Belajar dari Kisah Sukses Inter Milan, Erick Thohir Berhasil Buktikan Nyali Hasilkan Prestasi

Erick Thohir dan sepak bola Indonesia.

retizen /M. Hasan
.
Rep: M. Hasan Red: Retizen

Foto: Detik.net

Terpilihnya Erick Thohir sebagai Ketua Umum PSSI membawa angin baru bagi sepak bola Indonesia untuk kembali ke jalur harapan akan kemajuan. Lantaran Erick adalah sosok yang jenius, dan terbukti memiliki segudang pengalaman yang tak perlu dipertanyakan lagi di dalam mengelola sepak bola baik dalam lingkup nasional maupun internasional.

Salah satu yang sangat menakjubkan dan hingga saat ini menjadi kenangan tersendiri bagi Erick adalah saat dirinya mengurusi Inter Milan. Kedatangannya ke Inter Milan menorehkan kenangan yang begitu mendalam bagi ‘Interisti. Lantaran ia benar-benar menjadi ‘penyelamat’ klub raksasa Italia tersebut. Kala itu, Inter Milan berada di titik krisis yang membuat klub tersebut terpuruk. Krisis finansial yang akhirnya berdampak sistemik pada menurunnya performa klub raksasa tersebut.

Bagaimana Erick Thohir menyelamatkan klub tersebut? Pertanyaan ini akan membawa kita pada kisah singkat strategi jitu Erick bersama Inter Milan. Kisah keberhasilan ini sudah banyak diberitakan. Tapi di dalam tulisan ini, kita ingin mengubungkan kemampuan manajerial Erick yang sudah terbukti pada klub seperti Inter Milan, bisakah ia melakukan yang sama untuk mendorong sepak bola Indonesia berada di jalur prestasi.

Nyali Memperbaiki Klub Raksasa

Inter Milan adalah klub raksasa Italia. Pada tahun 2010, di bawah Mourinho, klub tersebut berada pada titik puncak dengan menyapu bersih tiga gelar (treble winner), termasuk di dalamnya menjadi raja Eropa setelah mengandaskan Bayern Muenchen di Final UCL 2010 dengan skor 2-0. Diego Milito dkk berpesta untuk kejayaan Inter Milan.

Kejayaan itu redup pada tahun-tahun berikutnya. Jangankan kompetitif, Inter Milan bahkan pesakitan layaknya klub miskin. Klub itu dihajar krisis finansial. Sang penyelamat itu akhirnya datang dari Indonesia bernama Erick Thohir. Ia mengambil alih Inter dari Moratti dengan kepemilikan saham 70 persen. Erick langsung tancap gas dengan melihat titik persoalan utama sebagai prioritas perbaikan: pembenahan finansial Inter Milan.

Tangan jenius manajerial Erick Thohir pun bekerja: ia berfokus pada restrukturisasi manajemen. Lalu ia merekrut SDM yang kompeten untuk membenahi klub. Langkah ini butuh keberanian. Sebab di dalam proses itu, Erick dihadapkan dengan keputusan keras. Ia memecat Marco Branca dan mempromosikan Piero Ausilio dan membawa Michael Bolingbroke, sosok di balik kesuksesan Manchester United. Pada titik ini, kita melihat bahwa ET benar-benar selektif di dalam merekrut orang yang kompeten dan berani meminggirkan yang tidak kompeten. Jenius kepemimpinan dan manajerialnya berbicara banyak di situ. Sehingga bukan soal ‘like’ atau ‘dislike’.

Beres memastikan pembenahan jajaran internal, Erick mulai aktif mempromosikan dan melebarkan pasar terutama ke Asia. Di sini, lagi-lagi jenius Erick Thohir mampu menangkap basis-basis pendukung Inter Milan (Interisti) di Asia. Tur ke berbagai negara di Asia menjadi salah satu taktik jitu Erick. Dan terbukti, Inter Milan mendapatkan pemasukan besar dan semakin meningkat.

Restrukturisasi sudah. Penguatan finansial melalui strategi pemasaran berjalan efektif. Langkah lain berikutnya yang disoroti Erick adalah membangun skuad yang kompeten. Lagi-lagi di sini membuktikan bahwa Erick bukan hanya jenius sebagai pengusaha, manajerial, tapi ia punya ‘sense of football’, punya kemampuan untuk membangun skuad – pemain-pemain andalan – dengan dukungan finansial yang pas-pasan (sebab Inter masih dalam proses pemulihan keuangan).

Pertama, Erick melakukan perombakan pelatih. Ia memecat Walter Mazzari dan menggantinya dengan Roberto Mancini untuk kembali melatih Inter Milan. Dengan perjudian ini, Erick memahami betul sepak terjang dan kapasitis Mancini. Kedua, Erick belanja pemain (dengan uang yang pas-pasan). Strateginya, ia mendatangkan pemain muda dan mempertahankan pemain yang dipandang masih memiliki daya juang yang tinggi. Jadilah skuad itu!

Alhasil keseluruhan pembenahan besar-besar di Inter Milan menuai hasil. Secara finansial, Inter Milan perlahan tapi pasti mampu pulih dari krisis finansial. Pasar Inter Milan dari Asia hingga Amerika semakin meningkat. Skuda Inter Milan hasil racikan pembelian Erick Thohir mampu membawa Inter Milan pada jalur kompetitif (dengan mampu merebut kembali empat besar). Valuasi klub naik sebesar 16%. Hingga pada 2016, perusahaan lokal PT. Suning Group datang untuk berinvestasi di Inter Milan. Erick Thohir pun ‘say goodbye’ dengan Inter Milan pada 2019. Tapi sebenarnya, Erick tidak akan pernah pergi, tak pernah ada kata ‘say goodbye’. Sebab bagi interisti, Erick adalah pahlawan, penyelamat, dan selamanya ia mendapat tempat di hati interisti.

Membenahi Sepak Bola Indonesia

Dari kisah sukses itu, maka wajar apabila Erick Thohir menjadi harapan besar bagi publik sepak bola Indonesia. Hanya dalam hitungan hari pasca terpilih Ketua Umum PSSI, gebrakan Erick Thohir pun mulai terlihat. Sebagaimana membenahi Inter Milan, pada sepak bola Indonesia, Erick pun mulai melihat hal atau persoalan prioritas. Jika Inter Milan, masalah krusial utamanya adalah krisis finansial, maka pada sepak bola Indonesia, sorotan Erick Thohir diarahkan pada beberapa hal.

Pertama, pembenahan suporter. Erick memahami bahwa selama ini akar masalah tragedi di sepak bola banyak bermula dari permusuhan antar suporter, fanatisme yang berlebihan. PSSI – jika bukan diam – tak memiliki upaya yang efektif. Pada titik inilah, Erick Thohir mengambil langkah membentuk Komite Adhoc Suporter. Poinnya tegas, Erick ingin menjadikan suporter sebagai bagian dari transformasi sepak bola Indonesia. Dalam prosesnya, suporter harus dirangkul, diedukasi, dan dibina supaya tidak ada lagi tragedi-tragedi yang menghilangkan nyawa.

Kedua, pembenahan fasilitas sepak bola Indonesia. Ini berangkat dari banyaknya fasilitas terutama stadion di Indonesia yang masih belum standar FIFA, maka Erick pun membentuk Komite Adhoc Infrastruktur. Selain itu, komite ini juga ditugasi untuk mengurus pembangunan Training Center sebagai tempat pemusatan latihan untuk timnas.

Ketiga, penguatan talenta sepak bola Indonesia terutama untuk memperkuat timnas. Dalam hal ini, Erick kembali menghidupkan Badan Tim Nasional (BTN). Selain dari upaya ini, Erick juga telah memberikan alarm keras: Kartu Merah untuk mafia sepak bola. Tujuannya untuk mendorong profesionalitas sepak bola Indonesia, memberantas pengaturan skor, dan praktik-praktik curang yang bisa mencederasi sportivitas sepak bola Indonesia.

Melihat pola identifikasi atas masalah, dan progresi satu persatu pada tawaran solutif dari Erick Thohir, jelas terlihat sekali bahwa Erick memiliki kemampuan diagnosis masalah hingga ke tahap perumusan solusi dan aksi. Ada urutan yang jeli dan jelas. Tahap-tahap saling berkaitan hingga titik di mana ‘goal’ itu akan tercapai. Dan bila dilihat dari pola diagnosis hingga perumusan solusi dan aksi, Erick jelas sedang membangunnya sebagai suatu target jangka panjang, sebuah formula jangka panjang, sebuah blueprint. Artinya, dengan bangunan kerangka atau formula yang dibangun oleh Erick, siapa pun nanti yang jadi ‘the next leader’ di PSSI, dapat menjalankan formula ini. Dengan ini, Erick menyadari bahwa terbatasnya waktu kepemimpinan di PSSI (2023-2027), tapi ia bisa terus mewariskan ‘legacy’ yang baik nantinya. Ini yang sudah ia lakukan di Inter Milan. Terbukti, fondasi kokoh yang dibangun Erick di Inter Milan akhirnya memudahkan PT. Suning Group untuk menjadikan Inter Milan kembali juara pada 2020-2021.

Pada titik ini, kita angkat topi pada Erick bahwa ia berhasil melakukan pembenahan untuk jangka pendek dan jangka panjang sekaligus. Kita berharap, keberhasilan dari kerja keras membenahi Inter Milan oleh Erick Thohir dapat berjalan dengan baik pula dalam kerja keras membenahi sepak bola kita, sepak bola Indonesia.

 
Berita Terpopuler