Masjid Aitika, Masjid Megah dan Besar di Kashgar

Masjid Aitika memiliki nama lain Id Kah Meschit.

cri.cn
Masjid Aitika, Kashi, Xinjiang
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Terletak di jantung Kota Kashi atau Kashgar, Xinjiang, Cina, Masjid Aitika berdiri kokoh di sisi barat alun-alun kota tersebut. Di sekitar wilayah Gunung Tianshan, masjid inilah yang paling besar dan megah. Kompleks masjid itu dibangun di atas areal seluas 16.800 meter persegi. Panjangnya sekitar 120 meter, yang membentang dari timur ke barat dan lebarnya sekitar 140 meter dari utara ke selatan. 

Baca Juga

Masjid Aitika memiliki nama lain Id Kah Meschit. Id Kah artinya tempat untuk berdoa atau beribadah dan juga tempat untuk festival. Bentuk masjid tersebut merepresentasikan sebuah konstruksi bangunan Islam dengan berbagai pengaruh unsur-unsur etnik.

Tanah yang saat ini menjadi tempat berdirinya Masjid Aitika sebelumnya merupakan pemakaman. Lokasi itu kemudian dipugar pada 1442, saat Islam masuk ke Kashi di masa Dinasti Ming, untuk dibangun masjid itu. Pada awalnya Masjid Aitika hanya berukuran kecil. Akan tetapi, melalui beberapa renovasi dan penambahan luas bangunan, terciptalah apa yang bisa dilihat seperti saat ini.

Karena ukurannya yang besar, Masjid Aitika diperkirakan mampu menampung sekitar 6.000 sampai 10 ribu jamaah. Setiap hari ribuan jamaah datang dan menunaikan shalat di rumah Allah SWT ini. Apalagi ketika waktu shalat Jumat, umat Islam dari berbagai wilayah secara sengaja datang ke masjid itu.

Pada saat festival atau hari besar Islam datang, ribuan atau bahkan hampir semua penduduk Muslim di Xinjiang datang ke masjid itu untuk merayakannya. Ketika Idul Fitri, semua Muslim di wilayah itu datang untuk menunaikan shalat Id. Karena penuhnya masjid, banyak pula jamaah yang shalat di halaman sekitar masjid, bahkan di toko-toko kecil tempat mereka berjualan. Setelah itu, mereka akan berkumpul di halaman depan masjid, menari-nari, menunjukkan kebahagiaan mereka.

 

 

Secara garis besar Masjid Aitika terdiri atas halaman, ruangan shalat, pintu gerbang, dan beberapa bangunan lain yang masuk dalam kompleks masjid. Tidak seperti kebanyakan masjid di Xinjiang, Masjid Aitika memiliki bentuk struktur yang tidak biasa. Struktur bangunan yang digambarkan sang arsitek menempatkan pusat bangunan dai halaman yang berisi banyak tumbuhan.

Halaman yang memiliki bentuk nonortogonal itu terbelah oleh jalan yang menghubungkan antara pintu masuk dan pintu ruangan shalat. Paralel dengan ruangan shalat yang panjang, terdapat satu lagi jalan yang membelah halaman itu menjadi kuadran. 

Jalan itu menghubungkan antara dua pintu masuk di sisi kiri dan kanan. Tempat kediaman para imam, ruangan belajar, dan kamar-kamar para santri berada dekat dengan halaman, yaitu di sebelah utara dan selatannya. Toko-toko yang berada di sisi luar tembok halaman, ikut membantu perawatan masjid melalui tradisi wakaf mereka.

Pintu masuk kompleks masjid berada di sudut paling selatan. Yaitu, di bagian yang menghadap langsung ke alun-alun kota. Gerbang utama Masjid Aitika berupa bangunan segi empat besar. Pintu masuknya seolah tersembunyi di dalam bingkai melengkung yang membentuk semacam ceruk. Pada tembok di samping gerbang, juga terdapat ceruk-ceruk segi empat, yang bagian atasnya melengkung seperti busur.

Di gerbang utama ini, di sisi kiri dan kanannya terdapat dua menara. Meskipun tingginya mencapai 18 meter, menara tersebut terbilang kecil jika dibandingkan dengan menara-menara pada bangunan masjid yang lain. Bentuknya mirip dengan Menara Poi dan Masjid Kalyan di Bukhara.

 

 

Keduanya memiliki bentuk seperti lentera dengan bagian kubah bergaris-garis. Menara itu dibuat dari batu bata kuning dan gips berwarna putih. Untuk mempercantiknya, keramik warna-warni ditempelkan sehingga membentuk cincin-cincin pada menara itu. Tepat di balik gerbang utama itu terdapat tempat wudhu yang terbuka hingga ke halaman utama yang luas.

Ketika memasuki halaman itu, akan tampak pohon poplar yang menjulang tinggi, lalu banyak pula pohon-pohon pinus di sekitarnya. Berkat pohon-pohonan itu, halaman yang luas itu menjadi sangat teduh sehingga siapa pun yang berada di sana akan selalu merasa sejuk. 

Di kompleks masjid itu juga terdapat sebuah kolam yang airnya sangat jernih sehingga airnya menjadi berwarna hijau akibat pantulan warna pepohonan di sekitarnya. Halaman yang sangat luas tersebut diisi oleh empat taman yang terdiri atas kanal dan pepohonan. Dua bagian besar di sisi utara bahkan dilengkapi dengan kolam. Ruangan shalat terletak di sisi barat halaman.

Ruangan shalat merupakan bagian yang lebih tinggi dari permukaan halaman. Atapnya ruangan tersebut ditopang dengan pilar kayu berbentuk segi empat dengan warna biru menyala. Pada atap dan seputaran pilar-pilar itu terdapat ukiran dan gambar-gambar yang cantik dan menarik.

Bagian mihrabnya merupakan ceruk yang terdapat di sisi paling barat di ruangan itu. Mihrab itu dihiasi dengan keramik-keramik yang indah. Dekorasi untuk mihrab itu mengikuti pola bunga-bunga arabesque atau bentuk-bentuk geometris yang linier. Warna yang digunakan mulai dari hijau menyala, kuning, biru, dan merah yang ditempelkan di ceruknya. Di samping ceruk mihrab, terdapat mimbar sederhana yang terdiri atas susunan batu bata saja. Begitulah arsitek masjid yang dimiliki Muslim Uighur itu. 

 
Berita Terpopuler