Dampak Negatif Nitrogen Cair Bila Tertelan Merujuk Kasus 'Chiki Ngebul'

Dalam kondisi berat, keracunan nitrogen cair bisa berujung pada kebocoran lambung.

Republika/Shabrina Zakaria
Jajanan ciki ngebul di sebuah pusat perbelanjaan Kota Bogor.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Arie Lukihardianti, Antara

Baca Juga

Belakangan fenomena 'chiki ngebul' menjadi heboh lantaran penggunaan nitrogen cair dalam jajanan yang tengah populer itu kemudian mengakibatkan kasus keracunan pada anak. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pekan lalu telah mengeluarkan imbauan resmi atas bahaya jajanan 'chiki ngebul'.

Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gastro-Hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr dr Muzal Kadim, SpA(K) menyebutkan dampak yang bisa terjadi pada tubuh bila nitrogen dalam bentuk cair tertelan, salah satunya perut kembung. Dampak lainnya yang lebih buruk bahkan bisa terjadinya kebocoran lambung.

"Kalau 1 mililiter menjadi 700 mililiter, kalau secara cepat masuk ke lambung, menguap menjadi 700 mililiter, kapasitas lambung kan kecil ya. Paling-paling enggak sampai 100 mililiter. Kalau langsung mengembang secara cepat, perut jadi kembung," jelas dia kepada awak media secara daring, Selasa (17/1/2023).

Tak hanya kembung, seseorang yang menelan nitrogen cair juga dapat mengalami sakit perut hebat, rasa begah dan terkadang muntah. Pada kondisi yang lebih berat, dia bisa mengalami kebocoran lambung atau perforasi lambung.

Menurut Healthline, mereka dengan kondisi perforasi lambung biasanya merasa nyeri yang memburuk saat menyentuh atau meraba area lambung atau saat bergerak. Pasien juga bisa mengalami gejala peritonitis seperti kelelahan, buang air kecil, tinja, atau gas lebih sedikit, sesak napas, detak jantung yang cepat dan pusing. Ini dikatakan termasuk kondisi darurat medis yang membutuhkan perawatan medis segera karena dapat mengancam jiwa.

Muzal mengatakan, nitrogen pada dasarnya zat yang tidak berbahaya, tidak berbau, berasa dan berwarna. Zat ini bisa dipadatkan sedemikian rupa sehingga menjadi bentuk cair dengan suhu minus 196 derajat untuk digunakan dalam pengolahan dan penyajian makanan.

Nitrogen cair dapat menguap secara cepat sehingga dapat membentuk gas seakan efek mengebul. Makanan-makanan tertentu yang disajikan dengan zat ini seolah-olah mempunyai sensasi mengeluarkan asap.

"Selama dipakai dalam hal sesuai tidak masalah, hanya sebagai bahan untuk pendingin. Tapi kalau bahan cairnya tertelan, itu akan menimbulkan masalah," kata Muzal.

Oleh karena itu, menurut dia, perlu pengelolaan yang baik terkait nitrogen cair ini. Pun bagi orang yang mengelola zat karena dia berisiko terkena luka dingin apabila melakukan kontak terlalu lama tanpa menggunakan pelindung.

"Cara penyimpanan tidak boleh di ruang tertutup yang tidak kuat, dia (nitrogen) bisa mengembang dengan cepat bahkan meledak," kata dia.

Sebelumnya, Guru Besar IPB University dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Prof Dr Nuri Andarwulan mengatakan, menghirup nitrogen cair secara berlebihan dapat mengakibatkan pusing, mual, muntah, kehilangan kesadaran, pernafasan cepat, sesak napas tanpa peringatan dan kematian. Gejala tersebut dapat muncul karena saat dihirup nitrogen akan menguasai sebagian besar ruang di  paru-paru.

“Nitrogen yang terhirup itu akan menguasai paru-paru dan seperti menggantikan oksigen seperti itu sehingga dapat sampai ke kematian,” ujar Nuri dalam diskusi daring, Rabu (11/1/2023) pekan lalu.

Selain itu, jajanan 'chiki ngebul' juga menyebabkan radang dingin dan luka bakar terutama pada beberapa jaringan lunak. “Jadi bukan kemudian nitrogen cair ini terbakar karena api tapi karena suhunya yang sangat dingin menyebabkan bentuk lukanya seperti luka bakar tapi luka bakar bukan api tapi luka bakar karena dingin yang parah,” jelasnya.

Bahaya biologis juga bisa terjadi bila adanya kontak antara kulit dan nitrogen cair atau pipa atau bejana yang merupakan wadah dari nitrogen cair namun tidak diinsulasi, sehingga menyebabkan wadah tersebut mengandung nitrogen cair. Akibatnya, bisa menyebabkan luka bakar dingin yang parah.

“Kalau kita lihat kemasan dari si 'chiki ngebul' tadi juga tanpa insulasi, ini juga dapat menyebabkan luka bakar dingin yang parah. Terkadang juga ada nitrogen cair yang tersisa di bagian bawah wadah sajian, kemudian karakteristik nitrogen cair itu tidak berasa atau hambar sehingga jika konsumen atau pelanggan tidak diinstruksikan untuk menunggu sebelum nitrogen benar-benar menguap mereka mungkin tidak secara sengaja menelannya jadi tanpa sadar menelan padahal itu adalah nitrogen,” terangnya.

In Picture: Kemenkes Meminta Seluruh Pihak Mewaspadai Kasus Keracunan Chiki Ngebul

Penjual menunjukkan jajanan ciki ngebul (cikbul) di Jalan Dr Ir Sukarno, Sumur Bandung, Kota Bandung, Sabtu (7/1/2023). Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta seluruh pihak, terutama Dinas Kesehatan (Dinkes) dan rumah sakit di Indonesia untuk mewaspadai jika ada temuan kasus keracunan jajanan cikbul yang menggunakan nitrogen cair. Imbauan tersebut disampaikan seiring dengan pelaporan kasus peningkatan korban keracunan cikbul nitrogen cair di Provinsi Jawa Barat. - (ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA)

 

Hingga Kamis (12/1/2023) pekan lalu, Direktur Penyehatan Lingkungan (PL) Kementerian Kesehatan RI, Anas Ma’ruf mengatakan, pihaknya kembali mendapatkan laporan kasus baru jajanan ice smoke atau 'chiki ngebul'. Laporan tersebut berasal diterima setelah  Kemenkes mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor SR.01.07/III.5/67/2023 perihal Pelaporan Kasus Kedaruratan Medis dalam Penggunaan Nitrogen Cair pada Makanan.

Berdasarkan laporan yang diterima Kemenkes, kasus keracunan 'chiki ngebul' baru ditemukan pada Juli 2022. Kemenkes mencatat puluhan laporan kasus keracunan 'chiki ngebul' terjadi di Ponorogo, Jawa Timur; Tasikmalaya dan Bekasi, Jawa Barat. 

 

Dalam surat edarannya Nomor KL.02.02/C/90/2023, Direktur Jenderal P2P Kementerian Kesehatan, ​​Maxi Rein Rondonuwu meminta Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/Kota, Puskesmas dan B/BTKLPP serta Kantor Kesehatan Pelabuhan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap produk pangan siap saji yang menggunakan nitrogen cair yang beredar di masyarakat di wilayah kerjanya. Maxi juga memerintahkan segenap pihak tersebut memberikan edukasi kepada pelaku usaha dan pihak-pihak terkait terhadap bahaya nitrogen cair terhadap pangan siap saji. 

“Memberikan edukasi kepada sekolah-sekolah, anak-anak dan masyarakat terhadap bahaya nitrogen cair pada pangan siap saji dan untuk restoran yang menggunakan nitrogen cair pada produk pangan siap saji harus di bawah pembinaan dan pengawasan dari Dinas Kesehatan setempat dan pihak terkait serta diberikan informasi cara konsumsi yang aman kepada konsumen,” ujarnya.

Ia juga menekankan untuk Tempat Pengelolaan Pangan (TPP) selain restoran, seperti gerai pangan jajanan keliling tidak direkomendasikan menggunakan nitrogen cair pada produk pangan siap saji yang dijual. Jika terjadi keracunan pangan yang disebabkan penambahan nitrogen cair agar dilakukan investigasi oleh Tim Gerak Cepat (TGC) sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 2 tahun 2013 tentang Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan.

Di Provinsi Jawa Barat, kasus keracunan 'chiki ngebul' telah ditetapkan sebagai status kejadian luar biasa (KLB). Menurut Plt Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat Nina Susana, Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya melaporkan telah terjadi lonjakan kasus keracunan makanan pada siswa SDN Ciawang setelah menyantap jajanan chiki bernitrogen pada 15 November 2022 lalu. Sementara itu, pada 3 Januari 2023 Dinas Kesehatan Kota Bekasi menerima informasi dari Sudinkes Jakarta Timur bahwa ada pasien keracunan 'chiki ngebul' yang dirawat di RS Haji Jakarta Timur.

Pada kasus yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya, kata dia, terdapat 24 anak mengkonsumsi 'chiki ngebul' pada periode yang sama. Sementara itu, menurut Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes Jabar, dr. Ryan Bayusantika, berharap masyarakat lebih berhati-hati karena ternyata makanan yang mengandung cairan nitrogen berbahaya bagi anak-anak.

 

 

 

Infografis Waspada Bahaya Chiki Ngebul - (Infografis Republika)

 
Berita Terpopuler