Martina Navratilova Kena Kanker Tenggorokan-Kanker Payudara Sekaligus, Apa Gejalanya?

Kedua kanker yang diderita Martina Navratilova berhasil ditemukan dalam stadium awal.

AP Photo/Tim Ireland, File
Bintang tenis Martina Navratilova terdiagnosis dengan dua jenis kanker, yakni kanker tenggorokan dan kanker payudara. Januari ini, Navratilova mulai menjalani terapi.
Rep: Adysha Citra Ramadani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bintang tenis Martina Navratilova terdiagnosis dengan dua jenis kanker, yaitu kanker tenggorokan dan payudara. Meski serius, Navratilova mengungkapkan bahwa diagnosis ganda yang dia terima masih bisa diobati.

Sebelum terdiagnosis dengan dua jenis kanker, petenis yang memenangkan 18 kali pertandingan Grand Slam ini sempat menemukan adanya pembengkakan kelenjar getah bening di lehernya. Kondisi tersebut mendorong Navratilova untuk melakukan sejumlah pemeriksaan medis.

Baca Juga

Dari pemeriksaan inilah Navratilova terdiagnosis dengan dua jenis kanker. Kabar baiknya, kedua kanker yang diidap Navratilova berhasil ditemukan dalam stadium awal. Oleh karena itu, harapan keberhasilan untuk terapi yang akan dia jalani mulai Januari ini sangat baik.

"Kedua kanker ini masih di stadium awal dengan outcome sangat baik," jelas juru bicara Navratilova.

Belum ada informasi lebih lanjut mengenai terapi yang akan dijalani oleh Navratilova. Namun, Navratilova akan menjalani rangkaian terapi yang berbeda untuk kedua macam kanker yang diidapnya.

Seperti kanker lainnya, menemukan kanker tenggorokan dan payudara lebih dini dapat memberikan harapan keberhasilan pengobatan yang lebih baik. Oleh karena itu, penting untuk mengenali beragam gejala yang mungkin berhubungan dengan kedua kanker tersebut. Berikut ini adalah gejala kanker tenggorokan dan payudara, seperti dilansir The Sun, Rabu (4/1/2023).

Kanker tenggorokan
Kanker tenggorokan merupakan bagian dari kanker kepala dan leher. Kanker kepala dan leher merupakan jenis kanker paling banyak ketujuh di dunia dengan lebih dari 800 ribu kasus baru per tahun.

Kanker kepala dan leher bisa mengenai berbagai area di kepala dan leher. Beberapa di antaranya adalah bibir, rongga mulut, kelenjar ludah, rongga hidung dan paranasal, orofaring, nasofaring, hipofaring, dan laring atau pangkal tenggorokan.

Cancer Research UK mengungkapkan bahwa kanker kepala dan leher bisa memunculkan beragam gejala yang patut diwaspadai. Gejala tersebut adalah nyeri telinga, nyeri tenggorokan, benjolan di leher, kesulitan menelan, penurunan berat badan tanpa sebab, batuk, sesak napas, dan perasaan seperti ada benda tersangkut di tenggorokan.

Kanker payudara
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak ditemukan pada 2020, dengan total kasus mencapai 2,26 juta. Kanker payudara juga merupakan kanker paling mematikan kelima di dunia dengan jumlah kasus kematian mencapai 685 ribu pada 2020.

Kanker payudara dapat memunculkan beberapa gejala yang patut diwaspadai. Menurut National Health Service di Inggris, gejala tersebut adalah perubahan ukuran atau bentuk pada salah satu atau kedua payudara dan adanya cairan yang keluar dari puting dan cairan ini bisa tampak tercampur darah.

Gejala lainnya ialah adanya benjolan atau bengkak di ketiak, kulit payudara tampak memendam seperti lesung pipit, dan ruam di sekitar atau pada puting. Adanya perubahan tampilan puting seperti puting memendam ke dalam juga perlu diwaspadai.

Kanker payudara bisa mengenai pria dan wanita, meskipun mayoritas kasus ditemukan pada wanita. Kementerian Kesehatan Indonesia menganjurkan wanita untuk melakukan pemeriksaan skrining mammografi secara berkala.

Skrining mammografi bisa dilakukan setiap dua tahun sekali pada usia 40-50 tahun dan satu tahun sekali pada usia di atas 50 tahun. Selain itu, wanita usia subur juga dianjurkan untuk melakukan skrining mandiri, yaitu Sadari dan Sadanis.

Sadari dapat dilakukan setiap hari ke-10 setelah hari pertama haid sejak wanita berusia 20 tahun. Sedangkan Sadanis bisa dilakukan pertama kali saat perempuan mendapatkan haid pertama dan tiga tahun sekali untuk perempuan yang lebih dewasa. Pada usia 40 tahun, Sadanis sebaiknya dilakukan setiap tahun.

 
Berita Terpopuler