Dari Peta Terbitlah Atlas

Dalam perkembangannya, dunia kartografi memperkenalkan istilah atlas.

breakingnews.ie
Sebuah atlas dari masa Utsmani ditemukan di sebuah loteng rumah bersejarah Weston Hall di wilayah Northamptonshire, Inggris. Benda bersejarah ini dijual seharga lebih dari Rp 1,6 miliar di rumah lelang.
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Pesatnya penemuan-penemuan geografi pada abad pertengahan didukung perkembangan percetakan dan gerakan penerjemahan yang luas terhadap keilmuan Islam dan Yunani, menjadi cikal bakal peta modern yang berkembang selanjutnya. Hal itu meningkatkan perhatian terhadap peta dengan metode-metode penggambaran baru yang dibuat sejauh mungkin dari kesalahan.

Baca Juga

Atlas Sejarah Nabi dan Rasul(2007) menuliskan, peta-peta pada abad 18 menjadikan Prancis pioner di bidang kartografi setelah sekian lama predikat tersebut dipegang Italia. Pada masa tersebut, Prancis berhasil memimpin sekolah-sekolah Eropa di bidang pembuatan peta.

Keberhasilan itu dicapai setelah Prancis berhasil melakukan terobosan ilmiah, yakni memasukkan garis-garis bujur dan lintang ke dalam peta dengan susunan yang sangat cermat. Perkembangan tersebut terus meningkat hingga kemajuan peta mencapai posisi yang belum tercapai sebelumnya, yakni pada abad 20.

Dalam perkembangannya, dunia kartografi memperkenalkan istilah “atlas” yang kini akrab dimaknai sebagai buku berisi kumpulan peta. Atlas Sejarah Nabi dan Rasul mendefinisikannya sebagai bentuk bergambar untuk berbagai tujuan, antara lain, geografis, botani, kedokteran, dan seterusnya. Sedangkan, atlas sejarah adalah buku-buku yang mengetengah kan periode-periode sejarah dengan menggunakan media peta, bagan, gambar, tabel, diagram, dan uraian.

Sebagian sejarawan menisbatkan awal proyek pembuatan atlas-atlas pengetahuan dan geografis secara khusus pada Cladius Plotemaic pada abad ke-2 M ketika ia menerbitkan atlas pertama sebagai bagian dari delapan volume tentang mekanisme perancangan dan pembuatan peta. Sedangkan, orang yang pertama menggunakan nama atlas untuk sekumpulan peta adalah perancang peta Gerardus Mercator dan rekannya, Oortalaeus, pada 1570.

Dr Khalid bin Muhammad al-Anqari, pakar geografi dari Universitas Florida, menegaskan, nama atlas telah digunakan lebih dari empat abad sebelum ia menjadi istilah ilmiah dalam seluruh bahasa untuk menunjuk pada “buku yang menghimpun serangkaian peta-peta dan diagram-diagram grafis”’.

Para ahli geografi pertama kali menggambar peta-peta mereka dengan tangan sendiri dan karya-karya inisiatif mereka ini terbentuk menjadi sekumpulan diagram-diagram grafis untuk jalur-jalur pelayaran laut. Produksi atlas semakin meningkat setelah berkembangnya percetakan. Beberapa atlas yang paling penting dalam lingkup ini adalah atlas geografis yang bertanggal tahun 1633 M.

 

Semakin murah

Selama 1900, peta menjadi berlimpah karena kemajuan teknologi percetakan dan fotografi yang membuat produksi menjadi lebih mudah dan murah. Ditambah, keberadaan pesawat memungkinkan pemotretan terhadap daerah yang luas dalam satu waktu. 

Perkembangan peta bertambah pesat sejak pertengahan 1990-an. Kehadiran komputer dan penggunaannya dalam pembuatan peta semakin membantu dunia perpetaan dalam menyimpan, menyortir, dan mengatur data untuk pemetaan dalam rangka menciptakan proyeksi peta.

Lalu, dengan kehadiran pasar global, penerbit di negara-negara yang berbeda dapat mencetak ulang peta dari pelat yang dibuat di tempat atau negara manapun. Hal itu melahirkan penyesuaian yang dilakukan dengan menggunakan sebutan atau singkatan tertentu.

Sebutan atau singkatan tersebut disesuaikan dengan bahasa di mana peta itu dicetak dan digunakan. Sebagai contoh, pulau-pulau di dekat Rusia memiliki singkatan “O” yang merujuk pada “ostrov” (pulau), bukan “I” yang berarti “island” atau “P” yang berarti “pulau”. ¦

 
Berita Terpopuler