Destinasi Marak Atraksi Turut Dongkrak Tingkat Okupansi Hotel Saat Libur Lebaran

Tingkat okupansi hotel bisa di atas 90 persen di daerah destinasi wisata menarik.

ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas membersihkan kaca di salah satu kamar hotel di Hotel Aston Pasteur, Jalan Dr Djunjunan, Sukajadi, Kota Bandung, Rabu (28/12/2022). Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) menyebut Bandung termasuk daerah yang tingkat okupansi hotelnya meningkat saat libur Lebaran.
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Destinasi yang ramai akan atraksi cenderung menarik perhatian para pelaku perjalanan mudik. Hal itu turut mendongkrak okupansi atau tingkat ketersediaan hunian kamar hotel pada setiap momentum libur Lebaran.

"Bagi destinasi yang memiliki atraksi menarik, biasanya okupansi bisa di atas 90 persen," kata Sekretaris Jenderal Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran kepada Antara, Rabu (5/4/2023).

Baca Juga

Maulana menyebut tiap provinsi atau kabupaten/kota punya karakteristik tersendiri. Di Pulau Jawa, contohnya ada Puncak dan Bogor, Bandung, dan Yogyakarta, yang tingkat okupansi hotelnya meningkat saat libur Lebaran.

"Di Pulau Jawa, khususnya Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Yogyakarta umumnya selalu mencapai tingkat tertinggi okupansi, termasuk pula Bogor dan Bandung.

Menurut Maulana, hampir seluruh wilayah di Pulau Jawa memiliki potensi peningkatan okupansi karena memiliki destinasi wisata. Sedangkan di luar Pulau Jawa, Sumatra dan Bali juga menjadi salah satu destinasi favorit para pelaku perjalanan libur Lebaran.
Selain itu ada pula Bali.

"Pulau Sumatra memiliki karakteristik tersendiri, yaitu destinasi lintas-provinsi khususnya di Sumatra Barat dan Sumatra Utara yang memiliki potensi peningkatan besar extend pergerakan wisata," ujarnya.

Maulana menilai langkah Pemerintah yang secara resmi mencabut Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) untuk seluruh wilayah Indonesia pada Desember tahun lalu akan turut berdampak pada kemudahan akses bagi para pelaku perjalanan. Kebijakan tersebut berpotensi meningkatkan angka okupansi hotel.

Maulana menyebut, saat PPKM, biaya perjalanan meningkat. Sebab, masih ada kewajiban bagi pelaku perjalanan untuk menjalani prosedur perjalanan protokol kesehatan.

"Pada 2022 walau masih ada PPKM, faktanya peningkatan sudah terjadi ditambah adanya cuti bersama yang pada saat itu cukup panjang sampai sepuluh hari," tuturnya.

Tidak adanya pembatasan kegiatan pada libur Lebaran kali dan didukung infrastruktur yang semakin baik, lanjut Maulana, memberikan banyak pilihan bagi masyarakat. Tren mudik atau berwisata menggunakan kendaraan pribadi pun diprediksi akan meningkat.

"Saat ini, pilihannya lebih banyak dibandingkan tahun lalu, misalnya, saat itu naik pesawat masih banyak persyaratan prokes, jadi, pilihan bagi pelaku perjalanan mencakup darat, laut, dan udara sudah semakin luas saat ini," kata Maulana.

 
Berita Terpopuler