Anak Yatim Piatu Ukraina Diselamatkan Agar tidak Diambil Rusia

Rusia mencoba memberikan ribuan anak Ukraina kepada keluarga Rusia untuk diasuh.

AP Photo/Bernat Armangue
Staf rumah sakit merawat anak-anak yatim piatu di bangsal bersalin rumah sakit regional anak-anak di Kherson, Ukraina selatan, Selasa, 22 November 2022. Selama perang di Ukraina, otoritas Rusia dituduh mendeportasi anak-anak Ukraina ke Rusia atau wilayah yang dikuasai Rusia untuk membesarkan mereka sebagai milik mereka. Setidaknya 1.000 anak disita dari sekolah dan panti asuhan di wilayah Kherson selama delapan bulan pendudukan Rusia di wilayah tersebut, keberadaan mereka masih belum diketahui.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, KHERSON -- Beberapa jam setelah Rusia menginvasi Ukraina pada Februari, staf kesehatan di rumah sakit anak-anak di wilayah selatan diam-diam mulai merencanakan cara untuk menyelamatkan bayi-bayi itu. Orang-orang Rusia dicurigai mengambil anak-anak yatim piatu dan mengirim mereka ke Rusia, sehingga staf di rumah sakit daerah anak-anak di Kota Kherson mulai memalsukan rekam medis anak yatim piatu agar tampak seolah-olah mereka terlalu sakit untuk dipindahkan.

Baca Juga

“Kami sengaja menulis informasi palsu bahwa anak-anak itu sakit dan tidak bisa dibawa. Kami takut (Rusia) akan mengetahuinya, (tetapi) kami memutuskan bahwa kami akan menyelamatkan anak-anak dengan cara apa pun," kata Kepala Unit Perawatan Intensif, Dr Olga Pilyarska.

Sepanjang perang, orang Rusia dituduh mendeportasi anak-anak Ukraina ke Rusia atau wilayah yang dikuasai Rusia untuk dibesarkan sebagai anak mereka sendiri.  Setidaknya 1.000 anak diambil dari sekolah dan panti asuhan di wilayah Kherson selama delapan bulan pendudukan Rusia di wilayah tersebut. Pihak berwenang setempat mengatakan, keberadaan anak-anak itu masih belum diketahui.

Staf rumah sakit di Kherson menemukan 11 bayi terlantar. Para bayi tersebut diberikan perawatan di rumah sakit, sehingga mereka tidak perlu memberikannya ke panti asuhan. Para staf mengetahui bahwa, para bayi itu akan diberikan dokumen Rusia dan berpotensi dibawa pergi.  

"Satu bayi mengalami pendarahan paru, satu lagi kejang tak terkendali, dan satu lagi membutuhkan ventilasi buatan," kata Pilyarska tentang rekam medis palsu yang dibuat untuk para bayi tersebut.

Di pinggiran Kherson di Desa Stepanivka, Direktur Pusat Rehabilitasi Sosial dan Psikologis, Volodymyr Sahaidak, juga memalsukan dokumen untuk menyembunyikan 52 anak yatim piatu dan rentan. Pria berusia 61 tahun itu menempatkan beberapa anak dengan tujuh stafnya. Sementara anak lainnya dibawa ke kerabat jauh dan beberapa tetap bersamanya.

“Tampaknya jika saya tidak menyembunyikan anak-anak saya, mereka akan diambil begitu saja dari saya,” ujar Sahaidak.

Tapi memindahkan anak-anak itu bukan perkara mudah.  Setelah Rusia menduduki Kherson dan sebagian besar wilayah pada Maret, mereka mulai memisahkan anak yatim piatu di pos pemeriksaan. Langkah memaksa Sahaidak berimprovisasi untuk mengangkut mereka.  Dalam satu contoh, dia memalsukan catatan medis yang mengatakan bahwa sekelompok anak telah menerima perawatan di rumah sakit dan dibawa oleh bibi mereka untuk dipertemukan kembali dengan ibu mereka yang sedang hamil sembilan bulan, dan menunggu mereka di seberang sungai.

Tidak semua anak-anak Ukraina berhasil diselamatkan. Seorang penjaga keamanan mengatakan kepada The Associated Press, di asuhan di Kherson, sekitar 50 anak dievakuasi pada Oktober dan diduga dibawa ke Krimea, yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada  2014.

“Sebuah bus datang dengan tulisan Z (simbol yang dilukis pada kendaraan Rusia) dan mereka dibawa pergi,” kata warga setempat, Anastasiia Kovalenko.

Penduduk setempat mengatakan, pada awal invasi, sebuah kelompok bantuan lokal berusaha menyembunyikan anak-anak di sebuah gereja. Tetapi Rusia menemukan mereka beberapa bulan kemudian. Rusia mengembalikan mereka ke panti asuhan dan mengevakuasi mereka.

Awal tahun ini, Associated Press melaporkan bahwa Rusia mencoba memberikan ribuan anak Ukraina kepada keluarga Rusia untuk diasuh atau diadopsi. Associated Press menemukan bahwa, para pejabat telah mendeportasi anak-anak Ukraina ke Rusia atau wilayah yang dikuasai Rusia tanpa persetujuan. Rusia menggunakan mereka untuk propaganda, dengan memberi mereka keluarga dan kewarganegaraan Rusia.

Institute for the Study of War yang berbasis di Washington, mengatakan, para pejabat Rusia sedang melakukan kampanye depopulasi yang disengaja di wilayah Ukraina yang diduduki. Rusia mendeportasi anak-anak dengan kedok skema rehabilitasi medis dan program adopsi.

Otoritas Rusia berulang kali mengatakan bahwa, memindahkan anak-anak Ukraina ke Rusia bertujuan untuk melindungi mereka dari permusuhan.  Kementerian Luar Negeri Rusia telah menolak klaim bahwa negara tersebut menyita dan mendeportasi anak-anak tersebut. Pihak berwenang berupaya mencari kerabat anak-anak tanpa orang tua yang ditinggalkan di Ukraina dipulangkan, jika memungkinkan.

Staf rumah sakit bekerja di bangsal bersalin rumah sakit regional anak-anak di Kherson, Ukraina selatan, Selasa, 22 November 2022. Selama perang di Ukraina, otoritas Rusia dituduh mendeportasi anak-anak Ukraina ke Rusia atau wilayah yang dikuasai Rusia untuk dibesarkan sebagai mereka sendiri. Sedikitnya 1.000 anak disita dari sekolah dan panti asuhan di wilayah Kherson selama delapan bulan pendudukan Rusia di wilayah tersebut, keberadaan mereka masih belum diketahui. - (AP Photo/Bernat Armangue)

Ombudsman hak anak Rusia, Maria Lvova-Belova secara pribadi mengawasi pemindahan ratusan anak yatim piatu dari wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia untuk diadopsi oleh keluarga Rusia.  Dia mengeklaim, beberapa anak ditawari kesempatan untuk kembali ke Ukraina tetapi menolak. Namun pernyataan Lvova-Belova tidak dapat diverifikasi secara independen.

Penasihat regional perlindungan anak UNICEF Eropa dan Asia Tengah, Aaron Greenberg, mengatakan, setiap anak yang terpisah dianggap memiliki kerabat dekat yang masih hidup sampai nasib orang tua anak atau kerabat dekat lainnya dapat diverifikasi. Sementara penilaian harus dipimpin oleh pihak berwenang di  negara tempat anak-anak tersebut berada. 

Kepala Administrasi Militer Kherson, Galina Lugova, mengatakan, keamanan lokal dan nasional serta penegak hukum sedang mencari anak-anak yang dipindahkan. Tetapi mereka masih belum tahu apa yang terjadi pada mereka.

“Kami tidak tahu nasib anak-anak ini, kami tidak tahu di mana anak-anak dari panti asuhan atau dari lembaga pendidikan kami, dan ini menjadi masalah,” kata Lugova.

Pada Juli, Rusia membawa 15 anak dari garis depan di wilayah terdekat Mykolaiv ke pusat rehabilitasi Sahaidak dan kemudian ke Rusia. Dengan bantuan orang asing dan sukarelawan, Sahaidak berhasil melacak mereka dan membawa mereka ke Georgia. Sahaidak tidak  memberikan perincian lebih lanjut tentang operasi itu karena takut membahayakan. Tetapi Sahaidak mengatakan, anak-anak itu diperkirakan akan kembali ke Ukraina dalam beberapa minggu mendatang.

Bagi sebagian orang, ancaman deportasi anak-anak oleh Rusia telah membawa hasil yang tidak terduga. Pada Oktober ketika ada tanda-tanda bahwa Rusia mundur, Tetiana Pavelko, seorang perawat di rumah sakit anak-anak, khawatir mereka akan membawa bayi-bayi itu.  Pria berusia 43 tahun itu bergegas ke bangsal dan mengadopsi seorang gadis berusia 10 bulan.

Sambil menyeka air matanya, Pavelko mengatakan, dia menamai bayi itu Kira. Nama ini diambil dari nama seorang martir Kristen. “Dia membantu orang, menyembuhkan dan melakukan banyak keajaiban,” katanya.

 
Berita Terpopuler