Makna Strategis G20 Bagi Indonesia: Antara Kepentingan Nasional dan Global  

G20 memiliki makna dan peran stragis untuk Indonesia di kancah global

EPA-EFE/ACHMAD IBRAHIM
Presiden Joko Widodo (kanan) dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen (kiri) berbicara dalam pertemuan bilateral mereka menjelang KTT G20 di Nusa Dua, Bali, Indonesia, 14 November 2022. Kelompok ke-17 (G20) Kepala State and Government Summit akan diselenggarakan di Bali pada tanggal 15 hingga 16 November 2022.
Red: Nashih Nashrullah

Oleh : Mujahidin Nur, Direktur Eksekutif Peace Literacy Institute Indonesia, Jakarta.  

REPUBLIKA.CO.ID, Perhelatan Group ot Twenty (G20)  di Nusa Dua Bali (14-16) mempunyai makna yang sangat penting baik dalam konteks global maupun nasional.

Baca Juga

Perhelatan ini bukan semata membahas isu pertumbuhan ekonomi, tetapi juga bagaimana pertemuan G 20 mampu menyelesaikan berbagai macam permasalahan nasional dan global dalam menghadapi climate change, terorisme global, kesehatan global, juga krisis kemanusiaan akibat peperangan yang terjadi antara Rusia-Ukraina, Israel-Palestina, juga termasuk peperangan yang terjadi di Yaman dan Suriah yang menyebabkan eksodus jutaan manusia keberbagai penjuru dunia. 

 

Dalam koteks ini, sejatinya kehadiran Presiden Rusia, Vladimir Putin pada KTT ini sangatlah penting sebagai representasi kekuatan politik blok Timur dan merepresentasikan negara-negara anti hegemoni Barat yang dipimpin oleh Amerika dan sekutunya.

Namun sayang, pada Kamis, 10 November 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin dipastikan tidak bisa menghadiri KTT G20 di Bali, yang akan diselenggarakan pada 15-16 November di Nusa Dua Bali. 

 

Menurut Menteri Kordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, kedatangan Vladimir Putin akan diwakili oleh Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov.

Fakta ini membuktikan bahwa masa depan keamanan dunia tidak sedang baik-baik saja. Karena selain Vladimir Putin, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga tidak akan hadir.  

 

Perhelatan G20 di Bali digelar di tengah konflik Ukraina vs Rusia atau Barat dengan Timur. Eskalasi Russia-Ukraina tentu saja sangat berdampak pada pertumbuhan ekonomi global.

Baca juga: Mualaf David Iwanto, Masuk Islam Berkat Ceramah-Ceramah Zakir Naik tentang Agama

Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan/Wakil Presiden Komisi Eropa, Josep Borell, mengatakan bahwa peningkatan inflasi terus diwanti-wantikan bagi negara-negara berkembang dan miskin. Ketimpangan global menjadi ancaman akibat eskalasi Russia-Ukraina ini. (eeas.europa.eu, 16/5/2022). 

 

Indonesia sebagai negara berkembang yang mendapat giliran menjadi negara Presidensi G 20 bukan tidak dalam bahaya. Jalur perdagangan antara Indonesia dengan Ukraina-Rusia terputus.

Komoditas utama ekspor Indonesia, CPO, menurun drastis. Begitu pula 25,91 persen impor tepung terigu dari Ukraina terhenti. Tidak saja itu, kenaika harga energi dunia juga melonjak drastis. 

 

Setiap kenaikan harga minyak mentah 1 dolar AS per barel berdampak pada kenaikan subsidi LPG sekitar Rp 1,47 triliun, minyak tanah Rp 49 miliar, dan ganti rugi pengeluaran BBM lebih dari Rp 2,65 triliun.

Begitu pun kenaikan ICP sebesar 1 dolar AS per barel berdampak pada tambahan subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 295 miliar.   

Sony Hendra Prama mengatakan, DPR perlu mendorong pemerintah mengambil langkah antisipatif agar laju inflasi di tengah kenaikan harga komodias global bisa terkendali (Info Singkat: A Brief Study of Actual and Strategic Issues, Vol. 17, No 5, 2022).

Karenanya, posisi Indonesia sebagai pemegang Presidensi perhelatan G20 sebenarnya merupakan moment yang sangat penting andai kehadiran Presiden dua negara yang sedang berperang  Rusia dan Ukraina bisa hadir untuk membicarakan keamanan global dan pertumbuhan ekonomi. 

Dalam konteks deeskalasi atmosfer perpolitikan Global, saya kurang sependapat dengan pandangan Guru Besar Ilmu Politik Universitas Nasional sekaligus Mantan Duta Besar RI untuk Ukraina, Yuddy Chrisnandi, yang mengatakan bahwa ketidakhadiran Putin dan Zelensky tidak terlalu penting.

Menurut saya sebagaimana dikatakan Pakar Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Teuku Rezansyah yang mengatakan kehadiran Putin dan Zelensky di KTT G20 merupakan hal penting utamanya untuk menciptakan perdamaian dunia.  

Namun perlu diingat, dalam teori pemimpin hebat (The Great Man Theory), dikatakan bahwa seorang pemimpin adalah pahlawan, yang bisa mencapai prestasi besar dan melawan rintangan atas nama pengikutnya.

Teori ini dibangun oleh Thomas Carly le (1795-1881) yang mengatakan bahwa sejarah tidak lain adalah cerita tentang biografi orang-orang besar (Universitas Villanova, 6/10/2022).

Bagaimana pun, Vladimir Putin adalah seorang pemimpin hebat dari sebuah negara besar, Rusia.

Baca juga: Dulu Anggap Islam Agama Alien, Ini yang Yakinkan Mualaf Chris Skellorn Malah Bersyahadat 

Kehadirannya sangat membantu keberhasilan visi G20, khususnya untuk menghentikan peperangan, menciptakan perdamaian, dan kembali menumbuhkan ekonomi global. 

Masalahnya, kedatangan orang-orang besar di KTT G20 memang tidak bisa dipaksakan. Tidak ada kuasa bagi Indonesia memaksa Putin dan Zelensky datang, walaupun usaha dari Presiden Joko Widodo begitu serius untuk mengundang kehadiran kedua negara yang sedang terlibat perang tersebut. 

Ketidakdatangan Putin dan Zelensky, walau sangat diharapkan, bukan lantas sebagai ancaman bagi KTT G20.

Pasalnya, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan bahwa Presiden Joko Widodo telah melakukan komunikasi dengan Vladimir Putih, dan itu berjalan baik-baik saja.

Di saat yang bersamaan, Joko Widodo juga berkomunikasi dengan Presiden Amerika Joe Biden. Bahkan, mereka berdua membicarakan peningkatan kerjasama bilateral Indonesia dan Amerika. 

Sampai di sini, untuk konteks nasional mungkin ketidakhadiran Putin secara formal di KTT G20 tidak penting, selama komunikasi antara Jokowi dan Putin berjalan baik, dan semua misi Putin telah terwikili oleh Sergei Lavrov.

Apalagi komunikasi antara Jokowi dan Joe Biden juga berjalan lancar, dan menguntungkan kepentingan nasional melalui peningkatan kerjasama bilateral tersebut. 

Sebaliknya, kehadiran Putin menjadi sangat penting sekiranya tidak ada komunikasi yang lancar antara Jokowi dan Putin; atau antara Jokowi dan Joe Biden.

Namun, faktanya tidak demikian. Jadi, kekhawatiran Teuku Rezasyah tidak perlu dibesar-besarkan lagi. Dengan harapan, komunikasi Jokowi dan Putin-Joe Biden membawa dampak positif bagi masa depan kerjasama bilateral Indonesia dan Rusia/Amerika. 

Sampai di sini, penulis berpandangan, semua pihak harus terlibat dalam menyukseskan perhelatan KTT G20 Bali 2022 ini. Tanpa kehadiran Vladimir Putin atau tidak, misi-misi strategis G 20 harus tetap diupayakan sebagaimana prinsip dari ajaran Islam yang berbunyi: Ma la Yudraku Kulluhu La Yutroku Kulluhu(Apa yang tidak bisa dicapai semuanya tidak lantas semuanya ditinggalkan).

Artinya, jika pemerintah Indonesia melalui KTT G20 ini mencapai perdamaian dunia dan pertumbuhan ekonomi global sulit dicapai, maka kepentingan nasional, berupa pertumbuhan ekonomi melalui penguatan kerjasama bilateral dengan Rusia dan Amerika, harus terwujud. 

Dalam konteks ini Presidensi G 20 bagi pemerintah Indonesia mempunyai makna strategis sebagai showcasing usaha pemulihan ekonomi Indonesia pascapandemi Covid-19, showcasing peran strategis diplomasi Indonesia sebagai pemimpin pertemuan yang akan menghasilkan kebijakan-kebijakan global.

Di samping, tentu saja G 20 secara langsung meningkatkan devisa negara, menghidupkan hospitality, tourisme, penyerapan tenaga kerja, menghidupkan UMKM, dan poin-poin strategis lainnya.

Baca juga: Penyebutan Nabi Muhammad SAW dalam Taurat dan Permintaan Nabi Musa AS 

Alhasil, menjadi kewajiban seluruh komponen masyarakat Indonesia untuk berkontribusi bahu-membahu untuk menjaga kedamaian, ketenangan, kenyamanan dan kelancaran perhelatan G 20 ini. 

Andai masyarakat dan bangsa Indonesia mampu untuk menjalankan Presidensi G 20 dengan baik itu artinya Indonesia mempunyai peran strategis dalam menerjemahkan kebijakan-kebijakan global pada berbagai isu-isu strategis dunia seperti krisis kemanusiaan, climate change, terorisme, kesehatan global dan lain-lain.

 

Disamping Indonesia akan dikenang oleh para delegasi dari berbagai penjuru dunia sebagai negara yang mewariskan kesan pada masyarakat dunia sebagai bangsa yang bermartabat dan negara dengan diplomasi yang bermartabat untuk dunia yang lebih baik, adil, aman dan sejahtera. Semoga!      

 
Berita Terpopuler