Sentuhan Abdel Wahed el-Wakil dari Masjid Bersejarah di Madinah Hingga Asia Tenggara

Abdel Wahed El-Wakil juga membangun beberapa masjid di Madinah.

Republika/Tommy Tamtomo/ca
Masjid Al-Qiblatain di Madinah, Arab Saudi.
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Abdel Wahed El-Wakil juga membangun beberapa masjid di Madinah. Ia membangun kembali Masjid Qubbah yang ada di Madinah, di lokasi masjid itu pertama kali dibangun oleh Nabi Muhammad SAW saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Ia diminta mewujudkan masjid dengan ukuran lebih besar.

Baca Juga

Langkah awal yang El-Wakil lakukan adalah memberikan sejumlah tambahan gaya dan tema arsitektur pada bangunan Masjid Qubbah yang sudah ada itu. Namun, ia diminta untuk sepenuhnya merobohkan masjid yang sudah tua tersebut dan membuat rancangan masjid yang benar-benar baru.

Masjid kedua yang dibangun El-Wakil di lokasi bersejarah yang ada di Madinah adalah Masjid Qiblatain. Masjid ini dibangun pada 1992. Masjid ini diyakini menjadi tempat pertama kalinya umat Islam mengubah arah kiblat, yaitu dari Yerusalem ke Makkah.

Tak hanya itu, El-Wakil pun merancang ulang dan membangun Masjid Jumat. Ini merupakan sebuah masjid yang menjadi tempat pertama kali pelaksanaan shalat Jumat. Masjid lainnya adalah kompleks Masjid Miqaat Al-Madinah.

Masjid itu dirancang dan dibangun pada 1987. Masjid tersebut bisa menampung sekitar 5.000 jamaah, termasuk bangunan pertokoan dan pelataran bagi jamaah. Ini menjadi salah satu tempat persinggahan bagi jamaah haji.

Di Makkah, El-Wakil mendapatkan tugas pula untuk merancang dua masjid, yaitu Masjid Bilal dan Hafayer. Ternyata, hasil karyanya tak hanya terdapat di Arab Saudi, tetapi merambah pula ke Afrika Selatan. Ia merancang Masjid Kerk Street di Johannesburg, Afrika Selatan.

 

Masjid Houghton yang ada di pinggiran Johannesburg juga merupakan hasil rancangannya. Ia pun merancang sebuah pusat komunitas di wilayah tersebut. Masjid Yateem di Bahrain menjadi penanda pula kecemerlangan karyanya.

Rancangan masjid El-Wakil juga sampai wilayah Asia Tenggara. Ia merancang dan membangun sebuah masjid di Brunei Darussalam dengan arsitektur bergaya Melayu. Ia sempat pula merancang dan membangun Muslim Community Center di Miami, AS.

Pada 1991, El-Wakil diundang ke University of Miami sebagai profesor tamu dan masih tetap berada di sana tak lama setelah peristiwa 11 September 2001. Di Qatar, ia mengembangkan dan merancang sebuah bagian kota yang memadukan bentuk bangunan Islam dan hemat energi.

El-Wakil bekerja pula kepada pangeran di Arab Saudi untuk mengembangkan dan merestorasi perkebunan tua tradisional Al-Udhaibat di Wadi Hanifa, Diriyah, yang ada di bagian barat pinggiran Riyadh. Dengan segala proyeknya itu, ia tetap konsisten mengusung arsitektur Islam.

 

Dalam sebuah wawancara dengan Huffington Post, El-Wakil mengungkapkan, salah satu hal yang langka di bidang arsitektur yang ia pelajari selama ini adalah seni dan arsitektur yang sakral. Pada masa sekarang, hal seperti itu telah hilang.

Menurut El-Wakil, ia meyakini bahwa kurangnya perilaku yang berkaitan dengan hal sakral telah menyebabkan banyak masalah di masa kini. ''Dalam hal ini, saya tak berbicara soal fanatisme, namun ini merupakan sesuatu yang universal,'' katanya menegaskan.

Dan, pandangan dan pemahaman El-Wakil tentang hal itu telah ia ungkapkan dalam rancangan arsitektur dan pembangunan sejumlah bangunan yang ia lakukan. Ia telah memadukan metode pembangunan tradisional dan keindahan arsitektur tradisional Islam dengan arsitektur modern.

Hasil rancangannya yang telah berserak di sejumlah wilayah, termasuk di dunia Islam, membuatnya menjadi salah satu arsitek yang memiliki kapasitas mendalam untuk membangkitkan kembali gaya arsitektur tradisional Islam. 

 
Berita Terpopuler