PUI Gelar Tasyakuran Anugerah Pahlawan Nasional KH Ahmad Sanusi: Syukur dan Pengakuan

PUI telah mengajukan gelar anugerah pahlawan nasional KH Ahmad Sanusi 15 tahun lalu

Harian Republika
Dewan Pengurus Pusat Persatuan Umat Islam (PUI) menggelar tasyakuran gelar pahlawan nasional KH Ahmad Sanusi.
Rep: Novita Intan Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Setelah Pemerintah resmi menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada KH Ahmad Sanusi, Dewan Pengurus Pusat PUI menyelenggarakan Tasyakuran Keluarga Besar Persatuan Ummat Islam (PUI) atas Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional KH Ahmad Sanusi.  

Baca Juga

Sejumlah pejabat dan pimpinan PUI hadir dalam acara tasyakuran penganugerahan gelar pahlawan nasional KH Ahmad Sanusi ini.

Mereka yang datang di antaranya Wakil Ketua MPR Muhammad Hidayat Nur Wahid Lc MA, Sekretaris Majelis Syura PUI KH M Iding Bahrudin, Ketua Mustasyar Pusat PUI KH Didin Hafidhuddin, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat PUI KH Nurhasan Zaidi, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PUI KH Munandi Saleh, Ketua Dewan Syariah Pusat PUI KH Endang Soetari Ad, dan Ketua Dewan Pakar Pusat PUI Irfan Syauqi Beik. 

Hadir pula cucu KH Ahmad Sanusi yaitu Hj Neni Fauziah yang menerima piagam pahlawan nasional dari Presiden Jokowi, Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Fathul Wahid, Sekjen DPP PUI H Raizal Arifin, Ketua Umum DPW PUI DKI Jakarta Gunadi, Ketua Umum DPW PUI Jawa Barat H Iman Budiman, perwakilan dari keluarga besar KH Abdul Halim, para pengurus DPP PUI, ulama-ulama murid KH Ahmad Sanusi dan warga perhimpunan PUI yang hadir secara virtual. 

Dalam pengantarnya, Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PUI, KH Munandi Saleh mengungkapkan rasa syukurnya atas penganugerahan pendiri PUI. Dia pun menceritakan perjalanan hidup sang tokoh bangsa itu. 

Menurut dia, KH Ahmad Sanusi adalah sosok luar biasa yang selain hafiz Alquran usia muda, dia juga belajar cukup singkat yaitu 4,5 tahun di pulau Jawa, lalu juga mengaji ke syaikh dan ulama terkenal di Makkah selama lima tahun.

Baca juga: Mualaf David Iwanto, Masuk Islam Berkat Ceramah-Ceramah Zakir Naik tentang Agama

“Bahkan seorang syekh berkata, jika seseorang yang berasal dari Jawi (Indonesia) hendak memperdalam ilmu keagamaan, dia tidak perlu pergi jauh-jauh ke Makkah karena di Jawa telah ada seorang guru agama yang ilmunya telah mencukupi untuk dijadikan sebagai guru panutan yang pantas diikuti, yaitu KH Ahmad Sanusi,” ujarnya dalam keterangan tulis, Kamis (10/11/2022) 

“KH Ahmad Sanusi telah menorehkan tinta emas dalam kehidupan keagamaan, kehidupan bangsa dan negara, sehingga kita wajib melanjutkan perjuangan beliau di masa yang akan datang,” lanjutnya. 

Dalam testimoninya, Rektor UII Yogyakarta, Fathul Wahid, mengatakan ada dua hal yang bisa dipelajari dan diteladani dari KH Ahmad Sanusi.  

Yang pertama adalah beliau orang yang pemikirannya melampaui zamannya, progresif melihat masa depan dan ini perlu ditanamkan terus bagaimana umat Islam punya kesadaran masa depan.

Tidak hanya hidup di bawah bayang-bayang masa lalu. Yang kedua, KH Ahmad Sanusi adalah orang yang mengedepankan persamaan dan mengesampingkan perbedaan.  

“Itulah mengapa Sekolah Tinggi Islam (cikal bakal UII) menjadi salah satu amal jariyah almarhum KH Ahmad Sanusi bersama pendiri yang lain karena keikhlasan mereka. Kita semuanya berdoa semoga gelar pahlawan ini membuka berjuta pintu keberkahan untuk kita semuanya dan akan memberikan semangat baru pada kita untuk meneladani hal-hal baik yang sudah dicontohkan oleh KH Ahmad Sanusi. Sekali lagi kami mewakili UII mengucapkan selamat kepada keluarga besar PUI,” ucapnya. 

Dalam sambutannya, Neni Fauziah selaku cucu KH Ahmad Sanusi yang menerima piagam pahlawan nasional dari Presiden Jokowi, mengatakan bahwa ini merupakan suatu kebahagiaan bagi kami. 

“Pemerintah Indonesia memberikan apresiasi kepada perjuangan beliau selaku anggota BPUPKI, juga beliau selaku yang ikut menorehkan kemerdekaan. Insya Allah mudah-mudahan mampu kami mampu merawatnya, tentu disini karena beliau juga sebagai pendiri PUI,” kata dia.  

Hal ini berarti, menurut Neni, almarhum itu diterima masyarakat. Beliau merupakan orang yang bisa menerima persamaan tapi selalu menghindarkan perbedaan, itu yang membanggakan. 

“Karena beliau begitu bercita-cita ingin mempersatukan umat Islam, mudah-mudahan ini menjadi spirit bagi bahwa kita harus mengedepankan persamaan hindarkan perbedaan,” ucapnya. 

Ketua Umum DPP PUI, KH Nurhasan Zaidi, mengungkapkan hal ini sebuah perjuangan yang diberikan dari Allah SWT, sejak PUI memulai ikhtiar pengajuan 15 tahun yang lalu dipelopori Pak Rifai. 

“Dewan Pengurus Pusat tentunya sangat berkepentingan melakukan tasyakur ini, namun bukan hanya tasyakur, memang kita bagian dari kontinuitas perjuangan dengan pendiri PUI yang lain, KH Abdul Halim juga sudah ditetapkan menjadi Pahlawan Nasional. Mudah-mudahan bisa diperjuangkan lagi pendiri PUI yang berikutnya yaitu Mr R Samsudin,” katanya. 

Baca juga: Ditanya Kiai Marsudi Soal KM 50, Prof Mahfud: Bukan Pelanggaran HAM Berat, Tapi…

Wakil Ketua MPR H Muhammad, Hidayat Nur Wahid, mengatakan selain jas merah, jangan dilupakan juga jas hijau yaitu jangan sekali-kali melupakan jasa ulama dan tokoh Islam dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Dia pun menceritakan bahwa banyak ulama, sultan, habib dan tokoh-tokoh Muslim yang belum mendapatkan penghargaan dan anugerah gelar pahlawan dari pemerintah. 

 

Dia pun meminta agar kita semua untuk terus mengawal perjuangan tokoh-tokoh bangsa dari kalangan Islam. Karena umat Islam sangat berperan dalam pembentukan negara Indonesia, dimulai dari pembentukan ormas-ormas Islam pada awal 1900an seperti Sarekat Islam, PUI, Muhammadiyah, NU dan lainnya. 

 
Berita Terpopuler