5 Hal tentang Hubungan Raja Charles III dengan Islam

Charles memang dikenal akan pengetahuannya tentang Islam.

AP/Kirsty Wigglesworth
Raja Charles III tiba di Istana Buckingham di London, Jumat, 9 September 2022. 5 Hal tentang Hubungan Raja Charles III dengan Islam
Rep: Meiliza Laveda Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah kematian Ratu Elizabeth II yang berusia 96 tahun, Charles resmi menjadi raja baru, Raja Charles III pada usia 73 tahun. Charles memang dikenal akan pengetahuannya tentang Islam. Bahkan, dia pernah mengungkapkan telah belajar bahasa Arab untuk memahami Alquran dengan lebih baik.

Baca Juga

Dia mendapat pujian dari imam Masjid Pusat Cambridge dalam sebuah khutbah. Tidak hanya itu, masih ada lagi hubungan antara Charles dengan Islam. Simak lima hal hubungan antara Raja Charles III dengan Islam, seperti dikutip Middle East Eye, Kamis (15/9/2022).

Lingkungan dan alam

Charles sudah lama menyinggung isu-isu lingkungan dan perubahan iklim. Terkadang, dia menggunakan teologi Islam tentang masalah ini. Dalam pidato tahun 1996 yang berjudul A Sense of the Sacred: Building Bridges Between Islam and the West , dia menyarankan apresiasi terhadap pandangan Islam tentang tatanan alam akan membantu menyelesaikan ini.

Kemudian pada pidato 2010 di Pusat Studi Islam Oxford, Charles menjabarkan sejumlah pandangannya. “Dari yang saya ketahui tentang ajaran Islam, prinsip penting yang harus kita ingat adalah kelimpahan alam ada batasnya. Ini adalah batasan yang ditetapkan oleh Tuhan. Jika pemahaman saya tentang Alquran benar, umat Islam diperintahkan untuk tidak melanggarnya,” kata Charles.

“Kita hidup di planet ini bersama dengan makhluk lain. Artinya, kita tidak dapat hidup sendiri tanpa kelangsungan kehidupan yang seimbang,” tambahnya. Dia menyebut contoh perencanaan kota Islam, termasuk sistem irigasi di Spanyol 1.200 tahun yang lalu sebagai ajaran kenabian dengan mempertahankan perencanaan sumber daya jangka panjang.

Kritik terhadap kartun Denmark

Pada 2006, selama kunjungan ke Universitas Al-Azhar di Kairo Mesir, Raja Charles mengkritik penerbitan kartun Denmark setahun sebelumnya yang mengejek Nabi Muhammad. “Tanda sebenarnya dari masyarakat beradab adalah rasa hormat yang diberikan kepada minoritas dan orang asing. Perselisihan dan kemarahan mengerikan baru-baru ini atas kartun Denmark menunjukkan bahaya yang datang dari kegagalan kita untuk mendengarkan dan menghormati apa yang berharga dan suci bagi orang lain,” ujarnya.

 

Islam dan Barat 

Charles telah berbicara tentang perlunya orang-orang Barat untuk lebih memahami Islam, khususnya selama pidato Oktober 1993. “Jika ada banyak kesalahpahaman di Barat tentang sifat Islam, ada juga banyak ketidaktahuan tentang utang budaya dan peradaban kita sendiri kepada dunia Islam. Ini adalah kegagalan yang, menurut saya, berasal dari pengekangan sejarah yang telah kita warisi,” katanya di Oxford Centre for Islamic Studies.

Selain itu, dia juga meminta orang-orang tidak mengasosiasikan ekstremisme dengan Islam. “Kita tidak boleh tergoda untuk percaya bahwa ekstremisme dalam beberapa hal merupakan ciri dan esensi Muslim,” ucap dia.

Keuangan syariah

Dalam pidatonya di Forum Ekonomi Islam Dunia tahun 2013 di London, Charles III menunjukkan pengetahuan rinci tentang keuangan syariah dan manfaat dapat dibawa ke pasar keuangan global. Untuk mengomentari pemerataan konsumsi sumber daya alam, dia menggunakan konsep riba.

“Saya menduga bahwa jika perintah Alquran terhadap riba diterapkan pada sistem ekonomi yang berlaku saat ini, maka utang yang telah kita keluarkan secara efektif untuk generasi mendatang dengan menipisnya modal alam bumi pasti akan ditemukan menjadi riba,” katanya.

Pengaruh Muslim di dunia

Charles III sering berkomentar tentang kontribusi Muslim untuk ilmu pengetahuan, seni dan akademisi. "Kita perlu ingat bahwa kita di Barat berhutang budi kepada para ulama Islam. Karena mereka, selama Abad Kegelapan di Eropa harta pembelajaran klasik tetap hidup,” tuturnya di Universitas Al-Azhar pada 2006.

Tiga tahun sebelumnya, di Markfield Institute for Higher Education di Leicestershire, dia mengomentari kontribusi Islam terhadap matematika. “Siapa pun yang meragukan kontribusi Islam dan Muslim pada Renaisans Eropa harus mencoba melakukan beberapa aritmatika sederhana menggunakan angka Romawi. Syukurlah untuk angka Arab dan konsep nol diperkenalkan ke dalam pemikiran Eropa oleh matematikawan Muslim” tambahnya.

 
Berita Terpopuler