Studi Ungkap Konsumen di AS Kian Sadar Pakai Produk Ramah Lingkungan

Faktor keberlanjutan jadi aspek paling penting saat berbelanja.

Republika/Wihdan
Wanita berbelanja di supemarket (ilustrasi). Menurut jajak pendapat di AS, sebagian responden mengaku rela membayar lebih demi mendapatkan produk yang dibuat secara berkelanjutan.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah studi mengungkap bahwa konsumen telah memiliki kesadaran tinggi untuk menggunakan barang ramah lingkungan. Jajak pendapat terhadap 2.000 orang dewasa di Amerika Serikat itu digagas oleh perusahaan jasa pengelolaan limbah industri Covanta.

Dalam studi yang dilakukan oleh OnePoll itu, empat dari 10 responden menganggap faktor keberlanjutan jadi aspek paling penting saat berbelanja. Sekitar 46 persen responden percaya barang yang terbuat dari bahan daur ulang lebih baik daripada barang yang diproduksi secara konvensional.

Sementara itu, 45 persen responden bersedia membelanjakan lebih banyak uang untuk produk yang dibuat secara berkelanjutan daripada yang tidak. Sejumlah 56 persen juga cenderung berbelanja dari perusahaan yang menggunakan bahan daur ulang dalam produknya.

Survei juga menemukan bahwa 91 persen responden sudah melakoni praktik keberlanjutan, baik di rumah atau lingkungan sekitar. Caranya, dengan mendaur ulang barang (65 persen), membawa tas belanja yang bisa digunakan kembali (51 persen), dan mendaur ulang barang elektronik (44 persen).

"Jelas bahwa mayoritas individu peduli terhadap lingkungan dan ingin mengambil tindakan untuk memerangi perubahan iklim, tetapi ada tantangan besar yang mengadang," kata chief sustainability officer Covanta, Tequila Smith, dikutip dari laman Study Finds, Senin (1/5/2023).

Ada 48 persen konsumen yang berpikir bahwa produsen atau perusahaan harus lebih bertanggung jawab atas limbah yang dihasilkan produknya. Sebanyak 63 persen responden percaya penting bagi perusahaan untuk memiliki sikap yang kuat terhadap aspek keberlanjutan.

Responden menganggap perusahaan perlu bertindak terkait aliran limbah. Beberapa tindakan itu yakni menghancurkan bahan berbahaya dengan aman (59 persen), menggunakan kembali dan mendaur ulang bahan bila memungkinkan (58 persen), dan membuat produk dengan bahan yang dapat didaur ulang (53 persen).

Baca Juga

Enam dari 10 responden (63 persen) meyakini bahwa perusahaan yang berfokus dalam aksi berkelanjutan dapat membuat perbedaan dalam krisis iklim global. Sekitar 62 persen orang memperkirakan perusahaan akan berupaya lebih keras dalam keberlanjutan dalam lima tahun ke depan.

Sebanyak 58 persen responden lebih cenderung berbelanja dari perusahaan yang mengelola limbah produksi secara berkelanjutan. Smith berpendapat, perusahaan memiliki dampak besar terhadap lingkungan sehingga sudah sepatutnya bertanggung jawab atas limbah yang dihasilkan.

Perusahaan dapat mencapai itu dengan memanfaatkan opsi layanan berkelanjutan yang memaksimalkan penggunaan kembali produk yang berkontribusi pada ekonomi sirkular. Menurut Smith, selain manfaat ekologis, perusahaan harus menyadari manfaat lain yang kurang diketahui terkait tindakan signifikan menuju keberlanjutan.

"Ada "keinginan" yang jelas dari orang-orang untuk produk yang dibuat secara berkelanjutan dan tingkat inspirasi yang didapatkan ketika mereka melihat perusahaan yang disukai melakukan sesuatu yang baik untuk lingkungan," kata Smith.

 
Berita Terpopuler