Apakah Infeksi HPV Memang Bisa Sembuh Sendiri?

Skrining penting dilakukan karena kanker serviks stadium awal tidak bergejala.

Republika
Vaksinasi HPV. Antibodi atau kekebalan yang ditimbulkan dari vaksinasi HPV memberikan perlindungan jangka panjang dan berlangsung lama.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Infeksi human papilloma virus (HPV) memang bisa sembuh sendiri. Hanya saja, kemungkinan terjadi infeksi menetap lebih besar pada perempuan berusia 30 tahun ke atas.

"Infeksi virus ini tidak memiliki pengobatan antivirus spesifik, dapat sembuh sendiri dengan bantuan imunitas tubuh," kata dokter dari Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia, Andry, dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (24/4/2023).

Andry mengatakan sebagian besar infeksi HPV tidak bergejala. Akan tetapi, ada infeksi yang menimbulkan gejala berupa kutil pada alat kelamin atau bagian tubuh lain.

Infeksi awal HPV dapat berlangsung tanpa gejala. Oleh karena itu, Andry menilai pencegahan sangat penting untuk dilakukan. Salah satunya dengan melakukan vaksinasi terhadap infeksi HPV.

Baca Juga

Vaksinasi atau pemberian antigen ke dalam tubuh individu akan menginduksi terbentuknya antibodi atau kekebalan terhadap infeksi alamiah dari HPV. Vaksinasi dapat mencegah infeksi HPV penyebab kanker berkembang menjadi kanker serviks invasif.

Vaksinasi HPV untuk anak SD. - (Republika)

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (Papdi) merekomendasikan dosis vaksinasi HPV pada anak perempuan berusia sembilan hingga 14 tahun sebanyak dua dosis. Sementara itu, pada perempuan berusia di atas 18 tahun diberikan tiga dosis.

Vaksin HPV pada umumnya dapat diterima dengan baik oleh para penerimanya. Reaksi paling sering terjadi setelah vaksinasi berhubungan dengan tempat penyuntikkan seperti nyeri, bengkak, dan kemerahan yang hanya bersifat sementara.

"Antibodi atau kekebalan yang ditimbulkan dari vaksinasi HPV memberikan perlindungan jangka panjang dan berlangsung lama," tutur Andry.

Vaksin HPV bisa bermanfaat maksimal pada seseorang belum pernah melakukan hubungan seksual. Namun, ini bukan berarti vaksin tak bermanfaat bagi perempuan yang sudah menikah atau pernah berhubungan seksual.

"Vaksin ini juga bermanfaat karena belum tentu seseorang tersebut pernah terpapar oleh virus HPV dengan strain(jenis) yang dapat dicegah oleh vaksin," kata Andry.

Andry menyarankan perempuan yang sudah aktif secara seksual, sebelum mendapatkan vaksin untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis obstetri dan kebidanan terlebih dahulu. Penting juga melakukan pemeriksaan organ kewanitaan.

Bagi mereka yang aktif secara seksual dan telah menerima vaksin, Andry menyarankan mereka agar melakukan skrining atau deteksi dini rutin. Itu karena 30 persen kasus kanker serviks disebabkan oleh jenis HPV yang tidak dapat dicegah oleh vaksin tersebut.

Skrining termasuk sebagai pencegahan sekunder kanker serviks untuk mendeteksi keberadaan sel-sel abnormal, lesi pra-kanker, dan kanker serviks, namun itu tidak dapat mencegah terjadinya infeksi HPV. Andry menilai skrining penting dilakukan karena kanker serviks stadium awal tidak bergejala.

Apabila ada gejala yang timbul, menurut Andry, maka biasanya menandakan kanker serviks sudah mencapai tahap lanjut. Jika kanker serviks telah terdeteksi dini (tahap lesi pra-kanker atau stadium awal), maka kemungkinan bisa ditangani dengan tuntas dan tingkat kesembuhannya akan sangat tinggi.

"Skrining kanker serviks tetap diharuskan walaupun sudah mendapat vaksinasi terhadap HPV," kata Andry.

 

 
Berita Terpopuler