Mengapa Kongres Bahasa Indonesia (KBI) I Tahun 1938 Diadakan di Solo?

Bangsawan Jawa mendukung Kongres Bahasa Indonesia (KBI) I yang diadakan di Solo pada 1938.

network /oohya! I demi Indonesia
.
Rep: oohya! I demi Indonesia Red: Partner

Suasana Kongres Bahasa Indonesia (KBI) I di Solo dalam sketsa (dokumentasi anri/republika).

Tahun ini, Kongres Bahasa Indonesia (KBI merupakan kegiatan yang diadakan ke-12 kalinya. KBI XII akan diadakan pada 26-29 Oktober 2023 dengan tema “Literasi dalam Kebinekaan untuk Kemajuan Bangsa”.

Oohya! Baca juga: Dibuka Pendaftaran Pemakalah dan Peserta untuk Kongres Bahasa Indonesia (KBI) XII.

Sekarang, KBI diadakan lima tahun sekali, tapi pernah lebih dari 20 tahun tak ada KBI. KBI I diadakan pada 1938, KBI II baru diadakan pada 1954, dan KBI III baru diadakan pada 1978. Seetelah KBI IV yang diadakan pada 1983 KBI menjadi program lim atahunan. KBI V pada 1988, KBI VI pada 1993, KBI VII pada 1998, KBI VIII pada 2003, KBI IX pada 2008, KBI X pada 2013, KBI XI pada 2018.

Hanya KBI I yang tidak diselenggerakan oleh pemerintah, melainkan oleh para wartawan. KBI I diadakan di Solo, dengan kepanitiaan di Solo dan di Batavia. Solo menjadi jarak tengah antara Batavia dan Surabaya, sehingga peserta dari Batavia dan Solo masing-masing tetap merasa dekat jaraknya jika hanya pergi ke Solo, sehingga biaya perjalanan bisa lebih murah. Beda halnya jika KBI I diadakan di Batavia, maka peserta dari Surabaya akan merasa jauh perjalanannya jika harus berangkat ke Batavia. Alasan ini dibahas di Darmo Kondo.

Diadakannya di Solo dengan demikian bukan untuk menghibur orang Jawa yang bahasanya tidak terpilih sebagai bahasa nasional. Solo dipilih dari karena faktor jarak, faktor kemenarikan kotanya, dan faktor pendukung dana yang banyak dari Solo dan Yogyakarta. Alasan ini dibahas di Soeara Oemoem dan Darmo Kondo. Bangsawan-bangsawan Jawa yang mengumbang dana kongres membuktikan tak ada kekecewaan bahasa persatuan yang dipilih adalah bahasa Indonesia, bukan bahasa Jawa.

Oohya! Baca juga: Seminar Leksikografi Indonesia (SLI) akan Bahas Leksikografi, Teori dan Penerapaannya.

Parentah Kraton Luhur Yogyakarta dengan perantaraan GPH Poeroebojo menyumbang 50 gulden. KGPAA Mangkoenagoro VII (Solo) dan KGPAA Praboe Soerjodilogo (KGPAA Pakoealam VII, Yogyakarta) juga menyumbang, masing-masing 10 gulden. Patih Mangkunegaran KRMT Sarwoko Mangoenkoesoemo menyumbang 2,5 gulden. Taman Siswa tercatat menyumbang 0,5 gulden.

Ma Roejan

 
Berita Terpopuler