Bangsal RS Afghanistan Dipenuhi Anak-anak yang Menderita Pneumonia

Malnutrisi berkontribusi pada melemahnya sistem kekebalan tubuh anak-anak Afghanistan

EPA-EFE/JALIL REZAYEE
Seorang bayi yang baru lahir dirawat di kamar bayi di Rumah Sakit Bersalin Rezaei di Herat, Afghanistan, 22 Februari 2021. Dokter dan pekerja bantuan di Afghanistan mengatakan, ribuan anak dirawat di rumah sakit karena pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Di sebuah kamar tidur rumah sakit pada awal musim dingin di Kabul, Maryam (22 tahun) duduk bersama bayi laki-lakinya yang terbungkus jaket merah. Bayi bernama Rahmat yang berusia 10 bulan itu masih mengalami batuk beberapa hari setelah keluar untuk ketiga kalinya dari bangsal rumah sakit karena dugaan pneumonia. 

Baca Juga

Maryam mengatakan, setiap kali Rahmat dibawa pulang dari rumah sakit, penyakit yang dideritanya selalu kambuh. Maryam telah menjual barang-barang yang ada di rumahnya untuk pengobatan Rahmat.

"Saya takut, ini baru awal musim dingin, apa yang akan terjadi?," kata Maryam.

Maryam mengatakan, keluarganya hanya bisa membeli batu bara dalam jumlah kecil. Maryam dan keluarganya terpaksa mengurangi pembelian makanan agar anak mereka bisa tetap dalam kondisi hangat. Keluarga Maryam mengalami kesulitan ekonomi setelah suaminya kehilangan pekerjaan. 

Keluarga Maryam termasuk di antara banyak orang di Afghanistan yang tidak mampu membeli pemanas yang memadai. Seringkali harus memilih antara makanan dan bahan bakar karena krisis ekonomi melanda negara itu.

Dokter dan pekerja bantuan mengatakan, ribuan anak dirawat di rumah sakit karena pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya. Penyakit ini disebabkan oleh flu dan kekurangan gizi. Krisis kemungkinan akan menjadi lebih buruk karena Taliban melarang staf perempuan bekerja di organisasi nonpemerintah (LSM).

Larangan pekerja perempuan di LSM telah menyebabkan lebih dari 180 organisasi internasional menangguhkan operasi di bulan-bulan musim dingin yang penting. Mereka tidak dapat beroperasi di negara konservatif tanpa staf perempuan untuk menjangkau perempuan dan anak-anak.

"Pasien kami meningkat dibandingkan sebelumnya, alasan utamanya adalah ekonomi," kata kepala Penyakit Dalam Rumah Sakit Anak Indira Gandhi di Kabul, Mohammad Arif Hassanzai.

 

Lebih dari 6.700 anak dirawat pada November 2022 karena pneumonia, batuk, asma, dan kondisi pernapasan lainnya. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan 3.700 anak yang dirawat karena kondisi serupa pada November 2021. Komite Palang Merah Internasional (ICRC), yang mendukung beberapa rumah sakit di Afghanistan, mengatakan, sebelum bulan-bulan musim dingin, telah terjadi peningkatan 50 persen anak balita yang dirawat karena pneumonia pada 2022 dibandingkan tahun sebelumnya.

"Orang-orang meninggal karena pneumonia tahun ini, termasuk anak-anak," kata juru bicara ICRC di Kabul, Lucien Christen.

Christen menambahkan, malnutrisi berkontribusi pada melemahnya sistem kekebalan tubuh anak-anak. Pekerja bantuan mengatakan polusi juga memburuk tahun ini karena lebih banyak orang membakar sampah dan plastik untuk pemanasan.

Di bangsal yang didedikasikan untuk pasien pneumonia di rumah sakit, satu tempat tidur digunakan untuk dua hingga tiga bayi. Para orang tua tampak khawatir melihat kondisi anak-anak mereka. Beberapa ibu menempelkan masker oksigen kecil ke wajah bayi mereka, sementara para ayah menunggu di koridor luar.

Tiba-tiba terdengar keributan. Seorang bayi berusia satu bulan, Mohammad, berhenti bernapas dan bibirnya membiru. Paman Mohammad panik dan menggendong bayi itu dalam selimut hijau, kemudian diarahkan ke unit gawat darurat khusus di lantai bawah. Dia berlari ke bawah, dan ibu bayi itu berlari di belakangnya sambil menangis.

Di unit gawat darurat, Mohammad terhubung ke tabung oksigen melalui hidungnya.  Dokter mengatakan, dia dalam kondisi kritis dan membutuhkan waktu lima hari untuk stabil. Ibu Mohammad berada di samping tempat tidur sang anak. Ayah Mohammad telah kehilangan pekerjaan dan mereka tidak mampu membeli pemanas.  

"Rasanya jantungku berhenti," ujar ibunda Mohammad ketika melihat putranya berhenti bernapas.

Lebih dari separuh populasi di Afghanistan bergantung pada bantuan kemanusiaan. Perekonomian Afghanistan mengalami guncangan setelah Taliban kembali berkuasa pada 2021. Hal ini menyebabkan PDB Afghanistan menyusut 20 persen tahun lalu. Afghanistan telah terkena pemotongan pengeluaran pembangunan oleh pemerintah asing, penegakan sanksi Barat dan pembekuan aset bank sentral negara yang sangat menghambat sistem perbankan.

 

 

 
Berita Terpopuler