Gas Air Mata Picu Jatuhnya Banyak Korban Meninggal di Kanjuruhan Jadi Kesimpulan TGIPF

Para penonton di Kanjuruhan berdesakan dipicu adanya tembakan gas air mata.

ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto
Aparat keamanan menembakkan gas air mata untuk menghalau suporter yang masuk lapangan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022).
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Bambang Noroyono, Antara

Baca Juga

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengatakan korban yang meninggal dan mengalami luka berat dalam Tragedi Kanjuruhan adalah penonton yang berdesak-desakan. Menurutnya, para penonton berdesakan ini dipicu adanya tembakan gas air mata.

Hal ini disampaikan Mahfud seusai menyampaikan hasil temuan investigasi Tim Gabungan Independen Pencari Fakta atau (TGIPF) terkait Tragedi Kanjuruhan kepada Presiden Joko Widodo, Jumat (14/10/2022).

"Kemudian (penonton) yang mati dan cacat serta sekarang kritis dipastikan itu terjadi karena desak-desakan setelah ada gas air mata yang disemprotkan, itu penyebabnya," ujar Mahfud dalam keterangan persnya di Istana Wakil Presiden, Jakarta.

Mahfud mengatakan, saat ini peringkat keterbahayaan dari gas air mata yang digunakan di Stadion Kanjuruhan sedang diperiksa oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional. Namun demikian, kata Mahfud, apa pun hasil pemeriksaan tidak menghapus fakta jika gas air mata sebagai penyebab jatuhnya banyak korban.

"Peringkat keterbahayaan atau keberbahayaan atau racun pada gas itu sekarang sedang diperiksa oleh BRIN, tetapi apa pun hasil pemeriksaan dari BRIN itu tidak bisa menyorong kesimpulan bahwa kematian massal itu terutama disebabkan oleh gas air mata," ujar Mahfud.

TGIPF dalam kesimpulannya juga menyebutkan aparat keamanan yang bertugas dalam laga Arema FC Vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, pada Sabtu (1/10/2022) tidak mendapatkan pembekalan soal penggunaan gas air mata.

"Tidak pernah mendapatkan pembekalan/penataran tentang pelarangan penggunaan gas air mata dalam pertandingan yang sesuai dengan aturan FIFA," demikian laporan TGIPF.

Selain itu, ditemukan juga fakta tidak ada sinkronisasi antara regulasi keamanan FIFA (FIFA Stadium Safety and Security Regulations) dan peraturan Kapolri dalam penanganan pertandingan sepak bola. TGIPF juga menemukan pelanggaran yang dilakukan aparat keamanan terkait penembakan gas air mata ke tribun penonton. Penembakan juga diketahui terjadi di luar stadion.

"Melakukan tembakan gas air mata secara membabi buta ke arah lapangan, tribun, hingga di luar lapangan," sebut TGIPF.

Oleh karena itu, TGIPF meminta Polri dan TNI juga perlu segera menindaklanjuti penyelidikan terhadap aparat Polri dan TNI serta pihak-pihak yang melakukan tindakan berlebihan pada kerusuhan pasca pertandingan Arema vs Persebaya tanggal 1 Oktober 2022 seperti yang menyediakan gas air mata, menembakkan gas air mata ke arah penonton (tribun) yang diduga dilakukan di luar komando. TGIPF juga meminta Polri dan TNI melanjutkan proses penanganan anggota yang terlibat tindak pidana akibat melakukan tembakan gas air mata.

Polri juga perlu segera menindaklanjuti penyelidikan terhadap suporter yang melakukan provokasi, seperti yang awal mula memasuki lapangan sehingga diikuti oleh suporter yang lain, suporter yang melakukan pelemparan flare, melakukan perusakan mobil di dalam stadion, dan melakukan pembakaran mobil di luar stadion.

 

Ihwal gas air mata pada tragedi Kanjuruhan sebelumnya menjadi bahan polemik setelah pihak Mabes Polri menegaskan penyebab korban meninggal bukan karena gas air mata. Melainkan karena para korban kekurangan oksigen.

Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Polisi Dedi Prasetyo, dalam konferensi pers di Mabes Polri, Senin (10/10/2022), mengungkapkan, saat berkunjung ke Rumah Sakit Umum Daerah Saiful Anwar Malang bersama Forkopimda Jawa Timur usai tragedi Kanjuruhan, dijelaskan oleh dokter spesialis (paru, penyakit dalam, THT, dan mata) yang menangani korban baik yang meninggal dunia maupun luka-luka, tidak satu pun dokter yang menyebutkan bahwa penyebab kematian korban adalah gas air mata.

 "Penyebab kematian adalah kekurangan oksigen karena terjadi desak-desakan, terinjak-injak, bertumpuk-tumpukkan, mengakibatkan kekurangan oksigen di pintu 13, pintu 11, pintu 14, dan pintu 3. Ini jatuh korban cukup banyak, jadi perlu saya sampaikan seperti itu," ungkap Dedi.

 

Pernyataan Dedi itu kemudian menuai kritik mulai dari kalangan DPR hingga kelompok masyarakat sipil. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) sampai harus kembali menegaskan bahwa penembakan gas air mata menjadi pemicu jatuhnya banyak korban, baik korban luka maupun meninggal dunia dalam peristiwa kericuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu, 1 Oktober 2022.

"Kami, sampai detik ini, menyatakan pemicu jatuhnya banyak korban adalah gas air mata," ujar anggota Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) Choirul Anam dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (12/10/2022).

Hal tersebut didasari pada pemantauan yang dilakukan oleh tim pemantauan dan penyelidikan dari Komnas HAM terkait tragedi Kanjuruhan terhadap rencana pengamanan, prakondisi menjelang pertandingan sepak bola, beberapa dokumen, video, dan keterangan dari pihak kepolisian serta suporter Arema FC (Aremania). Lebih lanjut, Anam menyampaikan bahwa gas air mata ditembakkan pada Sabtu (1/10) malam sekitar pukul 22.08 WIB.

Awalnya, suasana pertandingan sepak bola antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya berjalan dengan kondusif. Bahkan setelah pertandingan itu dinyatakan selesai dengan hasil pertandingan Persebaya menang 3-2.

"Lalu, sekitar 14 sampai 20 menit pasca-peluit panjang pertandingan dibunyikan (oleh wasit), kondisi masih kondusif," kata Anam.

Setelah itu, beberapa Aremania mulai turun ke lapangan untuk memberikan semangat kepada tim yang mereka dukung itu.

"Detail kami melihatnya (melalui video yang menjadi barang bukti). Memang ada suporter masuk ke lapangan, tapi untuk memberi semangat. Tapi, gas air mata picu kepanikan suporter," jelas Anam.

 

Enam Tersangka Tragedi Kanjuruhan - (infografis republika)

 

 
Berita Terpopuler