Kecanduan Vape, Perempuan Asal AS Alami ARDS, Harus Pakai Alat Bantu Hidup Selama 8 Hari

ARDS ditandai dengan gagal napas akut.

Republika/ Wihdan
Aneka varian cairan rokok elektrik (vape). Seorang perempuan asal Ohio, AS menderita gagal napas akut setelah kecanduan vape.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Vape alias rokok elektrik sering digadang sebagai alternatif yang aman untuk rokok konvensional. Kejadian yang dialami Amanda Stelzer membuktikan sebaliknya.

Mengenang kejadian yang hampir merenggut nyawanya pada 2019, Stelzer mengaku senang bisa hidup. Kala itu, perempuan dari Delaware, Ohio, Amerika Serikat (AS) tersebut menderita kondisi paru-paru yang mengancam jiwa akibat kecanduan vape.

Baca Juga

Stelzer mengaku mengenal vape tujuh tahun lalu ketika semua teman-temannya mulai melakukannya. Ia merasa nyaman ketika nge-vape.

Selama itu, Stelzer mengonsumsi empat bungkus kartrid cairan vape setiap pekan atau setara dengan lebih dari satu kartrid sehari. Pada akhirnya, Stelzer harus dirawat di rumah sakit.

Stelzer mengunjungi unit gawat darurat pada Oktober 2019 karena kesulitan bernapas, mengalami sakit punggung bagian bawah yang parah, dan merasa jantungnya "berdebar keluar dari dadanya". Hanya saja, dokter masih belum menemukan apapun yang tak normal dari tes darah dan urinenya.

Stelzer kemudian dirawat di rumah sakit. Dalam waktu 24 jam, dia memakai alat bantu hidup.

"Saya menangis karena sangat kesakitan. Saya sangat takut. Hal terakhir yang saya ingat adalah seseorang memberi saya formulir dan pada dasarnya mengatakan saya perlu menandatangani ini jika saya ingin hidup. Itu adalah formulir persetujuan untuk memasang alat bantu hidup," ujarnya kepada SWNS, dikutip dari laman Express, Selasa (7/2/2023).

Selama sekitar delapan hari, Stelzer menggunakan alat bantu hidup. Dokter sempat memperingatkan keluarga bahwa dia mungkin tetap dalam kondisi seperti itu setidaknya selama tiga bulan.

Saat itu, tim dokter masih belum bisa menegakkan diagnosis. Titik terang baru muncul setelah ibu Stelzer menanyakan kepada perawat mengenai kemungkinan hubungan antara vaping dengan kondisi kesehatan putrinya.

Dokter lalu memeriksa paru-paru Stelzer. Dia kemudian didiagnosis menderita Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS) alias sindrom gangguan pernapasan akut, cedera yang mengancam jiwa karena paru-paru tidak dapat menyediakan oksigen yang cukup ke tubuh.

Staf medis mengonfirmasikan bahwa diagnosis ARDS Stelzer adalah akibat langsung dari vaping. Setelah dua pekan lagi di rumah sakit, Stelzer dipulangkan, tetapi dia tidak bisa bekerja.Untuk sementara,

Stelzer juga tidak dapat melihat teman dan keluarga atau berada di sekitar orang yang menggunakan rokok dan vape selama enam bulan demi penyembuhan paru-parunya. ARDS adalah kondisi serius dan akan memengaruhi hidupnya dalam jangka panjang.

Stelzer direkomendasikan agar menggunakan tablet hisap nikotin karena tubuhnya masih dalam masa penyembuhan. Dia juga sempat mengalami gejala putus nikotin.

Kini, Stelzer dalam kondisi kesehatan yang prima. Dia berjanji kepada dirinya sendiri untuk tidak lagi menyentuh vape dan berharap kisahnya dapat menginspirasi orang lain.

"Vape tampaknya tidak berbahaya sampai pada suatu titik. Kita tak tau apa yang mungkin terjadi. Waktu mulai mencobanya, saya pikir nge-vape nggak ada bahayanya," ujar Stelzer.

 
Berita Terpopuler