Kans Mahfud Jadi Cawapres Ganjar Menurut Pengamat

Nama Mahfud MD sempat disebut Jokowi sebagai salah satu kandidat cawapres Ganjar.

Republika/Prayogi
Menko Polhukam Mahfud MD. Mahfud menjadi salah satu tokoh yang disebut-sebut berpeluang menjadi calon wakil presiden (cawapres) pada Pilpres 2024. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrianto Adi Saputro, Dadang Kurnia, Ronggo Astungkoro

Baca Juga

Nama Menko Polhukam Mahfud MD masuk radar bakal calon wakil presiden (cawapres) seusai Ganjar Pranowo resmi diumumkan oleh PDIP sebagai calon presiden (capres) untuk Pilpres 2024. Namun, kans Mahfud menjadi pendamping Ganjar dinilai kecil oleh sebagian pengamat politik.

Direktur Eksekutif Indonesian Presidential Studies (IPS), Nyarwi Ahmad, menilai, ada dua alasan mengapa Mahfud berpeluang kecil dampingi Ganjar di Pilpres 2024. 

"Dukungan dari elite-elite pimpinan parpol untuk menominasikan Mahfud sebagai sosok cawapres pendamping Ganjar belum muncul. Kedua, data-data survei dari lembaga-lembaga kredibel juga mengindikasikan dukungan pemilih ke Mahfud sebagai sosok cawapres juga masih sangat rendah," kata Nyarwi, Kamis (27/4/2023). 

Namun, menurut Nyarwi dinamika elektoral masih terus berlangsung.  Berbagai perubahan dukungan pemilih pada sosok capres maupun cawapres masih bisa naik turun.

"Saya kira ketum-ketum partai yang nantinya bergabung dengan PDIP untuk memasangkan kandidat cawapres yang mendampingi Ganjar akan mematok sejumlah kriteria yang harus dipenuhi oleh para kandidat cawapres yang dapat dipasangkan dengan Ganjar," ujarnya. 

Pakar Komunikasi Politik Universitas Gadjah Mada tersebut mengatakan naik-turunnya peluang tokoh yang potensial mendampingi Ganjar ditentukan dua faktor utama. Pertama, tingkat dukungan dari para elite-elite ketua umum parpol yang nantinya berkoalisi PDIP pada tokoh tersebut. Kedua, dinamika tingkat dukungan pemilih pada tokoh tersebut

"Namun jika isu tersebut kurang dipandang penting oleh elite-elite parpol dan juga oleh para pemilih, maka peluang Mahfud untuk mendapatkan tiket Cawapers dan dinominasikan oleh partai-partai pendukung Presiden Jokowi, saya kira akan makin kecil," ungkapnya 

Ia menjelaskan, kriteria tersebut bisa bersumber dari variabel/faktor elektoral, seberapa kuat didukung oleh pemilih. Jika isu penegakan hukum di masa depan dianggap isu yang paling krusial dan makin krusial di mata elite dan juga mayoritas pemilih Indonesia, maka peluang Mahfud makin besar.

"Ini masih tahap awal," tuturnya. 

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari menilai akan ada satu kesamaan dalam pencarian cawapres baik untuk bakal capres Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto. Satu kesamaan tersebut adalah sosok cawapres itu memiliki latar belakang dari Nahdlatul Ulama (NU).

"Saya punya kecenderungan untuk mengatakan bahwa baik Pak Prabowo, Pak Ganjar, maupun Mas Anies itu kecenderungannya akan mencari figur (calon) wakil presiden dengan latar belakang Nahdlatul Ulama," ujar Qodari lewat keterangan video, Ahad (23/4/2023).

Menurutnya, sosok dengan latar belakang NU bertujuan untuk mengeruk suara di Jawa Timur pada pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Untuk Ganjar, Jawa Timur adalah daerah potensial, mengingat Jawa Tengah sudah pasti menjadi basis PDIP.

"PDI Perjuangan hampir pasti mencari figur dengan latar belakang calon Nahdlatul Ulama. Karena apa? karena PDI Perjuangan ini partai nasionalis, secara ideologi dan secara elektoral mereka tertarik ingin bertemu Islam tradisional," ujar Qodari.

Anies dinilai telah memiliki basis suara yang besar di DKI Jakarta dan Banten, maka untuk meraup dukungan di Jawa Timur ia harus mencari sosok cawapres dengan latar belakang NU. Sedangkan Prabowo juga dinilainya akan melakukan hal serupa.

Saat ini, setidaknya ada lima tokoh dengan latar belakang NU yang berpotensi menjadi cawapres. Pertama adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa yang pernah dikait-kaitkan dengan Anies dan Prabowo.

Kedua adalah Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang memiliki tingkat pengenalan yang sangat tinggi di masyarakat. Selanjutnya adalah Menteri BUMN Erick Thohir yang merupakan bagian dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Anggota Kehormatan Banser.

"Erick Thohir sekarang menjadi bagian keluarga besar Nahdlatul Ulama, Ansor Banser, Ketua Hari Ulang Tahun Nahdlatul Ulama," ujar Qodari.

Keempat adalah Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Mahfud MD. Namanya sedang mengalami kenaikan setelah banyaknya dukungan dalam mengusut transaksi mencurigakan sebesar Rp 349 triliun di lingkungan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

"Kemudian Muhaimin Iskandar (Ketua Umum PKB), Nahdlatul Ulama juga. Jadi saya pikir ini sikok bagi limo, ketiga calon presiden ini, bukan mustahil menurut saya tidak jauh-jauh dari lima nama ini, memang calon wakil presiden itu ya dia ketika latar belakangnya sama yang akan menentukan adalah elektabilitas," ujar Qodari.

 

Mahfud MD sebelumnya menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut dirinya sebagai salah satu kandidat cawapres pendamping Ganjar Pranowo di Pilpres 2024. Mahfud menyambut baik pernyataan Jokowi tersebut.

"Ya kita lihat saja lah, itu (pernyataan Jokowi) bagus," kata Mahfud di Hotel Sheraton, Surabaya, Senin (24/4/2023).

Mahfud merasa belum waktunya dirinya mendeklarasikan kesiapan maju mendampingi capres yang sudah ada. Menurutnya, tunjuk menunjuk soal kandidat cawapres baru sekedar lempar bola. Artinya, belum ada yang benar-benar pasti.

"Ini kan belum waktunya, itu (kandidat cawapres) baru saling lempar bola. Belum ada yang sebenarnya final di situ. Jadi lempar bolanya masih cukup lama," ujarnya.

Kecuali, kata Mahfud, soal capres yang memang ada beberapa partai sudah mendeklarasikan siapa yang akan diusung pada Pilpres 2024. "Kecuali mungkin capresnya, sudah ada definitif. Misalnya mungkin Pak Anies (Baswedan) sudah agak definitif, saya katakan agak," kata Mahfud.

Apalagi, lanjut Mahfud, PDI Peejuangan yang sudah memberikan tiket capres kepada Ganjar Pranowo. "Kalau PDIP sudah definitif karena PDIP mengumumkan dia tiketnya sudah terpenuhi. Yang lain masih lempar-lempar bola," ujarnya.

Biar bagaimana pun, kata Mahfud, situasi tersebut menandakan demokrasi Indonesia kini telah maju. Buktinya, kata dia, setiap orang bisa leluasa menyebut orang sebagai calon presiden dan wakil presiden.

"Seperti yang saya katakan demokrasi kita ini sekarang maju, orang bisa nyebut nama orang untuk jadi presiden, wakil presiden, bisa nyebut dirinya sendiri, itu bisa," kata Mahfud.

Keadaan demokrasi ini, kata dia, berbeda jauh dengan situasi politik saat Orde Baru. Dimana orang tak bisa sembarangan menyebut calon presiden atau wakil presiden.

"Kalau dulu kan tidak bisa. Sebelum reformasi nggak bisa sembarangan orang nyebut calon. Itu dibicarakan di balik meja semua dan kadangkala sudah selesai tiba-tiba diumumkan," kata dia.

Elektabilitas cawapres

Berdasarkan survei terbaru lembaga survei, nama Mahfud memang belum masuk dalam tiga besar elektabilitas tokoh yang digadang-gadang akan menjadi cawapres pada 2024. Hasil survei Indikator Politik Indonesia, misalnya, empat besar nama yang tak asing dalam bursa cawapres 2024, yakni Ridwan Kamil (RK), Sandiaga Uno, Erick Thohir, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).

"Ini Ridwan Kamil masih unggul. Disusul Sandi dan Erick," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam pemaparannya secara daring, dikutip Kamis (20/4/2023).

Survei Indikator mencatat elektabilitas Ridwan Kamil (RK) berada pada angka 19,7 persen. Sosok gubernur Jawa Barat itu menjadi yang paling banyak dipilih oleh responden untuk menjadi cawapres.

Di bawah RK ada Sandiaga Uno yang mendapatkan dukungan dari 18,4 persen responden. Sementara dukungan untuk Erick Thohir berada cukup jauh dari RK maupun Sandiaga Uno, yakni 11,8 persen.

Di luar tiga nama tersebut, ada nama AHY, Khofifah Indar Parawansa, Puan Maharani, dan Muhaimin Iskandar dengan elektabilitas tidak sampai sepuluh persen.

"Elektabilitas cawapres juga tidak terlalu jauh bedanya terutama empat nama teratas. Ridwan, Sandi, Erick, dan AHY,” jelas dia.

 

Indikator Politik Indonesia melaksanakan survei telepon itu dengan metode random digit dialing atau RDD. Secara keseluruhan ada 1.212 responden yang dilibatkan dalam survei tersebut.

Seluruhnya dipilih melalui proses pembangkitan nomor telepon secara acak, validasi, dan skrining. Margin of error dalam survei itu diperkirakan berada pada angka lebih kurang 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Sebelumnya, survei teranyar Lembaga Survei Indonesia (LSI) juga memunculkan lima nama bakal cawapres untuk Pilpres 2024. Kelima nama tersebut, yakni Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Erick Thohir, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Khofifah Indar Parawansa.

"Untuk wakil presiden, nama dua terbesar itu masih Ridwan Kamil dan Sandi Uno," ujar Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan, dikutip Senin (10/4/2023).

Djayadi menjelaskan, dari hasil survei cawapres untuk 2024, Ridwan Kamil mendapat dukungan dari 19,6 persen responden, sementara Sandiaga Uno 18,9 persen. Mengekor di bawah keduanya Erick Thohir, AHY, dan Khofifah Indar Parawansa. Tapi, ketiga nama tersebut tak ada yang mendapat dukungan di atas 15 persen.

Hasil survei tersebut menunjukkan, sejauh ini belum ada perubahan dalam hasil survei untuk pengisi posisi cawapres. Nama gubernur Jawa Barat itu masih menjadi nama yang dinilai berpeluang paling kuat menjadi cawapres.

"Ini kalau kita menggunakan simulasi delapan nama. Nama-nama yang sering disebut sebagai bakal calon wakil presiden yang cukup kuat,” kata Djayadi.

Dalam survei tersebut LSI juga menggunakan metode RDD. Total responden yang mereka wawancarai sebanyak 1.229 orang yang dihubungi secara acak. Margin of error dalam survei tersebut berada pada angka kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

 

elektabilitas bakal cawapres menurut survei. - (infografis Republika)

 
Berita Terpopuler