Kisah Kejujuran Sang Saudagar Perhiasan

Jual beli merupakan salah satu aktivitas yang banyak dilakukan umat manusia.

istimewa
Produk perhiasan (ilustrasi).
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID,  Ketika itu suasana pasar belum terlalu ramai. Namun, setiap saudagar yang menjajakan dagangannya sudah membuka kiosnya masing-masing. Di antara mereka ada yang masih sibuk merapikan barang dagangannya. Ada pula yang sudah duduk manis menunggu pembeli datang.

Baca Juga

Dari puluhan pedagang di pasar, ada satu saudagar yang dikenal ramah terhadap semua pembelinya. Tak jarang kios saudagar yang ramah terhadap pembeli itu ramai dikunjungi, sekalipun kiosnya belum dibuka.

Pedagang yang terkenal ramah kepada setiap pembeli itu bernama Yunus bin Ubaid. Selain ramah, ia juga merupakan saudagar yang selalu mengedepankan kejujuran. Dalam sehari-harinya di pasar, Yunus yang hidup pada era tabiin itu menjual berbagai macam perhiasan. Yunus ketika itu menjadi yang paling pertama membuka kiosnya.

Seperti biasa, setelah selesai membuka kios, Yunus selalu menunaikan shalat dua rakaat. Selama shalat, Yunus menitipkan semua jualannya kepada saudara laki-lakinya.  "Kamu tunggu di sini. Saya akan segara kembali," kata Yunus kepada saudaranya seperti dikisahkan dalam buku 101 Kisah Muslim. "Baik, saya juga sementara ini belum ke mana-mana," katanya.

Akhirnya Yunus berlalu meninggalkan kiosnya untuk melakukan kegiatan rutinnya sebelum memulai akad jual beli. Setelah beberapa menit Yunus meninggalkan kios, datang seorang pembeli dari kaum Badui.

 

Setelah melihat-lihat perhiasan di kios Yunus, akhirnya penduduk Badui itu mengajukan pertanyaan. "Berapa ini anak muda?" kata Badui kepada adik Yunus itu.

"Itu barang kita kasih harga empat ratus dirham," katanya.

Karena orang Badui itu suka melihat perhiasan yang dijual di kios Yunus, akhirnya orang Badui itu tidak mengajukan permintaan agar harga dapat diturunkan. Orang Badui itu langsung membelinya tanpa ada proses tawar-menawar dengan adik laki-laki Yunus itu. Ada sedikit kecurangan yang dilakukan oleh adik Yunus. 

Ini lantaran tanpa sepengetahuan Yunus sang adik menjual harga dua kali lebih mahal dari harga yang sudah ditentukan, yakni 400 ratus dirham. Padahal, harga yang ditetapkan Yunus sebesar 200 dirham. Artinya, adik Yunus untung 200 dirham dari penjualan perhiasan itu.

Tanpa direncanakan, orang Badui yang baru saja beberapa saat meninggalkan kios Yunus itu bertemu Yunus di persimpangan.

Yunus menyapa lebih awal karena mengetahui barang yang dibawa orang Badui itu dibeli dari kiosnya. Lalu, Yunus bin Ubaid bertanya kepada orang Badui itu. "Berapakah harga barang ini kamu beli?" kata Yunus bertanya kepada Badui itu. Reputasi Yunus sebagai pedagang jujur cukup terkenal. Tanpa pikir panjang, orang Badui itu menjawab, "Empat ratus dirham," katanya.

Mendengar jawaban itu, Yunus kaget karena barang itu dijual hanya 200 dirham, bukan 400 dirham. "Tetapi, harga perhiasan ini sebenarnya hanya 200 dirham," kata Yunus.

 

 

Kelebihan

Karena Yunus merasa kasihan kepada sang pembeli, akhirnya ia meminta orang Badui itu kembali ke kedainya untuk mengambil kelebihannya. "Mari ke kios lagi supaya saya dapat kembalikan uang selebihnya kepada saudara," kata Yunus meminta.

Namun, orang Badui itu menolak dengan halus. Alasannya ia sudah merasa cocok dengan barang dan harga yang diterimanya sebesar 400 dirham. "Sebab, di kampungku harga barang ini paling murah 500 dirham," katanya.

Akan tetapi, orang Badui itu menolaknya. Namun, Yunus memohon agar mau menerima ajakannya, mengambil kelebihan pembelian sebesar 200 dirham.

 Melihat ketulusan Yunus akan mengembalikan kelebihannya, akhirnya orang Badui itu mau memenuhi permintaan Yunus kembali ke kiosnya. Setelah selesai mengembalikan kelebihan uang pembelian orang Badui, Yunus memanggil saudara laki-lakinya yang tidak amanah itu.

Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah SWT atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?" tanya saudagar Yunus.

Namun, adik Yunus tidak mau disalahkan begitu saja. Ia berpikir, orang yang membelinya saja tidak keberatan dengan harga yang ditawarkan. Adiknya berpendapat, jika harga 400 ratus itu ditawar orang Badui tadi, ia akan menurunkan harganya sampai 200 dirham sehingga harga pokok penjualan tidak berkurang dari 200 dirham.

"Tetapi, ia sendiri yang mau membelinya dengan harga 400 dirham," katanya mencoba mempertahankan bahwa ia di pihak yang benar. 

Mendengar bantahan itu, Yunus berkata. "Ya, tetapi, di atas pundak kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri kita sendiri," katanya.

 
Berita Terpopuler