Kena Maag Seperti Ardhito? Jangan Dibiarkan, Ini Risikonya

Musisi Ardhito Pramono mengalami serangan maag saat manggung pada akhir pekan lalu.

ANTARA/Aditya Pradana Putra
Penyanyi Ardhito Pramono melantunkan lagu dalam Berdendang Bergoyang Festival di Istora Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (29/10/2022). Ardhito mengaku sakit maag membuatnya jatuh pingsan pada Sabtu (11/2/2023) lalu.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musisi Ardhito Pramono mengaku serangan maag membuatnya jatuh dan tak sadarakan diri di atas panggung di Medan, Sumatra Utara, Sabtu (11/2/2023). Menurutnya, makan tak teratur dan kurang istirahat menjadi pemicu kumatnya penyakit yang sudah cukup lama dideritanya itu.

Kata maag sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang berarti lambung. Namun, di tengah masyarakat Indonesia, istilah maag atau sakit maag sering kali digunakan ketika seseorang merasakan nyeri atau ketidaknyamanan di perut bagian atas.

Baca Juga

Dalam istilah kedokteran, sakit maag lebih dikenal sebagai dispepsia. Dispepsia umumnya memunculkan gejala seperti nyeri atau tidak nyaman di area perut atas, mudah kenyang, mual, serta muntah.

Melalui Journal of Clinical Gastroenterology, peneliti sekaligus ahli gastroenterologi Pantelis Oustamanolakis dan Jan Tack mengungkapkan bahwa dispepsia bisa dibagi ke dalam dua kategori, yaitu dispepsia organik dan dispepsia fungsional.

Suatu kondisi bisa dikategorikan sebagai dispepsia organik bila pemeriksaan klinis dan laboratorium bisa mengidentifikasi akar masalah yang memicu timbulnya keluhan dispepsia. Sebaliknya, suatu kondisi dapat dikategorikan sebagai dispepsia fungsional bila serangkaian pemeriksaan tak menemukan adanya abnormalitas organik.

"Penyebab organik dari dispepsia adalah ulkus peptik, gastroesophageal reflux disease (GERD), kanker lambung atau esofagus, gangguan pankreas atau empedu, intoleransi terhadap makanan atau obat-obatan, serta penyakit menular atau sistemik lainnya," jelas Oustamanolakis dan Tack, seperti dilansir NCBI.

Di sisi lain, Mayo Clinic mengungkapkan bahwa penyebab pasti dari dispepsia fungsional tak diketahui. Oleh karenanya, diagnosis dispepsia fungsional kerap ditegakkan berdasarkan gejala.

Meski begitu, Mayo Clinic dan Healthline mengungkapkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko atau memicu terjadinya dispepsia fungsional. Berikut ini adalah faktor-faktor tersebut:

1. Jenis kelamin wanita

2. Penggunaan obat pereda nyeri tanpa resep, seperti aspirin atau ibuprofen

3. Kebiasaan merokok

4. Kecemasan atau depresi

5. Infeksi kuman Helicobacter pylori (H pylori)

6. Stres

7. Pola makan dan gaya hidup

8. Efek samping dari obat antiperadangan non steroid (NSAID)

9. Sekresi asam lambung yang lebih banyak dari biasanya

10. Gangguan pada kemampuan lambung dalam mencerna makanan

Seperti dilansir Healthline, dispepsia umumnya tak memicu komplikasi berat. Akan tetapi, kemunculan gejala dispepsia yang berat atau menetap bisa membuat penderitanya kesulitan untuk makan. Kondisi ini dapat memicu terjadinya masalah kecukupan asupan gizi.

Beberapa masalah medis yang memicu dispepsia juga dapat memicu komplikasi yang lebih berat. Sebagai contoh, GERD dapat memunculkan komplikasi seperti striktur esofagus, stenosis pilorus, dan Barrett's esophagus.

Mengobati Dispepsia

Beberapa obat dan perubahan gaya hidup bisa membantu meredakan atau mencegah munculnya gejala dispepsia. Terkait obat-obatan, dokter mungkin akan meresepkan obat jenis H2 receptor antagonist (H2RA) untuk mengurangi produksi asam lambung.

Obat jenis proton pump inhibitor (PPI) juga dapat diberikan. PPI memiliki fungsi yang sama dengan H2RA, yaitu mengurangi asam lambung, namun lebih kuat.

Kenali sindrom Dispepsia alias sakit maag - (Republika)

Sedangkan untuk perubahan gaya hidup, salah satu yang direkomendasikan adalah menghindari beragam makanan yang bisa memicu timbulnya gejala dispepsia. Orang dengan keluhan dispepsia juga dianjurkan untuk menyantap makanan lebih perlahan dan tak berbaring setelah makan.

Sangat dianjurkan pula bagi orang-orang dengan masalah dispepsia untuk berhenti merokok atau menghindari rokok serta menjaga berat badan yang sehat. Kurangi pula asupan kafein, soda, dan alkohol. Yang tak kalah penting, stres juga perlu dikelola dengan baik, misalnya dengan melakukan relaksasi terapi atau yoga.

 
Berita Terpopuler