10 Bencana Iklim dengan Kerugian Tertinggi Tahun 2022

Pada 2022 terjadi badai, banjir dan kekeringan.

EPA-EFE/REHAN KHAN
Penduduk setempat membangun kembali rumah yang rusak akibat banjir, di distrik Mirpur Khas, provinsi Sindh, Pakistan, 10 Oktober 2022. Menurut otoritas penanggulangan bencana, sekitar 160 jembatan dan 5.000 km (3.200 mil) jalan hancur atau rusak, 3,5 juta hektar tanaman terpengaruh, dan sekitar 800.000 ternak hilang. Lebih dari 33 juta orang terkena dampak banjir, kata Menteri Perubahan Iklim negara itu Sherry Rehman.
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani Red: Dwi Murdaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Bencana iklim membawa kerugian material yang sangat tinggi. Sepuluh badai, banjir, dan kekeringan termahal pada 2022 menelan biaya setidaknya tiga miliar dolar Amerika Serikat (AS).

Baca Juga

Tahun 2022 dianggap sebagai tahun yang ‘menghancurkan’ untuk perubahan iklim. Sebuah laporan menunjukkan dari badan amal Christian Aid telah menyoroti bencana terkait iklim terburuk tahun ini. Dunia melihat badai yang lebih intens, hujan deras dan kekeringan yang didorong oleh kenaikan suhu global sebagai akibat dari aktivitas manusia.

Dilansir dari Metro, Kamis (29/12/2022), bencana iklim itu termasuk badai dan kekeringan di Inggris Raya (UK) dan Eropa. Badai Ian memiliki dampak finansial terbesar, sebesar 100 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun, ketika melanda AS dan Kuba dan September.

Badai itu menyebabkan 130 kematian dan membuat lebih dari 40.000 orang mengungsi, kata sebuah laporan dari badan bantuan itu.

Dampak terbesar dalam hal biaya manusia adalah banjir Pakistan pada Juni hingga September. Menurt para ilmuwan, banjir Pakistan lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim. Badai Pakistan menyebabkan 1.739 kematian dan membuat tujuh juta orang mengungsi.

Banjir itu menelan biaya 5,6 miliar dolar AS atau sekitar Rp 87,5 triliun,  meskipun itu hanya kerugian yang diasuransikan. Biaya sebenarnya dari banjir dahsyat itu diperkirakan lebih dari 30 miliar dolar, kata Christian Aid.

Bencana iklim menyebabkan kematian

Bersamaan dengan 10 peristiwa paling mahal, laporan dari badan amal menyoroti insiden terkait iklim penting lainnya yang juga menyebabkan kematian, migrasi, kehancuran, dan kerusakan lingkungan. Bencana itu termasuk banjir di Malaysia, Brasil, dan Afrika Barat, kekeringan berkepanjangan di Tanduk Afrika, gelombang panas di India dan Pakistan, Arktik, dan Antartika, kebakaran hutan di Chile, badai di Afrika tenggara dan Filipina, dan topan tropis di Bangladesh.

 

Kekeringan di Eropa musim panas ini, yang beberapa kali lebih mungkin terjadi karena perubahan iklim menghabiskan biaya sebesar 20 miliar dolar AS atau sekitar Rp 312,8 triliun. Kekeringan menyebabkan gagak panen, kenaikan harga, memengaruhi pembangkit energi, dan mengganggu pengiriman barang.

Kekeringan di China tahun ini menelan biaya 8,4 miliar dan di Brasil biaya 4 miliar dolar. Banjir di Australia pada Februari hingga Maret menyebabkan 27 kematian. Sementara itu, di Afrika Selatan pada April, 459 orang meninggal akibat banjir. Kedua peristiwa tersebut menyebabkan puluhan ribu orang mengungsi dan menelan biaya miliaran. Banjir yang sangat mahal juga melanda China tahun ini.

Chief Executive Christian Aid, Patrick Watt, berkata: ‘Tapi di balik angka dolar ada jutaan cerita tentang kehilangan dan penderitaan manusia.

Dia mengatakan tanpa pemotongan besar dalam emisi gas rumah kaca, korban manusia dan keuangan ini akan meningkat.

Kerugian manusia akibat perubahan iklim terlihat pada rumah-rumah yang hanyut oleh banjir, orang-orang terkasih yang terbunuh oleh badai, dan penghidupan yang hancur akibat kekeringan.

Christian Aid juga mengatakan laporan itu menunjukkan pentingnya dana yang dibuat pada pembicaraan internasional Cop27 tahun ini untuk memberi kompensasi kepada orang-orang di negara-negara miskin atas kerugian dan kerusakan yang mereka derita akibat krisis iklim.

 

Berikut ini adalah 10 bencana terkait iklim teratas selama setahun terakhir: 

Februari: Badai Eunice di Belgia, Jerman, Irlandia, Belanda, Polandia, dan Inggris Raya, 4,3 miliar dolar AS (kerugian sekitar Rp 67,2 triliun)

Februari-Maret: Banjir Australia Timur, dengan kerugian 7,5 miliar dolar AS (sekitar Rp 117,3 triliun)

April: Banjir di KwaZulu Natal dan Eastern Cape, Afrika Selatan, kerugian mencapai 3 miliar dolar AS (sekitar Rp 46,9 triliun)

Juni hingga September: banjir Pakistan, dengan kerugian 5,6 miliar dolar (sekitar Rp 87,5 triliun)

Juni hingga September: banjir China dengan kerugian 12,3 miliar dolar (sekitar Rp 192,3 triliun)

Juni hingga September: kekeringan Eropa menimbulkan kerugian 20 miliar dolar (sekitar Rp 312,8 triliun)

September: Badai Fiona, Karibia dan Kanada menimbulkan kerugian 3 miliar dolar (sekitar Rp 46,9 triliun)

September-Oktober: Badai Ian, di Kuba dan AS menimbulkan kerugian 100 miliar dolar (sekitar Rp 1,5 kuadriliun,-)

Sepanjang tahun: kekeringan Brasil, dengan kerugian 4 miliar dolar (sekitar Rp 62,5 triliun)

 

Sepanjang tahun: kekeringan China, dengan kerugian 8,4 miliar dolar (sekitar Rp 131,3 triliun)

 
Berita Terpopuler