Joe Biden: Balon Cina Bukan Pelanggaran Wilayah Besar

Biden mencoba menjaga komunikasi dengan Cina.

EPA-EFE/BONNIE CASH / POOL
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan ia tidak melihat balon mata-mata Cina yang terbang di wilayah AS sebagai bentuk pelanggaran keamanan besar. AS menembak jatuh balon itu di Samudra Atlantik.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan ia tidak melihat balon mata-mata Cina yang terbang di wilayah AS sebagai bentuk pelanggaran keamanan besar. AS menembak jatuh balon itu di Samudra Atlantik. 

Baca Juga

Biden mencoba menjaga komunikasi dengan Cina dan tidak membiarkan ketegangan keluar kendali. Dalam wawancaranya dengan Noticias Telemundo, ia mengatakan tidak menyesal menembak jatuh balon tersebut.

"Ini bukan pelanggaran besar, maksud saya itu benar-benar melanggar hukum internasional, ini ruang udara kami, dan ketika datang ke ruang kami, kami bisa melakukan apa pun dengannya," kata Biden, Jumat (10/2/2023).

Ia mengatakan militer AS khawatir bila menembak jatuh balon itu di atas daratan. Pecahan dan puing-puingnya dapat terbang hingga ke daerah pemukiman.

"Benda ini sangat besar, apa yang terjadi bila jatuh dan mengenai sekolah di daerah pinggiran? Apa yang terjadi saat jatuh? Jadi saya beritahu mereka saat mereka mendapat waktu yang tepat untuk menembak jatuh, segera tembak, mereka mengambil keputusan bijaksana, mereka menembaknya jatuh di atas air, mereka menemukan sebagian besar sisanya, dan mereka bagus," kata Biden.

Pada 2 Februari lalu Biden memerintahkan agar balon itu ditembak jatuh. Tapi meminta militer AS tidak bertindak sampai balon tersebut di atas laut.

Dua hari kemudian pesawat tempur militer AS menembak jatuh balon setinggi 61 meter itu bersama perangkat elektronik yang dibawanya di pinggir laut South Carolina. AS mengambil sisa balon itu sebanyak mungkin.

Sebagian anggota Partai Republik dan Demokrat mengkritik Biden tidak menembak jatuh balon itu lebih cepat. AS menemukan balon yang mereka sebut sebagai kendaraan spionase pada 28 Januari di Alaska.

 
Berita Terpopuler