Ilmuwan Temukan Lubang Aneh yang Memuntahkan Cairan Panas di Dasar Laut

Memahami pergerakan cairan di zona subduksi Cascadia dapat membantu peneliti menentukan dengan tepat risiko gempa bumi.

network /Ilham Tirta
.
Rep: Ilham Tirta Red: Partner

Cairan yang menyembur dari dasar laut di lepas pantai Oregon berasal dari zona subduksi Cascadia. Gambar: Universitas Washington

ANTARIKSA -- Lubang yang memuntahkan cairan hangat dari batas antar lempeng tektonik telah ditemukan di dasar lautan lepas pantai Oregon. Para peneliti menduga fenomena aneh yang belum pernah dilihat sebelumnya ini dapat memberikan wawasan tentang risiko gempa bumi di sepanjang patahan berbahaya, meskipun belum jelas bagaimana persisnya pengaruhnya terhadap tektonik.

Zona subduksi Cascadia membentang dari Pulau Vancouver ke California utara. Itu adalah wilayah lepas pantai tempat penjelajah, Juan de Fuca dan Gorda, meluncur di bawah lempeng benua Amerika Utara. Menurut Oregon Department of Emergency Management, batas lempeng ini mampu menghasilkan gempa berkekuatan 9 atau lebih, angka terkuat bagi ukuran gempa Bumi. Gempa dahsyat di sana juga bisa disertai gelombang tsunami setinggi 30,5 meter.

Sekarang, penelitian yang diterbitkan pada 25 Januari 2023 di jurnal Science Advances menemukan empat lubang kecil seperti ventilasi yang menggelegak memuntahkan cairan di lepas pantai Newport, Oregon. Serangkaian lubang itu berada di dasar laut, 1.040 meter di bawah permukaan laut.

Lubang ini, masing-masing berukuran sekitar 5 sentimeter dan berjarak sekitar 80 kilometer dari pantai. Geokimia cairan yang dimuntahkan mengungkapkan bahwa mereka berasal dari kedalaman sekitar 4 km di dekat pertemuan lempeng.

Keluarnya cairan tersebut dapat mempengaruhi bagaimana lempeng berinteraksi, yang pada akhirnya dapat menginformasikan bagaimana dan kapan gempa bumi terjadi di wilayah tersebut. "Ini berpotensi mengubah tekanan cairan pada kedalaman yang lebih besar. Itu akan menarik, karena pada kedalaman itulah kita berpikir tentang kemungkinan gempa bumi," kata Direktur Institut Geofisika Universitas Texas, Demian Saffer yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

Pemindaian komputer soal empat lubang cairan hangat. Gambar: Philip, B., Science Advances, 2023 DOI: 10.1126/sciadv.add6688

Saffer mengatakan, tidak ada korelasi sederhana antara aliran fluida dan gempa bumi. Karena itu, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami apakah atau bagaimana fluida ini memengaruhi risiko gempa bumi di Pacific Northwest.

Lubang itu pertama kali terlihat oleh mahasiswa pascasarjana Universitas Washington, Brendan Philip, sekarang menjadi penasihat kebijakan di Gedung Putih, selama melakukan penelitian. "Sonar kapal Philip mendeteksi gelembung yang naik dari dasar laut," kata rekan penulis penelitian, Evan Solomon, seorang profesor oseanografi di University of Washington.

"Mereka menjelajah ke arah itu dan yang mereka lihat bukan hanya gelembung metana, tapi air yang keluar dari dasar laut seperti selang api. Itu adalah sesuatu yang belum pernah saya lihat, dan sepengetahuan saya belum pernah diamati sebelumnya," kata Solomon.

Cairan itu 9 derajat selcius lebih hangat daripada air laut di sekitarnya. Hal itu menunjukkan mereka berasal dari bagian kerak yang dalam dan panas, serta kaya akan mineral seperti boron dan litium. Menurut Saffer, cairan itu berasal dari kerak yang terakhir muncul di permukaan bumi 2 juta tahun lalu. "Kami tidak bisa mengambil sampel batuannya, tetapi kami mendapatkan cairan yang menyentuh batuan tersebut," katanya.

Menurut Saffer, bagaimana cairan itu mempengaruhi perilaku patahan lempeng akan menjadi pertanyaan terbuka. "Ada beberapa argumen... di mana kami berpikir bahwa cairan bertekanan tinggi mungkin berperan dalam menekan perilaku gempa bumi dan malah mendorong jenis patahan yang lebih lambat, seperti Slow-slip event (peristiwa slip lambat) atau bahkan creep aseismic yang stabil," katanya.

Slow-slip event adalah pergerakan lempeng secara bertahap yang melepaskan energi tanpa menimbulkan goncangan, sedangkan creep aseismic adalah pergerakan patahan melewati satu sama lain tanpa gesekan atau bahaya gempa. Masih terlalu banyak yang tidak diketahui tentang pipa ledeng tersebut untuk memastikan efek apa yang mungkin ditimbulkannya.

"Apa yang kita tidak tahu adalah seberapa besar area (patahan) yang terjadi, dan kita juga tidak tahu seberapa besar tekanannya mempengaruhi patahan. Itu adalah hal-hal yang patut dicoba kedepannya, untuk memastikannya," kata Saffer. Sumber: Live Science

Baca juga:

Fosil Mirip Alien Kini Diteliti dengan Laser 3D, Monster Tully Tetap Misterius

12 Obyek Paling Aneh di Alam Semesta: Sinyal Misterius Hingga Tembakan Infra Merah

Penemuan Blue Hole Terdalam Kedua di Dunia Bisa Menjelaskan Sejarah Bumi

Fase Bulan: Bulan Baru, Idul Fitri, dan Gerhana Matahari Hibrida

Apa Itu Fase Bulan? Penampakan Bulan di Langit Malam

Ikuti ulasan lainnya dari Antariksa dengan subscribe di sini.

 
Berita Terpopuler