Waspada Jika Jajanan Anak Punya Rasa, Aroma, dan Penampilan yang tidak Wajar

Kasus chiki ngebul harus jadi alaram darurat dalam pengawasan keamanan jajanan anak.

Tahta Aidilla/Republika
Jajanan chiki ngebul. Sejumlah anak di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat keracunan makanan setelah mengonsumsi jajanan chiki ngebul pada November 2022. Waspadai jajanan anak jika tampak memiliki rasa, aroma, dan penampilan yang tak lazim.
Rep: Dian Fath Risalah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro Hepatologi Dr dr Muzal Kadim SpA(K) menyampaikan sejumlah ciri-ciri jajanan anak yang harus diwaspadai. Salah satunya adalah makanan yang memiliki warna cerah sekali.

"Kita lihat, kalau makanan warnanya menggiurkan, warnanya cemerlang sekali itu hati-hati ya. Zat pewarna makanan yang aman itu biasanya warnanya tidak terlalu cerah," kata dr Muzal dalam konferensi pers Ikatan Dokter Anak Indonesia secara daring, Selasa (17/1/2023).

Dr Muzal pun menyerukan orang tua untuk melarang buah hatinya memakan jajanan yang memiliki warna terlalu terang. Ada kemungkinan jajanan tersebut mengandung Rhodamin B atau zat pewarna yang biasanya digunakan untuk kertas dan tekstil.

"Sementara itu, kalau makanannya bisa bertahan lama, itu dikhawatirkan mengandung pengawet tertentu," ujarnya.

Oleh karenanya, dr Muzal meminta para orang tua agar lebih memperhatikan rasa dan bau dari jajanan yang dikonsumsi anaknya. Ayah dan ibu harus lebih waspada bila ada rasa, bau, atau gas yang tidak wajar pada jajanan anak.

"Ada makanan yang mengeluarkan gas tertentu misalnya uap tertentu yang mencurigakan itu juga harus hati-hati," katanya.

Baca Juga

Infografis Waspada Bahaya Chiki Ngebul - (Infografis Republika)



Memang, menurut Muzal, agak sulit membedakan makanan yang mengandung zat berbahaya bagi tubuh anak, khususnya jika kadar zat tersebut tidak banyak. Namun, ia menyarankan para orang tua harus melakukan pengawasan terkait jajanan buah hati mereka.

Sementara itu, Ketua Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan, temuan kasus anak sakit akibat chiki berasap nitrogen (chiki ngebul) merupakan alarm darurat bagi semua pihak dalam memperkuat pengawasan serta keamanan konsumsi makanan pada anak-anak. Ia menyebut, seluruh pihak harus turun tangan, baik dari masyarakat, orang tua, dan pemerintah.

"Harus sama-sama kita jadikan wake up call supaya kita kembali peduli dan serius pada makanan yang menyehatkan anak-anak kita," ucap dr Piprim.

Dr Piprim juga mengingatkan bahwa junk food menjadi masalah bagi keluarga Indonesia maupun global dalam memperbaiki asupan gizi anak. Junk food mewakili makanan yang memiliki kalori, lemak, dan gula yang tinggi.

"Jadi, kalau kita lihat ke swalayan, itu makanan camilan yang dikonsumsi oleh kita dan anak-anak kita betul-betul refine carbs. Tinggi gula dan tinggi lemak trans yang sangat inflamatif," kata dr Piprim.

 
Berita Terpopuler