Jabal Uhud, Saksi Pertempuran 700 Muslim Melawan 3.000 Musyrikin

Beberapa gigi Nabi Muhammad tanggal dalam perang di Jabal Uhud.

ANTARA/Rivan Awal Lingga
Umat muslim berziarah di bukit Ar Ruhmah sekitar Jabal Uhud, Madinah, Arab Saudi, Ahad (23/10/2022). Jabal Uhud merupakan saksi bisu perang antara pasukan Islam yang dipimpin oleh Rasululloh SAW melawan kaum kafir Quraisy. Dalam perang tersebut 70 orang sahabat gugur sebagai syuhada termasuk paman Rasulullah, Hamzah bin Abdul Muthalib. Jabal Uhud, Saksi Pertempuran 700 Muslim Melawan 3.000 Musyrikin
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jabal Uhud adalah nama sebuah bukit terbesar di Madinah. Letaknya sekitar lima kilometer dari pusat kota Madinah, berada di pinggir jalan lama Madinah-Makkah.

Di lembah bukit ini pernah terjadi perang dahsyat antara 700 kaum Muslimin melawan 3.000 kaum musyrikin Makkah. Dalam pertempuran itu, 70 syuhada Muslim gugur, antara lain Hamzah bin Abdul Mutalib, paman Nabi Muhammad SAW. Perang Uhud terjadi pada tahun 3 Hijriyah.

Ketika kaum Musyrikin Makkah sampai di perbatasan Madinah, umat Islam mengadakan musyawarah bersama para sahabat yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW. Banyak para sahabat mengusulkan agar umat Islam menyongsong kedatangan musuh di luar kota Madinah. Usul ini akhirnya disetujui oleh Nabi Muhammad SAW.

Rasulullah kemudian menempatkan beberapa pemanah di atas bukit ar-Rimah (bukit sebelah utara Uhud) di bawah pimpinan Mas’ab bin Umair. Tujuannya untuk mengadakan serangan-serangan jika kaum Musyrikin mulai menggempur kedudukan umat Islam.

Dalam perang yang dahsyat tersebut, umat Islam sempat mendapat kemenangan gemilang, sehingga kaum Musyrikin lari pontang-panting. Namun, pasukan pemanah yang berada di atas gunung tergoda setelah melihat barang-barang berharga yang ditinggalkan musuh.

Baca Juga

Sebagian besar mereka meninggalkan pos untuk turut mengambil harta rampasan perang, padahal Nabi Muhammad SAW telah memerintahkan agar mereka tidak meninggalkan pos, apapun yang terjadi.

Pos jaga yang kosong itu dimanfaatkan oleh Khalid bin Walid sebelum masuk Islam. Ia adalah seorang ahli strategi perang yang memimpin tentara berkuda (kaum Musyrikin), untuk menggerakkan tentaranya kembali menyerang dari arah belakang (selatan), sehingga umat Islam mengalami kekalahan yang tidak sedikit.

Dalam perang ini, Hindun binti ‘Utbah mengupah Wahsyi Alhabsyi budak Zubair, untuk membunuh Hamzah bin Abdul Mutalib karena ayah Hindun dibunuh oleh Hamzah dalam perang Badar. Begitu pula Zubair bin Mut’im berjanji kepada Wahsyi akan memerdekakannya jika ia berhasil membunuh Hamzah.

Nabi Muhammad SAW sendiri dalam peperangan tersebut mendapat luka-luka dan beberapa giginya tanggal. Para sahabat yang menjadi perisai diri Nabi Muhammad SAW gugur karena badan mereka penuh dengan anak panah. Setelah perang usai, kaum musyrikin mundur kembali ke Makkah.

Nabi Muhammad SAW kemudian memerintahkan agar mereka yang gugur dimakamkan di tempat mereka roboh, sehingga ada satu liang kubur berisi beberapa syuhada.

Kuburan Uhud saat ini dikelilingi tembok. Ucapan salam saat umat Islam menziarahi tempat ini patut disampaikan kepada Sayyidina Hamzah radhiyallahu anha, Mas’ab bin Umair radhiyallahu anha, dan para syuhada Uhud sebagai berikut.

Salam untukmu wahai paman Nabi Sayyidina Hamzah bin Abdul Mutalib, salam untukmu wahai singa Allah dan singa Rasulullah. Salam untukmu wahai pemimpin syuhada. Salam untukmu wahai Mus’ab bin Umair, wahai panglima pilihan, wahai yang mengokohkan kedua kakinya di atas bukit ar-Rimah sampai datang ajalnya.

Peristiwa bersejarah di Jabal Uhud ini dijelaskan dalam buku Tuntunan Manasik Haji dan Umroh yang dipublis Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Ditjen PHU) Kementerian Agama, 2020.

 
Berita Terpopuler