 2023 lalu, partai Erdogan, yakni Partai Keadilan dan Pembangunan (AK Party), berhasil memenangkan mayoritas kursi. Dari 600 kursi yang diperebutkan, AK Party mengamankan 266 kursi. Sedangkan partai CHP yang dipimpin Kilicdaroglu memperoleh 166 kursi.

 
Berita Terpopuler