KTT Liga Arab Adopsi Deklarasi Jeddah

KTT Liga Arab bahas konflik Palestina-Israel, Sudan, Yaman, Libya, dan Lebanon.

EPA-EFE/SAUDI PRESS AGENCY HANDOUT
Foto selebaran yang disediakan oleh Saudi Press Agency (SPA) menunjukkan Presiden Suriah Bashar al-Assad (kedua kiri) disambut oleh Wakil Gubernur Wilayah Makkah Arab Saudi, Pangeran Badr bin Sultan bin Abdulaziz Al Saud (tengah), di menjelang KTT Liga Arab, di Bandara Internasional King Abdulaziz, di Jeddah, Arab Saudi, Kamis (18/5/2023).
Rep: Rizky Jaramaya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Liga Arab ke-32 telah berakhir dengan mengadopsi Deklarasi Jeddah. Liga Arab menegaskan kembali perlunya persatuan untuk mencapai keamanan dan stabilitas.

KTT Liga Arab membahas berbagai topik, termasuk konflik Palestina-Israel dan perkembangan di Sudan, Yaman, Libya, dan Lebanon. Diselenggarakan di Jeddah, Arab Saudi, KTT mengundang Suriah untuk pertama kalinya dalam lebih dari satu dekade.

Liga Arab menyambut baik kembalinya Suriah ke kelompok tersebut setelah diisolasi selama bertahun-tahun. Liga Arab menyuarakan harapan bahwa langkah ini akan berkontribusi untuk stabilitas dan persatuan Suriah.

"(Kita) harus mengintensifkan upaya Arab untuk membantu Suriah menyelesaikan krisisnya," kata deklarasi itu, dikutip dari Al Arabiya, Jumat (19/5/2023).

Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengatakan, Saudi akan mengadakan diskusi dengan mitra Barat mengenai hubungan dengan Suriah. Washington dan Eropa telah mengkritik keputusan Liga Arab untuk menormalisasi hubungan dengan rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad.

Liga Arab menangguhkan Suriah pada November 2011 atas tindakan keras rezim Assad yang mematikan terhadap protes. Kekerasan ini kemudian berkembang menjadi konflik yang telah menewaskan lebih dari 500 ribu orang dan membuat jutaan orang mengungsi.

Baca Juga

Konflik Palestina-Israel

Terkait konflik Palestina-Israel, para anggota menegaskan kembali sentralitas perjuangan Palestina. Liga Arab juga menegaskan kembali hak Palestina atas otoritas absolut di semua wilayah yang diduduki Israel pada 1967, termasuk Yerusalem timur.

Para anggota juga menyuarakan pentingnya mengaktifkan Inisiatif Perdamaian Arab. Inisiatif itu diusulkan Saudi dan didukung oleh Liga Arab dalam KTT di Beirut pada 2002.

Kekerasan Israel-Palestina telah meningkat selama beberapa bulan terakhir. Serangan militer Israel dan kekerasan pemukim Yahudi terhadap Palestina di Tepi Barat juga semakin meningkat. Sejak Januari, lebih dari 140 warga Palestina dan sedikitnya 19 warga Israel dan warga asing tewas di Tepi Barat dan Israel.

Situasi Sudan
Sementara itu, mengenai situasi di Sudan, Deklarasi Jeddah deklarasi tersebut menolak campur tangan asing yang mengobarkan konflik dan mengancam keamanan dan stabilitas regional. Liga Arab mendesak dialog dan persatuan di antara pihak yang bertikai.

Pertempuran antara tentara dan kelompok paramiliter Pasukan Dukungan Cepat (RSF) berlangsung di Sudan sejak 15 April. Konflik tersebut telah membuat sekitar 843 ribu orang Sudan mengungsi di daerah sekitar, dan memaksa sekitar 250 ribu orang mengungsi ke negara-negara tetangga.

Pekan lalu, pembicaraan yang dimediasi AS-Saudi antara kedua belah pihak di Jeddah membuat sedikit terobosan setelah menandatangani perjanjian untuk melindungi warga sipil Sudan. Selama konferensi pers, Pangeran Faisal mengatakan, Riyadh dan Washington terus bekerja sama agar pihak yang bertikai di Sudan menghentikan kekerasan.

Diplomat tertinggi Saudi itu meminta semua pihak untuk segera menghentikan pertempuran dan melanjutkan dialog. Namun dia mencatat masih terlalu dini untuk membahas terobosan. Liga Arab menyuarakan penolakan campur tangan asing dalam urusan internal negara-negara Arab.

"(Kami) sepenuhnya menolak mendukung pembentukan milisi bersenjata, (dan memperingatkan) bahwa konflik militer internal hanya akan memperburuk penderitaan rakyat,” ujar pernyataan Liga Arab dalam Deklarasi Jeddah.

Deklarasi Jeddah menyebutkan, selama kepresidenan Arab Saudi di Liga Arab, Saudi akan memperkuat aksi bersama negara-negara Arab di berbagai sektor budaya, ekonomi, sosial dan lingkungan. Inisiatif ini termasuk mengajarkan bahasa Arab kepada penutur asing, yang menargetkan anak-anak imigran Arab generasi kedua dan ketiga untuk meningkatkan komunikasi antara negara-negara Arab dan seluruh dunia.

Inisiatif lain bertujuan untuk mempertahankan rantai pasokan komoditas pangan pokok untuk negara-negara Arab. Hal ini akan dilaksanakan dengan menggunakan beberapa langkah, termasuk memberikan peluang investasi dengan kelayakan ekonomi dan keuangan dan berkontribusi untuk mencapai ketahanan pangan bagi dunia Arab.

 
Berita Terpopuler