Mengapa Umat Islam Diperintahkan untuk Percaya kepada Datangnya Kiamat?

Hari kiamat merupakan salah satu peristiwa yang pasti akan datang

pulsk.com
Hari Kiamat (ilustrasi). Hari kiamat merupakan salah satu peristiwa yang pasti akan datang
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Percaya terhadap hari akhir atau kiamat merupakan salah satu rukun iman yang utama. 

Baca Juga

Pemimpin Pesantren Persis No 95 Abu Hurairah Sapeken, Jawa Timur, Ustaz Ad-Dailamy mengatakan, iman seseorang akan rusak jika tidak percaya kepada hari akhir. Seluruh rukun iman adalah satu kesatuan yang  tidak boleh diyakini secara parsial.

Khusus iman kepada hari akhir, menurut Ustaz Ad-Dailamy, itu tidak sekadar mengetahui bahwa dunia ini akan sampai kepada kehancuran. "Akan tetapi lebih daripada itu, beriman kepada keberadaan pengadilan Allah SWT berikut sanksi-sanksinya yang diberikan," katanya dikutip dari Harian Republika, Jumat (13/1/2022). 

Pasalnya, setelah bumi ini dihancurkan, Allah SWT akan memeriksa semua amalan manusia selama hidup di dunia. Pada waktu itulah manusia ditentukan golongan-golongan yang disesuaikan dengan amal ibadahnya.

Jadi, masa depan setiap manusia ditentukan setelah hari akhir, apakah dia mendapat tempat yang baik atau sebaliknya, mendapat tempat yang buruk di akhirat nanti. "Jadi, baik dan buruk akan diterima sebagai balasan seluruh kerjanya selama masa hidup yang ditentukan oleh mahkamah Allah SWT," katanya.

Fungsi iman kepada hari akhir, menurut Ustadz Ad-Dailamy, agar manusia mawas diri. Ia juga harus memanfaatkan kehidupan di dunia semaksimal mungkin guna mengumpulkan bekal.

Pimpinan Pondok Pesantren Al Israq, Kebon Jeruk, Jakarta Barat, KH Suherman Muhtar menyebut iman kepada hari akhir akan membuat manusia berhati-hati dalam bertingkah laku.

Dia akan takut kepada Allah SWT karena yakin perbuatannya pasti akan dimintai pertanggungjawaban kelak. "Kalau tidak percaya hari akhir, nanti terlena dengan kehidupan dunia," ujar Kiai Suherman.

Iman kepada hari akhir juga erat kaitannya dengan takwa. Iman kepada hari kebangkitan akan menggerakkan manusia bersungguh-sungguh menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya. "Itu esensi takwa," ucapnya.

Kiai Suherman menggambarkan betapa hari akhir adalah peristiwa yang dahsyat. Manusia saat itu hanya mementingkan dirinya sendiri. Mereka tak peduli lagi dengan urusan keluarga terdekatnya. Tidak ada yang  bisa menyelamatkan manusia pada hari itu selain rahmat dan kasih sayang Allah.

"Ketika hari kiamat, semua makhluk akan berserah diri kepada Allah SWT. Tidak ada berpegang dia (manusia) selain kepada Allah SWT," ujarnya.

Saat itu adalah saat ketika gunung-gunung beterbangan seperti kapas, langit runtuh, dan bumi hancur. Semua orang memikirkan tentang amalnya semasa hidup. "Apakah diterima atau tidak?" sebutnya.

Gambaran kedahsyatan kiamat juga diamini Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Huda, Sidangkerta, Bandung  Barat, Jawa Barat, KH Jajang Abdul Rosid.

Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni

Menurut dia, anak akan terpisah dari bapaknya dan tidak dapat saling menolong karena memikirkan keselamatannya sendiri. Kiai Jajang menyitir Alquran surah Luqman ayat 33: 

 يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

"Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (setan) memperdayakan kamu dalam (menaati) Allah."

Gambaran lain tentang kiamat tergambar jelas di surah al-Zalzalah. Bumi saat itu digambarkan berguncang dengan guncangan yang dahsyat.

Bumi juga mengeluarkan beban-beban yang selama ini dikandungnya. Manusia juga akan dibangkitkan dari kubur dengan keadaan yang bermacam-macam. Lantas Allah akan menghisab setiap amalan manusia meski sebesar dzarrah.

Selain itu, hikmah iman kepada hari akhir agar manusia memiliki pedoman hidup. Jika ada awal penciptaan, tentu akan ada akhir kehidupan di dunia.

Kiai Jajang menjelaskan, Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 4 menyebutkan kepastian tentang kehidupan akhirat. "Maknanya, kita mesti percaya bahwa hari akhir itu akan terjadi," terangnya. 

وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ "Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Alquran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat."

Menurut Kiai Jajang, termasuk orang yang fasik jika ada orang Islam tidak memercayai salah satu di antara rukun iman yang enam itu. Fasik artinya orang yang tidak percaya kepada ketentuan Allah, tetapi ia belum jatuh ke dalam golongan musyrik.

 

"Kalau tidak percaya semuanya, baru itu orang musyrik. Orang musyrik itu pada intinya menyekutukan Allah. Tapi, kalau sebatas tidak percaya, itu termasuk orang munafik," katanya.   

 
Berita Terpopuler