Ketua Parlemen Iran Peringatkan Protes Ganggu Stabilitas Negara

Pasukan keamanan diminta menangani dengan keras demonstran yang dinilai membahayakan.

AP Photo/Cliff Owen
Simi Mohajer, tengah, berpartisipasi dalam rapat umum menyerukan perubahan rezim di Iran setelah kematian Mahsa Amini, seorang wanita muda yang meninggal setelah ditangkap di Teheran oleh
Rep: Dwina Agustin Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN  -- Ketua parlemen Iran Mohammad Bagher Qalibaf memperingatkan pada Ahad (2/10/2022), protes atas kematian Mahsa Amini dalam tahanan polisi dapat mengganggu stabilitas negara. Dia mendesak pasukan keamanan untuk menangani dengan keras demonstran yang dinilai telah membahayakan ketertiban umum.

Baca Juga

Qalibaf mengatakan kepada anggota parlemen, bahwa protes saat ini tidak seperti demonstrasi-demonstrasi yang sebelumnya yang dilakukan atas dasar reformasi. Dia menilai, kali ini unjuk rasa bertujuan untuk menggulingkan pemerintah.

"Poin penting dari protes (masa lalu) adalah bahwa mereka mencari reformasi dan tidak bertujuan untuk menggulingkan sistem. Saya meminta semua yang memiliki (alasan) untuk memprotes untuk tidak membiarkan protes mereka berubah menjadi destabilisasi dan penggulingan institusi," kata Qalibaf.

Qalibaf adalah mantan komandan berpengaruh di Garda Revolusi Islam paramiliter. Bersama dengan presiden dan kepala kehakiman, dia adalah salah satu dari tiga pejabat tinggi yang menangani semua masalah penting bangsa.

Ketiga pemimpin itu pun bertemu secara teratur dan kadang-kadang bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang memiliki keputusan akhir tentang semua masalah negara. Qalibaf yakin banyak dari mereka yang mengambil bagian dalam protes baru-baru ini tidak berniat berusaha menggulingkan pemerintah pada awalnya.

Tapi Qalibaf  mengklaim kelompok oposisi yang berbasis di luar negeri mengobarkan protes yang bertujuan untuk meruntuhkan sistem. Pihak berwenang Iran belum memberikan bukti atas tuduhan mereka tentang keterlibatan asing dalam protes tersebut.

“Menciptakan kekacauan di jalan-jalan akan melemahkan integritas sosial, membahayakan ekonomi sambil meningkatkan tekanan dan sanksi oleh musuh,” kata Qalibaf mengacu pada sanksi lama Amerika Serikat (AS) yang melumpuhkan terhadap Iran.

Qalibaf berjanji untuk mengubah struktur dan metode polisi mora dalam mencegah terulangnya yang terjadi pada Amini. Perempuan muda itu meninggal dalam tahanan polisi moral dengan keluarganya menuduh dia dipukuli, sementara para pejabat mengklaim dia meninggal karena serangan jantung.

Pernyataannya muncul setelah pertemuan tertutup Parlemen dan rapat umum singkat oleh anggota parlemen untuk menyuarakan dukungan bagi Khamenei dan polisi, meneriakkan "matilah orang munafik," merujuk pada kelompok oposisi Iran. Pernyataan Qalibaf dipandang sebagai seruan kepada rakyat Iran untuk menghentikan protes mereka sambil mendukung polisi dan aparat keamanan.

Ribuan orang Iran turun ke jalan selama dua minggu terakhir untuk memprotes kematian perempuan berusia 22 tahun yang telah ditahan oleh polisi moral Iran di ibukota Teheran. Penahanan yang berujung pada kematian ini diduga awalnya karena Amini tidak mematuhi aturan mengenakan jilbab yang rapat.

 

Para pengunjuk rasa telah melampiaskan kemarahan atas perlakuan terhadap perempuan dan penindasan yang lebih luas di Iran. Demonstrasi nasional dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan pemerintah yang telah memimpin sejak revolusi Islam 1979.

Protes telah menarik pendukung dari berbagai kelompok etnis, termasuk gerakan oposisi Kurdi di barat laut Iran yang beroperasi di sepanjang perbatasan dengan negara tetangga Irak. Amini adalah seorang Kurdi Iran dan protes pertama kali meletus di daerah Kurdi.

Siaran televisi pemerintah Iran telah melaporkan bahwa setidaknya 41 pengunjuk rasa dan polisi telah meninggal sejak demonstrasi dimulai 17 September. Hitungan Associated Press dari pernyataan resmi oleh pihak berwenang, setidaknya 14 orang meninggal dunia dengan lebih dari 1.500 demonstran ditangkap.

Protes berlanjut di kampus Tehran University dan di lingkungan terdekat dan saksi mata mengatakan, melihat banyak gadis muda melambaikan jilbab di atas kepala mereka sebagai sikap menentang. Media sosial memuat video yang konon menunjukkan protes serupa di universitas Mashhad dan Shiraz, meski tidak dapat diverifikasi keaslian video itu secara independen.

 

Tidak ada laporan resmi langsung tentang demonstrasi pada akhir pekan, meskipun beberapa di media sosial mengatakan protes telah dilanjutkan di universitas-universitas di Teheran dan Mashhad. Pada sore hari, para saksi mata mengatakan, keamanan diperketat di daerah dekat Tehran University dan lingkungan sekitarnya di pusat kota ketika ratusan polisi anti huru hara dan pakaian preman dengan mobil dan sepeda motor ditempatkan di persimpangan dan alun-alun. Toko-toko dan bisnis lokal tampak buka seperti biasa.

 
Berita Terpopuler