Imam Al-Ghazali: Ilmu Ibarat Batang Pohon, Ibadah Ibarat Buahnya

Ilmu lebih mulia dari sekadar ibadah tanpa ilmu.

www.pxhere.com
Imam Al-Ghazali: Ilmu Ibarat Batang Pohon, Ibadah Ibarat Buahnya
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin menjelaskan betapa pentingnya ilmu, bahkan ilmu lebih mulia dari sekadar ibadah tanpa ilmu. Tapi menurut pandangannya, ilmu ibarat batang pohon, ibadah ibarat buahnya.

Ilmu lebih mulia dari sekadar ibadah tanpa ilmu. Akan tetapi, di samping mempelajari dan mengetahui ilmu, seorang hamba wajib melakukan ibadah. Karena ilmunya tidak akan ada artinya jika tidak diikuti dengan pelaksanaan ibadah.

Ilmu ibarat batang sebuah pohon, sedangkan ibadah ibarat buah dari pohon tersebut. Sebuah pohon tanpa buah tidak bermanfaat.

Baca Juga

Kemuliaan itu memang milik pohonnya, karena pohon yang menjadi asal dari buah. Akan tetapi kita mendapat manfaat dari pohon itu dengan merasakan buahnya. Maka seorang hamba harus memiliki keduanya, yaitu dan ibadah.

Imam Hasan al-Bashri pernah mengatakan, "Tuntutlah ilmu tanpa melalaikan ibadah, dan taatlah beribadah tanpa lupa menuntut ilmu."

Jadi jelas bahwa seorang hamba harus memiliki ilmu dan taat beribadah. Namun, ilmu lebih utama, karena ilmu itu merupakan asal dari sebuah perbuatan dan menjadi petunjuk bagi sang ahli ibadah.

Rasulullah SAW bersabda, "Ilmu itu pemimpin bagi amal, dan amal adalah pengikutnya."

Ada dua alasan mengapa ilmu harus didahulukan daripada ibadah. Pertama, agar ibadah dapat dipraktikkan secara benar. Untuk itu, seorang ahli ibadah wajib memiliki pengetahuan yang cukup tentang Dzat yang harus mereka sembah, baru kemudian mereka menyembah-Nya.

Apa jadinya jika seseorang menyembah sesuatu yang tidak ia ketahui nama dan sifat-sifat-Nya. Apa yang wajib bagi-Nya, apa yang mustahil atas-Nya dan sifat-Nya itu. Ini sangat penting diketahui karena dikhawatirkan seseorang mengitikadkan sesuatu yang tidak layak kepada-Nya. Jika itu terjadi maka ibadahnya menjadi sia-sia.

Seorang ahli ibadah harus mengetahui tentang perintah dan larangan yang ditetapkan oleh syariat. Perintah-Nya wajib dipatuhi, dan larangan-Nya wajib dijauhi secara total. Jika tidak mengetahui tentang perintah dan larangan-Nya bagaimana bisa melaksanakan ibadah dengan baik dan benar.

Maka wajib hukumnya memiliki ilmu tentang ibadah-ibadah seperti yang disyariaatkan, seperti bersuci, sholat, puasa, zakat dan lain sebagainya. Alasan kedua yang menyebabkan ilmu lebih didahulukan adalah karena ilmu yang bermanfaat itu membuahkan perasaan takut kepada Allah Ta'ala dan segan terhadap-Nya.

وَمِنَ ٱلنَّاسِ وَٱلدَّوَآبِّ وَٱلْأَنْعَٰمِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَٰنُهُۥ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى ٱللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ ٱلْعُلَمَٰٓؤُا۟ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS Fatir: 28)

Melihat Surah Fathir Ayat 28, dijelaskan bahwa orang yang tidak mengenal Allah secara benar maka tidak akan segan, hormat dan takut kepada-Nya. Maka dengan ilmu itu seorang hamba mengetahui dan mengenal-Nya, mengagungkan-Nya dan segan terhadap-Nya. Ilmu itu membuat ketaatan secara total dan membendung kemaksiatan seluruhnya, tentunya dengan taufik dari Allah SWT.

Maka sebaiknya seorang hamba mencari ilmu, dan semoga Allah Ta'ala memberi bimbingan kepadanya. Sebelum segala sesuatunya menyibukan kamu, segera mencari ilmu. Allah yang memberi taufik, anugerah dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-Nya. Hal ini dijelaskan Imam Al-Ghazali dalam Kitab Minhajul Abidin yang diterjemahkan Abu Hamas As-Sasaky dan diterbitkan Khatulistiwa Press 2013.

 
Berita Terpopuler