Memahami Lagi Pemikiran Islam Nusantara Kiai Said Aqil Siraj

Kiai Said adalah sosok yang getol menggaungkan Islam Nusantara

network /Rahmat Fajar
.
Rep: Rahmat Fajar Red: Partner

Mantan Ketum PBNU KH. Said Aqil Siraj

Dokumen Republika

NYANTRI--Festival Tradisi Islam Nusantara jelang puncak acara perayaan satu abad Nahdlatul Ulama (PBNU digelar di Stadion Diponegoro, Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (9/1). Acara dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Menkopolhukam Mahfud MD, Menteri BUMN sekaligus Ketua SC Peringatan Satu Abad NU Erick Thohir, Gubernur Jawa Timur, Khofidah Indar Parawansa, Yenny Wahid, Rais Aam KH. Miftachul Akhyar, Ketum PBNU Gus Yahya, Habib Syech dan tokoh lainnya.

Tak ada salahnya mengulas kembali pandangan Islam Nusantara mantan Ketum PBNU Periode 2010-2021 KH. Said Aqil Siraj. Kia Said adalah sosok yang getol menggaungkan Islam Nusantara. Ia bahkan dengan berani menghadapi segala tudingan miring dari orang maupun kelompok tertentu yang menentang sebutan Islam Nusantara.

A Musthofa Haroen dalam bukunya “Meneguhkan Islam Nusantara Biografi Pemikiran & Kiprah Kebangsaan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj MA” memandang bahwa memang konsep Islam Nusantara membutuhkan pematangan dan penguatannya dalam kerangka epistemiknya. Menurutnya pemikiran Kiai Said tentang Islam Nusantara perlu menjadi perenungan.

Kiai Said mengatakan bahwa Islam Nusantara merupakan gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya dan adat istiadat di tanah air. Dengan demikian ini bukan barang baru di Indonesia. Pernyataan tersebut Kiai Said sampaikan dalam sebuah acara di PBNU, Jakarta, 9 Maret 2015.

Kiai Said memang terus menerus secara konsisten mengkampanyekan Islam Nusantara di berbagai forum diskusi maupun saat berpidato di atas panggung. Ia menegaskan bahwa Islam Nusantara bukan agama baru. Ia menegaskan konsep Islam Nusantara adalah mensinergikan antara ajaran Islam dengan adat istiadat masyarakat setempat.

Cakupan Nusantara, ia menambahkan tak hanya di Indonesia namun juga di kawasan Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Pattani Thailand. Tetapi titik sentrum dari Islam Nusantara yakni di Indonesia. Sebab khazanah pengetahuan, arsip,warisan budaya tersebar di Indonesia.

Sejarah panjang kerajaan-kerajaan di Islam di Indonesia, masa Walisongo hingga lahirnya Nadhaltul Ulama (NU) adalah jejak panjang yang menguatkan peradaban Islam Nusantara. Satu hal yang sering Kiai Said juga sampaikan bahwa Islam Indonesia tak harus seperti di kawasan Arab dan Timur Tengah. Tetapi Islam di Indonesia mempunyai kekhasan tersendiri dengan mengparesiasi kebudayaan setempat.

 
Berita Terpopuler