12 Anak SD di Inggris Alami Gangguan Pernapasan Akibat Vape

Sepanjang 2021, Inggris mencatat 344 kasus gangguan pernapasan terkait vape.

Republika/ Wihdan
Aneka varian cairan rokok elektrik (vape). Sepanjang 2021, Inggris mencatat 12 anak usia SD mengalami gangguan pernapasan terkait penggunaan vape.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- National Health Service (NHS) di Inggris mencatat 344 kasus gangguan pernapasan yang terkait dengan penggunaan vape pada tahun 2021. Parahnya, 12 di antaranya merupakan anak usia sekolah dasar.

Angka tersebut meningkat hampir dua kali lipat dari 2019/2020 yang hanya 177 kasus secara total. Prof Andrew Bush dari National Heart and Lung Institute menilai, data tersebut mengindikasikan bahwa generasi anak di Inggris banyak yang terpapar kecanduan nikotin.

Fakta ini sekaligus membantah klaim klaim Public Health England yang menyatakan bahwa vape 95 persen lebih aman daripada rokok. "Tidak ada data yang mendukung itu, semuanya didasarkan pada semacam konsensus ahli," kata Prof Bush, seperti dilansir laman The Sun, Ahad (18/9/2022).

Baca Juga

Merespons data ini, para menteri di Inggris juga mengumumkan rencananya termasuk perubahan usia boleh merokok. Kebijakan baru diharapkan bisa mengurangi jumlah perokok di seluruh Inggris dan Wales.

Inti dari perang antirokok ini adalah mencoba membujuk lebih banyak perokok untuk beralih ke vape atau rokok elektrik, yang bahkan akan diresepkan oleh ahli kimia. Namun, meskipun vaping dianggap jauh lebih aman daripada merokok, ada kekhawatiran yang berkembang tentang munculnya varian vape yang lebih kuat.

Terlepas dari kenyataan bahwa warga harus berusia 18 tahun untuk membelinya, banyak vape yang ditujukan untuk anak-anak dan remaja yang dapat dengan mudah dibeli secara daring tanpa pemeriksaan usia. Laporan terbaru mengklaim beberapa anak membeli vaping pens yang dikemas dengan nikotin sebanyak lima puluh batang rokok.

Vaping pens yang memiliki rasa seperti permen itu dengan cepat menjadi favorit anak sekolah dan perguruan tinggi. Beberapa remaja juga menggunakan produk pengganti nikotin untuk mengekang rasa lapar yang memicu ketakutan tentang efek kesehatan jangka panjang yang tidak diketahui.

 
Berita Terpopuler