Pemkab Garut Tetapkan KLB Difteri di Desa Sukahurip

Di Sukahurip disebut ada kasus positif, serta orang meninggal diduga akibat difteri.

Dok. Diskominfo Kabupaten Garut
Wakil Bupati Garut Helmi Budiman memberikan keterangan terkait kasus difteri di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan, Kabupaten Garut, Senin (20/2/2023).
Rep: Bayu Adji P Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT — Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Garut, Jawa Barat, menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) kasus difteri di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan. Warga desa yang mengalami gejala seperti difteri diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan.

Wakil Bupati Garut Helmi Budiman menjelaskan, petugas sudah terjun ke lapangan ketika ada beberapa warga di Desa Sukahurip diduga terserang difteri. Sampel pasien lantas diperiksa untuk memastikannya.

Hasilnya, ada yang positif difteri. Kemudian ada juga warga desa yang meninggal diduga akibat difteri. 

“Karena ada yang meninggal diduga difteri, ada yang positif, kami memutuskan per hari ini KLB yang disebabkan oleh difteri. Jadi, untuk satu desa, kami menyatakan KLB untuk Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan,” kata Helmi, melalui keterangan video, Senin (20/2/2023).

Helmi mengatakan, ada enam orang yang meninggal dunia diduga akibat difteri. Menurut dia, keenam orang itu belum sempat diperiksa secara laboratorium. Namun, berdasarkan laporan, kata dia, mereka mengalami gejala seperti terserang difteri.

Berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, per Ahad (19/2/2023), terdata 72 kasus di Desa Sukahurip, Kecamatan Pangatikan. Dari total kasus itu, empat orang disebut masuk kategori observasi difteri, empat suspek difteri, dua kasus konfirmasi positif difteri, 55 kontak erat, dan tujuh orang meninggal dunia tanpa ada catatan medis yang lengkap.

Dilaporkan sebanyak tiga orang sedang menjalani perawatan di RSUD dr Slamet Kabupaten Garut dan delapan orang lainnya menjalani isolasi mandiri. Sekretaris Dinkes Kabupaten Garut Leli Yuliani mengatakan, kasus diduga difteri baru muncul sekitar empat pekan lalu. Menurut dia, dilaporkan ada tujuh warga yang meninggal dunia, yaitu enam orang berusia anak dan satu orang dewasa. 

Namun, Dinkes belum bisa memastikan penyebab warga tersebut meninggal dunia memang akibat difteri. Meskipun berdasarkan laporan keluarga ada gejala mirip difteri, kata Leli, belum sempat diperiksa di laboratorium. “Kami belum sempat ambil sampelnya. Jadi, tidak diketahui meninggal karena difteri atau penyakit lainnya,” kata dia.

Menurut Leli, gejala umum kasus difteri ini berupa demam, susah menelan, pseudomembran, atau bagian leher seperti bengkak. Gejalanya disebut ada yang ringan, sedang, hingga berat.

Dengan penetapan status KLB,  Helmi mengimbau warga di Desa Sukahurip segera melapor kepada petugas apabila merasakan gejala seperti terserang difteri. Puskesmas di wilayah itu disebut telah membuka posko pelayanan khusus difteri. “Petugas akan rutin melakukan pemeriksaan swab kepada masyarakat di Desa Sukahurip yang ada gejala,” kata dia.

Helmi mengatakan, pasien yang sudah didiagnosis akan diisolasi di rumah sakit. Sementara kontak erat akan diberikan pengobatan profilaksis agar tidak terkena difteri. “Saya juga anjurkan minimalisasi mobilitas. Lalu di desa itu kami anjurkan untuk pakai masker,” ujar dia.

Selain itu, Helmi mengatakan, Dinkes Kabupaten Garut akan melakukan imunisasi massal di Desa Sukahurip. Upaya itu sebagai upaya pencegahan potensi penyebaran difteri.

 
Berita Terpopuler