Psikolog UI : Lato-lato Dapat Timbulkan Emosi Positif Anak

Permainan lato-lato mengasah keterampilan motorik dan fisik.

network /Kampus Republika
.
Rep: Kampus Republika Red: Partner

Permainan lato-lato mampu menimbulkan rasa penasaran dan memacu diri untuk menguasainya. Foto : republika

Kampus—Permainan lato-lato kini sedang popular di tengah masyarakat, terutama kalangan anak-anak. Psikolog Klinis Anak Universitas Indonesia (UI) Efriyani Djuwita, MS, Psikolog, menilai permainan lato-lato ini dapat menimbulkan emosi positif bagi anak-anak.

Efriyani Djuwita yang juga Dosen Fakultas Psikologi Universitas Indonesia mengatakan, permainan lato-lato mampu menimbulkan rasa penasaran dan memacu diri untuk menguasainya. Terlebih, jika orang-orang di sekitarnya banyak yang terampil memainkan lato-lato.

“Tren di masyarakat mengenai permainan ini, mampu menambah rasa penasaran dan ingin mencoba, sehingga pada akhirnya banyak kita jumpai anak-anak memainkan mainan ini di mana-mana,” ujar Efriyani.

Lebih dari sekadar permainan, menurut Efriyani, permainan lato-lato ini dapat menimbulkan emosi positif bagi seseorang –terlebih pada anak-anak–, seperti emosi senang, karena merasa berhasil dan bangga karena mampu melakukannya. Hal ini menjadi salah satu emosi positif yang mungkin dirasakan anak saat berhasil memainkan lato-lato.

“Karena permainan ini memang mengasah keterampilan motorik dan fisik, maka anak akan terlatih dalam aspek perkembangan tersebut,”vkata Efriyani.

Dia menjelaskan, dalam permainan ini, kontrol gerakan motorik tangan juga berperan sehingga gerakan lato-latonya bisa berhasil. Jika dilihat lebih lanjut, dari aspek sosial, kegiatan bermain ini sedang marak dimainkan oleh semua orang, menurutnya maka bisa menjadi suatu media yang dapat membantu interaksi sosial anak, seperti dengan cara bermain bersama.

“Selain itu, sense kompetisi juga dapat tumbuh pada anak.”

Menurutnya, meskipun lato-lato merupakan permainan sederhana, tetapi perlu diperhatikan kesesuaiannya dengan usia anak. Untuk itu, diperlukan peran orang tua dalam mengedukasi dan mendampingi mereka saat bermain lato-lato. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah material mainan tersebut karena belum lama ini terdapat kasus anak yang harus dioperasi matanya akibat terkena pecahan lato-lato.

“Pertama tentunya, menyeleksi dulu apakah alat permainan ini sesuai dan cocok untuk anaknya. Kedua, ketika orang tua sudah tahu mana permainan yang aman dan cocok untuk anaknya, orangtua bisa memberikan contoh bagaimana memainkannya terlebih dahulu jika anak memang mengalami kesulitan memainkannya. Di sini, orang tua bisa menjadi play leader dan kemudian secara perlahan membiarkan anak melakukan trial and error dan bermain dengan caranya. Orang tua juga bisa memberikan aturan kapan permainan ini bisa dimainkan dan dimana tempat yang aman dan cocok memainkannya,” papar Efriyani.

Lebih lanjut Efriyani menambahkan, langkah selanjutnya yang harus dilakukan orang tua adalah orang tua bisa menjadi co-player , artinya orang tua bisa menjadi teman bermain anak. Terakhir, orang tua juga bisa memegang peran onlooker , yakni orang tua menjadi pengamat dan siap membantu jika anak memerlukan bantuan. Hal ini juga berarti, jika anak sudah terampil bermain lato-lato, orang tua tetap harus mengawasi.

Di sisi lain, papar Efriyani, lato-lato juga turut berpengaruh pada aturan beberapa sekolah di Indonesia. Seperti, Dinas Pendidikan (Disdik) kabupaten Bandung Barat yang melarang siswa Sekolah Dasar (SD) membawa mainan lato-lato ke sekolah. Menanggapi tersebut, Efriyani menyampaikan bahwa aturan tersebut dilakukan sekolah karena beberapa hal, misalnya menganggu jalannya kegiatan sekolah, menimbulkan risiko kecelakaan, dan lain sebagainya.

“Sebenarnya, sekolah bisa memberikan ruang atau waktu tertentu untuk bermain mainan ini sehingga pengawasan dari pihak sekolah juga bisa optimal. Misalnya, tidak setiap hari tapi ada hari tertentu anak-anak diperbolehkan membawa dan bermain di waktu dan tempat tertentu. Dibuat kompetisi antar siswa juga bisa. Saya rasa, itu bisa menyenangkan dan bermanfaat untuk anak-anak. Intinya adalah karena ini ruang lingkupnya di sekolah, tentunya permainan ini harus bisa diawasi untuk tidak menimbulkan kecelakaan dan tentunya tidak menganggu aktivitas sekolah,” terang Efriyani.

Baca juga :

Psikolog Unpad : Calon Mahasiswa Perlu Mengetahui Minat dan Bakatnya Sebelum Melanjutkan Studi

Bagaimana Mengatasi Cemas Hadapi Ujian SBMPTN ? Psikolog UGM Beri Solusi

Alumni Unpad Diundang Lanjutkan Kuliah dengan Beasiswa, Apa Syaratnya ?

Atalia Ridwal Kamil Lulus Program Doktor Ilmu Komunikasi Unpad dengan Predikat Cumlaude

Unpad Siap Laksanakan Penerimaan Mahasiswa Baru dengan Tes Potensi Skolastik (TPS)

Unpad Tawarkan Beasiswa Doktor dan Fast Track Bagi Mahasiswa Baru

Mau Berburu Beasiswa Tahun 2022 ? Ini Linknya

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan menyampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com

 
Berita Terpopuler