Kini Lembaga Survei Berbalik Unggulkan Erdogan, Raih 52,7 Persen Suara

Suara warga Kurdi juga menjadi kunci kemenangan putaran dua pilpres.

EPA-EFE/SEDAT SUNA
Pendukung calon presiden Turki Kemal Kilicdaroglu (tidak ada dalam foto), pemimpin oposisi Partai Rakyat Republik (CHP), menghadiri acara kampanye pemilihannya di Istanbul, Turki, Sabtu (6/5/2023). Turki akan mengadakan pemilihan umum pada 14 Mei 2023 dengan dua sistem -putaran untuk memilih presidennya, sedangkan pemilihan parlemen akan diadakan secara serentak.
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Hari ini (28/5/2023) warga Turki kembali mendatangi tempat pemungutan suara (TPS) untuk memberikan dukungan atas dua capres, yaitu Recep Tayyip Erdogan dan Kemal Kilicdaroglu. Jika menang, Erdogan memasuki tiga dekade kepemimpinannya di Turki. 

TPS akan dibuka pada pukul 08.00 dan secara resmi ditutup pada pukul 17.00 waktu setempat. Pada Ahad tengah malam baru akan terlihat indikasi kuat siapa yang memperoleh mayoritas dukungan suara dari warga Turki. 

Pada putaran pertama pilpres, Erdogan mematahkan prediksi lembaga-lembaga survei yang menyatakan dia akan kalah dari pesaing utamanya, Kilicdaroglu. Namun ia justru unggul dengan perolehan suara 49,5 persen dan pesaingnya 44,9 persen. 

Di tengah krisis ekonomi yang melanda Turki, ia masih populer. Bahkan partai pendukungnya, AKP meraih suara mayoritas di pemilu parlemen yang juga digelar pada 14 Mei lalu. Dengan demikian Erdogan dan AKP masih didukung mayoritas dari 85 juta penduduk Turki. 

Baca Juga: Erdogan-Kilicdaroglu Serukan Pemilih Datangi TPS pada Pilpres Hari Ini

Jajak pendapat pada 20-21 Mei 2023 oleh lembaga survei Konda, menyebutkan pada putaran kedua pilpres ini Erdogan meraih duungan 52,7 persen suara sedangkan Kilicdaroglu 47,3 persen, pemilih yang belum menentukan pilihan juga masuk dalam penghitungan. 

Selain dukungan partai dari masing-masing koalisi, suara warga Kurdi juga menjadi kunci. Mereka berjumlah seperlima dari total populasi Turki. Partai pro-Kurdi, Peoples' Democratic Party (HDP) pada putaran pertama mendukung Kilicdaroglu. 

Namun, setelah Kilicdaroglu condong ke kelompok nasionalis setelah pilpres putaran pertama, akhirnya HDP tak secara eksplisit menyebut nama Kilicdaroglu untuk putaran kedua. Mereka mendesak agar menghentikan ‘one-man regime’ Erdogan. 

Turki di Persimpangan - (Republika)

 

 

Tradisi demokrasi 

Nicholas Danforth, sejarawan Turki dan non-resident fellow di lembaga think tank ELIAMEP, mengatakan Turki memiliki tradisi panjang nasionalisme dan demokrasi. Saat ini, menurut dia, jelas kelompok nasionalis lebih dominan. 

‘’Erdogan menggabungkan kebanggaan nasional dan religius, menawarkan penolakan elitisme kepada para pemilih,’’ kata Danforth. Banyak orang tahu siapa Erdogan, visinya untuk negara, dan tampaknya kebanyakan dari mereka telah membuktikannya. 

Erdogan berupaya mengatasi tantangan politik yang berat selama ini. Ia memelihara loyalitas pemilih saleh yang merasa tertekan dalam situasi sekuler Turki. Tak hanya itu, ia mampu bertahan dari upaya kudeta dan skandal korupsi. 

Di sisi lain, Erdogan dianggap terlalu memegang kendali sebagian besar lembaga di Turki. Human Rights Watch dalam World Report 2022, menyatakan, pemerintahan Erdogan membuat mundur catatan HAM Turki dalam beberapa dekade ini. 

Baca Juga: Pendukung Yakin, Erdogan Menang Bersamaan dengan Perayaan Penaklukan Konstantinopel 1453

Namun, jika akhirnya warga Turki menghentikan kekuasaan Erdogan pada putaran kedua pilpres hari ini, penyebabnya besarnya karena turunnya kemampuan mereka memenuhi kebutuhan dasar. Inflasi tinggi saat ini membekap Turki. 

Kilicdaroglu mantan PNS, menjanjikan perubahan kebijakan Erdogan yang membuat Turki dalam krisis ekonomi saat ini. Ia bakal merombak kebijakan dalam negeri, luar negeri, dan ekonomi tentunya. Ia pun berencana mengubah sistem pemerintahan. 

Saat ini, Turki menjalankan sistem pemerintahan presidensial menyusul referendum pada 2017. Sebelumnya, Turki menganut sistem parlementer. Perdana menteri menjadi jabatan tertinggi dalam pemerintahan. Saat ini adalah presiden. 

 

 

 

 
Berita Terpopuler