Perubahan Cara Berjalan Bisa Jadi Tanda Penyakit Fatty Liver

Gejala fatty liver disease tidak terlalu kentara pada awalnya.

www.pixabay.com
Jalan kaki (ilustrasi)
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan cara berjalan yang dialami seseorang bisa menjadi tanda awal dari penyakit perlemakan hati alias fatty liver. Kondisi tersebut merujuk pada peningkatan penumpukan lemak di liver.

Penyakit ini bersifat kronis alias bisa bertahan selama bertahun-tahun, bahkan diidap seumur hidup. Perlemakan hati dapat diakibatkan konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan, pembekuan darah, juga pola makan yang buruk.

Perlemakan hati non-alkohol telah memengaruhi sebagian besar populasi, tetapi data menunjukkan tren ini akan meningkat di tahun-tahun mendatang. British Liver Trust mendefinisikan perlemakan hati non-alkohol sebagai kondisi jangka panjang yang disebabkan oleh terlalu banyak lemak di hati, tapi pengidapnya tidak mengonsumsi alkohol.

"Ini terkait erat dengan kelebihan berat badan serta kondisi seperti diabetes tipe dua dan penyakit jantung dan peredaran darah," ujar badan kesehatan tersebut, dikutip dari laman Express, Senin (13/3/2023).

Baca Juga

Karena gejalanya tidak terlalu kentara pada awalnya, banyak pasien yang tidak tahu bahwa mereka mengidap penyakit tersebut. Namun, seiring dengan kemajuan informasi, pasien perlemakan hati ditengarai mengalami dua perubahan dalam cara berjalan.

Menurut Liver Trust, ada dua perubahan cara berjalan yang menandakan bahwa fungsi hati tengah terganggu. Seseorang mungkin berjalan dengan terhuyung-huyung atau punya kecenderungan untuk jatuh. Ini sering digambarkan sebagai gaya berjalan ataxic, yakni tampak tidak terkoordinasi dan tak teratur.

Laporan yang terbit di Neurological Examination pada 2016 mengungkap bahwa keadaan mirip parkinson diamati pada pasien dengan penyakit hati stadium akhir.

"Tidak seperti penyakit parkinson, penyakit ini ditandai dengan perkembangan yang cepat, masalah postural dan gaya berjalan dini," demikian ulasan dalam jurnal tersebut.

Meskipun ataksia sering dipandang sebagai tanda penyakit perlemakan hati, hal itu juga bisa menjadi faktor risiko kondisi tersebut. Pada 2021, Movement Disorder Clinical Practice melaporkan bahwa penyakit hati berkembang pada kebanyakan pasien dengan ataxia telangiectasia/(kesulitan mengendalikan gerakan otot dan termasuk kategori penyakit progresif).

Seiring perkembangan kondisi, perlemakan hati non-alkohol juga dapat menandakan stadium penyakit yang lebih serius, di mana risiko kanker hati atau gagal hati meningkat secara substansial. Salah satu cara terbaik untuk menghentikan perkembangan penyakit perlemakan hati atau menghindarinya adalah dengan berolahraga secara teratur.

 
Berita Terpopuler