Data Terbaru Sebut Sentimen Anti-Muslim Berlangsung Sistemik di Eropa

Negara seperti Inggris dan Prancis menjadi tempat utama kebencian anti-Muslim.

www.wlu.ca
Demonstrasi di AS tuntut pelarangan atas sikap Islamofobia. Data Terbaru Sebut Sentimen Anti-Muslim Berlangsung Sistemik di Eropa
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL -- Sentimen anti-Muslim dilaporkan tetap menjadi ancaman yang berkembang di seluruh Eropa dengan beberapa negara memberlakukan kebijakan yang membuatnya seakan sistemik. Data ini dijelaskan dalam laporan Islamofobia Eropa 2021, yang menyebut sentimen anti-Muslim adalah masalah yang mendesak di seluruh benua seperti tahun-tahun sebelumnya.

Baca Juga

Dilansir dari Turkish Radio and Television (TRT World), Jumat (23/9/2022), dikatakan bahwa negara-negara seperti Inggris dan Prancis menjadi tempat utama kebencian anti-Muslim dan insiden Islamofobia.

“Selanjutnya, kampanye anti-Muslim dari partai sayap kanan di negara-negara anggota Uni Eropa mendominasi diskriminasi terhadap individu dan komunitas Muslim,” kata laporan itu, yang berfokus pada 27 negara Eropa dan disiapkan dengan kontribusi dari 35 akademisi dan pakar terkemuka di bidangnya.

Laporan tersebut menghubungkan rasisme anti-Muslim dengan latar belakang tren umum yang mengkhawatirkan, yakni penurunan demokrasi liberal di Eropa. Ini memperingatkan kekuatan besar di Eropa, terutama negara-negara seperti Prancis, masih berinvestasi lebih sedikit dalam memerangi Islamofobia.

“Islamofobia menjadi normal dan dilembagakan oleh demokrasi liberal seperti Austria, Denmark, dan Prancis mengkhawatirkan,” kata laporan itu.

Terlepas dari insiden anti-Muslim di seluruh Eropa, laporan tersebut merinci diskriminasi sistemik yang dihadapi oleh umat Islam di semua bidang kehidupan, mulai dari pekerjaan hingga perawatan kesehatan, pendidikan, dan sistem peradilan.

Islamofobia dalam jumlah

Austria

Sebanyak 1.061 kejahatan kebencian anti-Muslim tercatat di Austria. Sebagian besar kasus itu online (68 persen), berasal dari politisi (32 persen), dan berada di ranah publik (25 persen), kata laporan itu.

“Sebagian besar pelaku adalah laki-laki (76,9 persen) dan korban utamanya adalah perempuan (69 persen),” tambahnya.

Mengutip data dari pengawas anti-rasisme lain ZARA, laporan itu mengatakan 1.977 tindakan rasis dan anti-Muslim didokumentasikan, yang terutama menargetkan wanita.

Belgia

Wanita menanggung beban serangan anti-Muslim dan rasis di Belgia, menurut laporan itu. Dikatakan 89 dari semua kasus yang dilaporkan ke Collective for Inclusion and Against Islamophobia di Belgia berkaitan dengan sentimen anti-Muslim terhadap perempuan.

Finlandia

Sebanyak 852 kejahatan rasial tercatat pada tahun 2020. “Sebagian besar kejahatan rasial (88,5 persen) disebabkan oleh kebangsaan-etnis (75,8 persen) dan agama (12,7 persen),” kata laporan itu.

Prancis

Ada 213 insiden anti-Muslim yang tercatat di Prancis pada tahun 2021. “Di antara mereka, setengah (109) menyangkut kerusakan tempat ibadah Muslim, pusat budaya, dan kuburan, dan 22 persen menyangkut serangan terhadap orang,” kata laporan itu.

Jerman

Ada 732 kejahatan anti-Muslim yang terdaftar di seluruh Jerman tahun lalu, menurut laporan itu. Ini termasuk 54 kasus serangan terhadap masjid dan 43 insiden di mana individu menjadi sasaran.

Yunani

Laporan itu mengatakan 14 kasus insiden anti-Muslim tercatat di Yunani pada 2021. “Politik, agama, media (baik cetak maupun online), dan Internet terus menjadi empat ranah utama yang memainkan peran penting dalam reproduksi Islamofobia di ranah publik Yunani sepanjang 2021,” bunyi laporan tersebut.

“Islamofobia di Yunani diekspresikan terutama oleh partai politik dan politisi kanan dan ekstrem kanan tertentu, neo-liberal (memproklamirkan diri), tokoh Gereja Ortodoks Yunani, media cetak dan elektronik, dan jurnalis termasuk posting mereka di media sosial," katanya.

 

Spanyol

Spanyol telah mengalami lonjakan 41 persen dalam kejahatan rasial selama lima tahun terakhir. "Dari kejahatan ini, 678 (37,6 persen) bermotivasi rasial atau xenofobia," kata laporan itu, mengutip data Kementerian Dalam Negeri Spanyol.

Swedia

Ada 996 kasus berdasarkan alasan agama antara 2017 dan 2021 di Swedia, sementara jumlah keseluruhan kejahatan rasial selama periode tersebut mencapai 14.710. “Namun, sebagian besar pengaduan diskriminasi agama terkait langsung dengan diskriminasi etnis yang berjumlah 4.298 selama periode ini,” kata laporan itu.

“Anak-anak Muslim terlalu terwakili dalam statistik yang diterbitkan oleh badan kesehatan masyarakat Swedia, di mana hampir 20 persen anak-anak non-Eropa, telah mengalami perlakuan kasar karena latar belakang etno-religius mereka dan lebih dari 15 persen telah mengalami diskriminasi di sekolah," tambahnya.

Swiss

Mengutip angka dari Kantor Statistik Federal Swiss, laporan itu mengatakan 12 persen populasi menunjukkan sikap bermusuhan terhadap Muslim, sementara 34 persen cenderung percaya stereotip negatif tentang masyarakat.

Inggris

Ada peningkatan berkelanjutan dalam jumlah keseluruhan kasus yang dilaporkan di Inggris, dengan pihak berwenang mencatat kenaikan 9 persen dari 2020 hingga 2021. Setidaknya 45 persen dari semua kejahatan kebencian yang diperburuk oleh agama melibatkan orang-orang yang beragama dan berlatar belakang Muslim. Jumlah kejahatan ini telah meningkat sebesar 291 persen dalam 10 tahun terakhir, kata laporan itu.

 
Berita Terpopuler