Korporasi Tani Mulus, Tingkatkan Produksi Padi, Sejahterakan Petani

Petani enggan berhubungan dengan bank karena adanya persyaratan yang dinilai rumit.

Lilis Sri Handayani/Republika
Dirut PT Tani Mulus Emas, Muhaimin, menunjukkan beras premium Tani Mulus.
Rep: Lilis Sri Handayani Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, Benih padi bersertifikat dari varietas Ciherang tersusun rapi di rak depan Kios Koperasi Tani Mulus. Benih tersebut dikemas dalam kemasan ukuran lima kilogram. Benih itu siap diperjualbelikan kepada para petani, yang akan memulai masa persemaian musim tanam rendeng (penghujan) 2022/2023, pada pertengahan Desember 2022 mendatang. 

Tak hanya benih padi, kios yang terletak di Jalan Raya Mundakjaya-Terisi, Desa Mundakjaya, Blok Munjul, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu itu, juga menjual berbagai sarana produksi pertanian lainnya. Seperti pupuk subsidi dan non subsidi, pupuk organik, obat-obatan pertanian maupun alat-alat pertanian.

"Kios itu memang kami hadirkan sebagai solusi atas permasalahan petani dalam pemenuhan kebutuhan sarana produksi pertanian (saprotan)," ujar Dirut PT Tani Mulus Emas, Muhaimin kepada Republika, Jumat (18/11/2022).

Sebelum menjadi koperasi hingga menjelma sebagai korporasi seperti sekarang, Tani Mulus awalnya hanya merupakan kelompok tani. Setelah itu, bersama dua kelompok tani lainnya, bergabung menjadi gabungan kelompok tani (Gapoktan) Tani Mulus pada 2010. 

Saat itu, anggotanya hanya 140 orang. Adapun luas lahan garapannya 278 hektare, dengan produksi padi saat itu hanya di kisaran lima ton per hektare.

Untuk lebih meningkatkan usaha para petani sekaligus memiliki legalitas hukum, Gapoktan Tani Mulus lalu membentuk koperasi pada 2012. Anggotanya adalah orang-orang yang menjadi anggota gapoktan tersebut. Melalui kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) para anggota, hasil panen mereka mulai meningkat menjadi 6,7 ton per hektare.

Produksi padi itu semakin meningkat setelah mereka menjadi binaan Bank Indonesia (BI) pada 2014. Saat itu, dengan dukungan BI dan peran penyuluh pertanian, mereka diberikan pendampingan, pembinaan dan pelatihan untuk meningkatkan kualitas produk, serta membuat demplot-demplot (lahan percontohan). 

"Kami juga membuat brand dan mendaftarkannya, membuat barcode, mengurus sertifikasinya dari Kementerian Pertanian. Produk-produk kami brand-nya adalah ‘Tani Mulus’. Ada beras premium Tani Mulus, beras merah Tani Mulus dan beras hitam Tani Mulus," kata Muhaimin.

Pada 2017, lanjut Muhaimin, BI mengalihkan pembinaan terhadap Koperasi Tani Mulus kepada Kantor Perwakilan BI Cirebon. Tujuannya, agar lebih dekat dan intens pembinaannya. 

Di bawah binaan BI Cirebon, kegiatan pendampingan terus dilakukan. Termasuk pengembangan demplot-demplot yang menerapkan budidaya penanaman sesuai standar, mulai dari varietas, metode maupun penggunaan pupuk berimbang. "Kami dibina langsung oleh BI," ujar Muhaimin.

BI juga memberikan bantuan berupa bangunan kantor koperasi, mobil boks, kandang domba, kendaraan roda tiga maupun kios saprotan yang ada di Jalan Raya Mundakjaya-Terisi. 

 

Kantor Koperasi Tani Mulus. - (Lilis Sri Handayani/Republika)

 

 

Tiga masalah pokok

Koperasi Tani Mulus pun terus berkembang menghadirkan solusi bagi para anggotanya. Solusi itu dihadirkan untuk mengatasi tiga masalah pokok yang dihadapi petani. Yakni, akses pembiayaan, pemenuhan kebutuhan sarana produksi pertanian serta kepastian pasar saat panen.

"Tani Mulus sudah hadirkan solusi dari ketiga permasalahan itu," ujar Muhaimin.

Dengan menghadirkan solusi bagi petani, Koperasi Tani Mulus telah ditetapkan sebagai korporasi pada 2019 oleh Pemerintah Pusat. Anggotanya kini sudah mencapai 2.744 orang petani, dengan luas lahan 10 ribu hektare di tiga kecamatan. Yakni, Kecamatan Cikedung, Terisi dan Lelea, Kabupaten Indramayu.

Dalam menghadirkan solusi untuk masalah akses pembiayaan, Koperasi Tani Mulus bekerja sama dengan salah satu bank BUMN sejak 2018. Dalam kerja sama itu, koperasi menjadi off taker sekaligus avalis atau disebut juga sebagai channeling agent, untuk penyaluran kredit usaha rakyat (KUR) terhadap petani. 

"Kami berkomitmen sejak awal memberikan pembiayaan kepada petani, dengan mudah, murah dan efisien sehingga tidak membebani mereka," ucap dia.

Muhaimin mengatakan, sebanyak 60 persen bahkan lebih petani merupakan petani penggarap. Jadi, saat petani hendak berhubungan langsung secara individu dengan perbankan, akan sulit dilakukan. Pasalnya, mereka tidak memiliki lahan sendiri sebagai jaminan. 

Selain itu, petani yang belum pernah bersentuhan dengan perbankan, juga akan merasa takut. Mereka pun kebanyakan enggan berhubungan dengan bank karena adanya persyaratan yang terkadang dinilai rumit.

"Untuk itu, Koperasi Tani Muluslah yang bermitra dengan bank. Sehingga, petani tidak secara langsung bersentuhan dengan bank,’’ terang Muhaimin 

Segala persyaratan untuk mengakses pembiayaan dari bank, diurus oleh Koperasi Tani Mulus. Para petani cukup menyerahkan persyaratan ke koperasi. Selanjutnya, koperasi yang mengirimkan data itu ke bank. 

Meski demikian, akad kredit tetap dilakukan antara petani dengan bank secara langsung. "Dan bukan petaninya yang ke bank, tapi pihak banknya yang kami tarik datang ke koperasi. Jadi, petani berkumpul di koperasi,"  ujarnya. 

Muhaimin menyebutkan, sejak 2018 sampai sekarang, sudah lebih dari 500 orang petani yang mengakses pembiayaan dari bank tersebut. Selama rentang waktu itu, nilai total pembiayaannya mencapai Rp 13,8 miliar. 

"Untuk pengembaliannya dilakukan saat panen. Jadi satu musim (tanam), satu putaran," kata Muhaimin.

Dengan cara yang dilakukan Koperasi Tani Mulus, maka petani yang semula kesulitan mengakses pembiayaan dari perbankan, jadi bisa mengaksesnya. Karena itu, nilai pembiayaan yang dikucurkan pihak bank pun terus meningkat.

 

Kios saprotan

Sementara itu, untuk memberikan solusi pada masalah sarana produksi, Koperasi Tani Mulus membuka kios saprotan. Saat ini, baru satu kios yang mereka jalankan, yang terletak di Jalan Raya Mundakjaya-Terisi Desa Mundakjaya. 

"Awal Desember 2022 nanti, kami akan buka dua kios lainnya di tempat lain," ujar Muhaimin.

Dengan memiliki kios saprotan sendiri, sambung Muhaimin, maka para anggotanya bisa lebih mudah memperoleh berbagai sarana produksi dengan harga yang bersaing. Disamping itu juga sekaligus membesarkan koperasi. 

"Jadi, dari total akses pembiayaan yang diterima petani, 80 persen bersifat tunai dan 20 persen berupa sarana produksi seperti benih, obat-obatan, pupuk dan lainnya,’’ tutur dia. 

Sedangkan solusi untuk mengatasi masalah kepastian pasar saat panen, Tani Mulus menjalin mitra dengan beberapa pasar, baik BUMN, BUMD, swasta, individu maupun market place. Adanya kerja sama dengan mitra pasar itu, otomatis membuat serapan hasil panen petani menjadi lebih pasti. 

Dalam kerja sama itu, lanjut Muhaimin, pihaknya menanyakan ke mitra pasar mengenai produk/varietas padi apa yang mereka dibutuhkan, termasuk mengenai jumlah maupun harganya. Setelah ada kepastian dan kesepakatan dengan mitra tersebut, Tani Mulus kemudian mensosialisasikan dan mendorong anggotanya untuk menanam produk tersebut.

"Melalui metode contract farming, petani jadi tahu kebutuhan pasar dan ada kepastian atau jaminan pasar untuk menyerapnya," ujarnya. 

Muhaimin mencontohkan, salah satu mitra pasar menginginkan gabah dari benih Bawon. Itu berarti, pihaknya akan mendorong sejumlah anggotanya untuk menanam benih Bawon, dengan luas lahan seperti yang mereka minta. 

Setelah itu, ditentukan calon petani dan calon lokasi (CPCL)-nya. Selama proses tanam hingga panennya pun akan terus dipantau dan didampingi oleh pihak mitra maupun koperasi Tani Mulus.

Tak hanya kepastian penyerapan produk, lanjut Muhaimin, pihaknya pun bisa melakukan negosiasi harga hingga bisa lebih tinggi dari pasaran. Seperti misalnya untuk gabah varietas IR, saat di pasaran hanya dihargai Rp 4.200 - Rp 4.500 per kilogram, di pasar yang menjadi mitra bisa Rp 5.200 per kilogram. 

"Jadi kami pun membeli dari petani dengan harga lebih tinggi dari pasaran, sehingga kesejahteraan petani bisa meningkat," kata dua.

Muhaimin memberikan contoh yang lain saat harga gabah varietas kebo yang ditanam petani pada musim rendeng 2021/2022 di daerahnya hanya dihargai Rp 3.200 per kilogram. Sedangkan dalam waktu bersamaan, gabah varietas Munjul seperti yang diminta mitra pasar dalam contract farming, harganya Rp 4.700 per kilogram.

"Jadi dengan adanya contract farming, petani antusias. Mereka bertanya, nanam varietas apa lagi nih yang dibutuhkan. Mereka siap," tutur Muhaimin.

Meski di sisi lain, Muhaimin pun tetap membebaskan para anggotanya untuk menanam padi dengan varietas apapun, seperti Ciherang, Bawon, Kebo ataupun Pandanwangi. Pasalnya, pihaknya saat ini belum bisa menyerap hasil produksi semua anggotanya.

Muhaimin menyatakan, pihaknya pun telah menerapkan digitalisasi dalam manajemen Tani Mulus. Termasuk pembukuan di kios saprotan.

Muhaimin menyebutkan, dengan segala upaya peningkatan produksi yang telah dilakukan, saat ini produksi padi anggota Tani Mulus rata-rata mencapai 8,4 – 9 ton per hektare. Jumlah itu naik hampir dua kali lipat dibandingkan sebelum 2010, yang hanya di kisaran lima ton per hektare.

 

Sumbang capaian produksi padi Indramayu

Produksi padi para anggota Koperasi Tani Mulus pun turut menyumbang capaian produksi padi di Kabupaten Indramayu, yang mencapai 1.319.624 ton pada 2021 lalu. 

Dalam Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 636/KPTS/KP.590/M/08/2022 tentang Penghargaan Pertanian Lampiran 4 Point B terkait kinerja Pemerintah Daerah pada komoditas padi tahun 2021, capaian produksi padi di Kabupaten Indramayu itu menempati peringkat pertama se-Indonesia, mengungguli Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang, Kabupaten Musi Banyu Asin (Sumatera Selatan), dan Kabupaten Bone (Sulawesi Selatan).

Sementara itu, meski telah mengalami peningkatan produksi dan kesejahteraan, namun para petani Tani Mulus tak menutup mata dengan kondisi di sekitar mereka. Karenanya, mereka juga bergerak dalam bidang sosial.

"Kami menyadari, antara bidang ekonomi dan sosial itu harus selalu berdampingan. Kalau tidak, ya cilaka (celaka). Manakala ekonominya lemah, maka muncul kerawanan sosial, seperti pencurian, keributan dan lainnya," kata Muhaimin. 

Untuk itu, Korporasi Tani Mulus juga bergerak di bidang sosial untuk membangun sumber daya manusia (SDM) masyarakat di sekitarnya. Adapun kegiatan yang mereka lakukan di antaranya dengan membina anak yatim dan memberi bantuan bagi guru ngaji. 

"Anak yatim kami dorong untuk terus mengaji dan bersekolah. Kami berikan stimulusnya," kata Muhaimin.

Sedangkan bagi guru mengaji, Tani Mulus memberikan bantuan honor bagi mereka per bulannya. Namun, pemberian honor itu diberikan setiap enam bulan sekali, sesuai dengan rentang waktu usaha yang dijalankan oleh Tani Mulus.

Selain itu, Tani Mulus juga memberikan bantuan kepada para penyandang masalah kesejehatreaan sosial (PKMS). Di antaranya, disabilitas dan anak yang berhadapan dengan hukum. Mereka juga memberikan pelatihan wirausaha kepada kaum perempuan.

"Bantuan sosial yang kami berikan itu menjadi bagian dari upaya untuk mengangkat kondisi mereka," tegas Muhaimin.

Sementara itu, langkah nyata penguatan ketahanan pangan melalui peningkatan produksi padi dan kesejahteraan petani yang dijalankan Korporasi Tani Mulus itu sejalan dengan upaya pemerintah. Pemerintah pun telah meluncurkan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).

GNPIP pun dilaksanakan di berbagai daerah, termasuk Jawa Barat. Gerakan itu juga mendapat dukungan penuh dari Kantor Perwakilan BI Jawa Barat.

Salah satu dukungan yang dilakukan Kantor Perwakilan BI Jawa Barat adalah dengan menggelar Digital and Sharia Economic Festival (Digisef) 2022. Kegiatan itu dilaksanakan  di Ciwalk Bandung pada 2 hingga 4 September 2022.

Kepala Kantor Perwakilan BI Jawa Barat, Herawanto, mengungkapkan, beberapa aksi nyata GNPIP di Jawa Barat adalah pelaksanaan operasi pasar, urban farming melalui tanam cabai di pekarangan, perluasan kerja sama antardaerah (perdagangan antardaerah) yang sudah terwujud termasuk kerja sama pemasaran dengan marketplace serta penguatan sektor pertanian dari sisi hulu ke hilir. 

 

"Dalam hal ini menginisiasi ekosistem ketahanan pangan yang terintegrasi yaitu pengembangan produksi pangan berbasis komunitas dengan melibatkan banyak pihak," tandas Herawanto, saat pembukaan Digisef 2022, Jumat (2/9/2022). 

 
Berita Terpopuler