Seperti Apa Rute Ekspedisi Dzulqarnain dalam Alquran? Ini Penjelasan Ulama

Rute ekspedisi Dzulqarnain diabadikan dalam Alquran surat Al-Kahfi

Pixabay
Ilustrasi ekspedisi Dzulqarnain. Rute ekspedisi Dzulqarnain diabadikan dalam Alquran surat Al-Kahfi
Rep: Ratna Ajeng Tejomukti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Dalam Alquran Surat al-Kahfi ayat 86-92 dijelaskan kisah perjalanan Dzulqarnain.  

Baca Juga

حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ مَغْرِبَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَغْرُبُ فِي عَيْنٍ حَمِئَةٍ وَوَجَدَ عِنْدَهَا قَوْمًا ۗ قُلْنَا يَا ذَا الْقَرْنَيْنِ إِمَّا أَنْ تُعَذِّبَ وَإِمَّا أَنْ تَتَّخِذَ فِيهِمْ حُسْنًا قَالَ أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَىٰ رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا وَأَمَّا مَنْ آمَنَ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُ جَزَاءً الْحُسْنَىٰ ۖ وَسَنَقُولُ لَهُ مِنْ أَمْرِنَا يُسْرًا ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا حَتَّىٰ إِذَا بَلَغَ مَطْلِعَ الشَّمْسِ وَجَدَهَا تَطْلُعُ عَلَىٰ قَوْمٍ لَمْ نَجْعَلْ لَهُمْ مِنْ دُونِهَا سِتْرًا كَذَٰلِكَ وَقَدْ أَحَطْنَا بِمَا لَدَيْهِ خُبْرًا ثُمَّ أَتْبَعَ سَبَبًا

Hingga apabila dia telah sampai ketempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan umat. Kami berkata: "Hai Dzulkarnain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan terhadap mereka.

Berkata Dzulkarnain: "Adapun orang yang aniaya, maka kami kelak akan mengazabnya, kemudian dia kembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya.

Adapun orang-orang yang beriman dan beramal saleh, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami.” Kemudian dia menempuh jalan (yang lain).

Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, Demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya. Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi)." 

Menurut Quraish Shihab, dalam tafsir Al-Mishbah kata (maghrib asy-syams), demikian juga (mathli’asy-syams) tidak dapat dipahami dalam arti tempat terbenam dan terbitnya matahari, karena pada hakikatnyaa tidak ada tempat untuk terbenam dan terbit. Mereka dimaknai sebagai tempat yang dinilai terjauh ketika itu. 

Sementara menurut Sayyid Quthub menjelaskan Dzulqarnain sampai ke satu tempat di pantai Samudera Atlantik yang dahulu dinamai lautan Gelap dan diduga bahwa daratan berakhir di sana.

Baca juga: Siapa Sosok Dzulqarnain yang Disebutkan dalam Alquran? Ini Penjelasan Para Ulama

Kemungkinan yang lebih kuat lagi adalah ketika dia berada di muara salah satu sungai, di mana terdapat banyak rerumputan dan berkumpul di sekitarnya tanah hitam yang lengket, mencair serta terdapat pula daerah yang dipenuhi air bagaikan mata air, dan di sanalah dia melihat matahari terbenam.  

Quraish Shihab mengutip pendapat dari Dr Anwar Qudri, peneliti dari Mesir yang melakukan penelitian selama sepuluh tahun lebih dan berdasarkan informasi sejarah dan geografis yang sangat teliti berpendapat bahwa perjalanan Dzulqarnain yang ke Barat di mana dia menyaksikan matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam adalah kawasan hulu sungai Amazon di Brazil di Samudera Atlantik. Kawasan itu merupakan satu titik silang katulistiwa garis lurus 50 sebelah barat.  

 

Jaraknya antara tempat itu dengan Makkah sejauh 90 garis lurus atau enam jam tepat. Tidak ada satu kawasan yang lebih tepat dan dengan sifat-sifat semacam ini daripada kawasan sungai Amazon itu. 

Dalam tulisan Muhammad Ghallab dalam bukunya Jughrafiyatul ‘Alam (Geografi Dunia). Air sungai Amazon mengalir dari barat ke timur pada suatu daratan rendah. Anak-anak sungainya mengalirkan jumlah yang sangat besar dari lumpur hitam dan tanah liat. 

Sedang perjalanan Dzulqarnain ke timur berakhir di suatu tempat di mana dia menemukan matahari terbit di suatu kawasan yang dihuni segolongan umat yang tidak terlindungi oleh cahaya matahari. Ini menurut peneliti tersebut adalah Pulau Halmahera di Maluku, Indonesia. 

Daerah itu dahulunya adalah hutan belantara, sehingga perumahan tidak dapat dibangun di kawasan itu, dan inilah yang dimaksud ayat dengan tidak ada bagi umat itu sesuatu yang melindunginya dari cahaya matahari. 

Mereka merupakan suatu kaum yang hidup dengan fitrah asli mereka, tidak ada penutup yang mengalangi mereka dari sengatan panas matahari, tidak pakaian,tidak ada juga bangunan. Bukan saja penegasan bahwa Allah yang Mahamengetahui, tetapi juga Allah SWT mengawasi dan membimbing Dzulqarnain dalam langkah-langkahnya. 

Dzulqarnain telah menempuh dua perjalanan panjang yaitu perjalanan ke Barat dan ke Timur. Ketika melakukan perjalanan ini dia bertemu dua umat. 

Pada perjalanan ke Barat (maghrib asy-syams), Dzulqarnain menemukan suatu kaum yang ingkar dan Dzulqarnain pun berdakwah mengajak kepada kebaikan dan keimanan, sedangkan pada perjalanan ke Timur (masyriq asy-syams), dia menemukan suatu kaum yang sepertinya masih primitif atau belum mendapatkan ajakan dakwah untuk beriman kepada Allah SWT. 

Baca juga: Eks Marinir yang Berniat Mengebom Masjid Tak Kuasa Bendung Hidayah, Ia pun Bersyahadat

Islam merupakan agama rahmatan lil 'alamin, Allah SWT menunjukkan kepada Dzulqarnain untuk bersikap bijak dalam mengajak kebaikan dan tanpa kekerasan.

Namun dia mengingatkan kepada umat yang ingkar hendaknya diajak bertobat dan kembali kepada keimanan dengan diperingatkan akan kekufurannya. Allah SWT akan mengazab orang-orang yang ingkar. 

 

Kepada orang-orang yang ingkar sekalipun Dzulqarnain dapat bersikap dan berbuat bijak, apalagi kepada orang-orang yang masih primitif dan belum mendapatkan ajakan kepada agama yang hak. Tentu saja Dzulqarnain akan lebih menonjolkan sikap rahmatan lil alamin.  

 
Berita Terpopuler