Korut Klaim 800 Ribu Orang Daftar Siap Berperang Lawan AS

Korut meluncurkan rudal balistik sebagai tanggapan atas latihan Korsel-AS.

Korean Central News Agency/Korea News Service
Foto ini disediakan oleh pemerintah Korea Utara, menunjukkan peluncuran uji coba rudal balistik antarbenua Hwasong-15 di Bandara Internasional Pyongyang di Pyongyang, Korea Utara, Sabtu, 18 Februari 2023. Korea Utara (Korut) mengklaim bahwa sekitar 800 ribu warganya secara sukarela bergabung atau mendaftar ulang dalam militer negara itu.
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Korea Utara (Korut) mengklaim bahwa sekitar 800 ribu warganya secara sukarela bergabung atau mendaftar ulang dalam militer negara itu. Menurut laporan surat kabar pemerintah Korut Rodong Sinmun pada Sabtu (18/3/2023), mereka siap untuk berperang melawan Amerika Serikat (AS).

Baca Juga

Sekitar 800 ribu pelajar dan pekerja di seluruh negeri menyatakan keinginan untuk mendaftar atau mendaftar kembali di militer untuk melawan AS pada Jumat (17/3/2023). "Melonjaknya antusiasme kaum muda untuk bergabung dengan tentara adalah demonstrasi dari keinginan generasi muda yang tak tergoyahkan untuk tanpa ampun memusnahkan para maniak perang yang melakukan upaya terakhir untuk melenyapkan negara sosialis kita yang berharga, dan mencapai tujuan besar reunifikasi nasional tanpa kegagalan dan manifestasi yang jelas dari semangat patriotisme mereka," kata laporan Rodong Sinmun.

Klaim Korut muncul setelah negara itu meluncurkan rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17 sebagai tanggapan atas latihan militer AS-Korea Selatan (Korsel) yang sedang berlangsung. Pyongyang menembakkan ICBM ke laut antara semenanjung Korea dan Jepang beberapa jam sebelum Presiden Korsel Yoon Suk-yeol terbang ke Tokyo.

Pasukan Korsel dan AS memulai latihan bersama selama 11 hari, yang dijuluki ""Freedom Shield 23" pada awal pekan ini. Kegiatan itu diadakan dalam skala yang tidak terjadi sejak 2017 untuk melawan ancaman Korut yang semakin meningkat. Namun, pemimpin Korut Kim Jong-un menuduh AS dan Korsel meningkatkan ketegangan dengan latihan militer tersebut.

 

 
Berita Terpopuler