Skenario Empat Poros Koalisi pada Pilpres 2024

Skenario empat poros koalisi berdasarkan analisis terhadap situasi politik terkini.

ANTARA/Sigid Kurniawan
Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia Hanta Yuda (kiri) memaparkan hasil survei nasional proyeksi kandidat kuat Pilres 2024 disaksikan Guru Besar Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk (tengah) dan Pakar Politik Universitas Paramadina Djayadi Hanan di Jakarta, Kamis (9/6/2022). Dari survei yang dilakukan dari 16-22 Mei 2022 dengan 1.220 responden, Poltracking Indonesia menyatakan dari simulasi tiga nama calon presiden, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menjadi yang tertinggi sebesar 30,6 persen, disusul Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sebesar 26,8 persen kemudian Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sebesar 19,8 persen.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Nawir Arsyad Akbar

Baca Juga

Poltracking Indonesia membuat skenario terkait proyeksi peta politik untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2024 jika diikuti oleh empat poros koalisi. Skenario empat poros koalisi tersebut dibentuk berdasarkan analisis terhadap situasi politik yang terjadi saat ini.

Poros pertama adalah Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri dari Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR mengatakan, bahwa koalisi tersebut sudah memenuhi ambang batas pencalonan presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen.

"Pertama, poros satu berpotensi mengusung kandidat calon presiden (capres) Ganjar Pranowo dan Airlangga Hartarto," ujar Hanta dalam pemaparan surveinya di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (31/8/2022).

Adapun kandidat calon wakil presiden (cawapres) dari KIB dipisahkan menjadi dua klaster. Pertama adalah dari partai politik, yakni Airlangga dan Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Salahuddin Uno. Sementara, kandidat dari luar partai politik adalah Menteri BUMN Erick Thohir dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Poros kedua adalah Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya yang terdiri dari Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Koalisi tersebut juga sudah memenuhi presidential threshold, di mana Partai Gerindra memiliki 13,57 persen suara dan PKB sebesar 10,09 persen.

"Dalam poros dua, koalisi ini berpotensi mendorong kandidat capres Prabowo Subianto. Berpotensi berpasangan dengan Muhaimin Iskandar yang memiliki tiket partai politik, dan Erick Thohir dan Khofifah Indar Parawansa sebagai kandidat cawapres dari non-parpol," ujar Hanta.

Poros ketiga adalah Partai Nasdem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat. Hanta menjelaskan bahwa ketiga partai belum menyatakan resmi berkoalisi, tetapi poros tersebut berpeluang terbentuk dengan melihat intensitas komunikasi mereka.

Ketiga partai juga telah memenuhi ambang batas pencalonan presiden, di mana Partai Nasdem (10,26 persen), Partai Demokrat (9,39 persen), dan PKS (8,7 persen). Total suara koalisi tersebut adalah 28,3 persen.

"Pada poros ini, survei merekam Anies Baswedan berpotensi berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono dari klaster partai politik. Sementara dari klaster non-parpol berpotensi berpasangan dengan Khofifah Indar Parawansa dan Erick Thohir," ujar Hanta.

Poros terakhir adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Meski sendiri, partai berlambang kepala banteng itu sudah memenuhi presidential threshold, karena telah memiliki suara sebesar 22,26 persen.

"Kandidat capres adalah Puan Maharani," ujar Hanta.

Bagi partai politik, Pilpres 2024 adalah ajang kompromi kepentingan di mana partai harus mampu mengukur diri sejauh mana kepentingannya dapat diartikulasikan bersama koalisinya. Ia memastikan, setiap partai politik pasti akan berkoalisi di kontestasi nasional mendatang.

"Dalam konteks kali ini, ujian partai akan semakin bertambah dengan banyaknya kandidat-kandidat potensial  yang muncul bukan dari kader internal partai," ujar Hanta.

Poltracking Indonesia melakukan survei dengan wawancara tatap muka pada 1 sampai 7 Agustus 2022. Populasi survei adalah warga negara Indonesia (WNI) yang telah memiliki hak pilih, dengan jumlah responden sebanyak 1.220 orang.

Margin of error sebesar kurang lebih 2,9 persen, dengan tingkat kepercayaan sebesar 95 persen. Adapun metode sampel menggunakan metode multistage random sampling.

 

Apakah PDIP akan sendiri alias tanpa koalisi pada Pilpres 2024? Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), Hasto Kristiyanto mengatakan, bahwa politik jelang Pilpres 2024 masihlah sangat dinamis. Jikapun nantinya PDIP memutuskan berkoalisi, Hasto melanjutkan, PDIP memperhatikan sejumlah aspek dalam berkoalisi dengan partai politik untuk Pilpres 2024.

"Saya tegaskan bahwa matematika yang kompleks itu nanti bisa menjadi lebih sederhana, karena aspek historis, aspek ideologi, aspek skenario masa depan bagi bangsa, dan juga wisdom dari para pimpinan partai politik di dalam mengkonsolidasikan dirinya," ujar Hasto di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu (31/8/2022).

Selain itu, ia menyebut adanya faktor X yang membuat PDIP ingin berkoalisi dengan partai politik. Namun, Hasto tak menjelaskan lebih rinci maksud faktor X yang membuat partai berlambang kepala banteng itu akan berkoalisi.

"Arahnya itu kan nanti tergantung dari faktor X tadi, yang nanti akan mendorong konsolidasi," ujar Hasto.

Adapun saat ini, ia meminta partai politik yang ada di Indonesia untuk fokus membantu Presiden Joko Widodo mengatasi permasalahan sosial dan ekonomi yang terjadi. Pasalnya ia yakin, kepuasan terhadap pemerintahan akan berimplikasi positif kepada partai politik.

"Kalau kepuasan Pak Jokowi naik setinggi-tingginya, di situ ada Gerindra, ada PAN, ada Golkar, ada PDI, ada Nasdem, semua kan dapat manfaatnya dalam konteks politik itu berdedikasi bagi bangsa dan negara," ujar Hasto.

"Sehingga saat ini kita semua sepakat untuk mendorong kepuasan setinggi-tingginya melalui prestasi pemerintahan yang mencerminkan kerja sama besar ini, dan membawa stabilitas politik dan ekonomi ketika Pemilu itu dilaksanakan," sambungnya.

Adapun, salah satu partai yang belakangan mengumumkan sembilan bakal capres 2024, yakni Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan, akan mengerucutkannya menjadi lima atau tiga nama. Intinya, partai berlambang matahari itu akan mendukung sosok capres yang dapat memberikan efek ekor jas atau coattail effect di pemilihan umum (Pemilu) 2024.

"Saya kira kita terbuka untuk melihat di mana kemungkinan PAN itu bisa berkontribusi menambah kekuatan dan di mana calon itu bisa memberikan coattail effect pada PAN," ujar Sekretaris Jenderal PAN, Eddy Soeparno di Jakarta, Rabu.

Coattail effect itulah yang menjadi salah satu bahan pertimbangan dalam proses pengerucutan sembilan bacapres di forum internal PAN. Setelah dikerucutkan, nama-nama tersebut akan disampaikan kepada Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

"Supaya ada coattail effect, supaya ada waktu untuk mengintegrasikan kerja sama di antara mereka dan nanti juga capres-cawapres bisa memberikan coattail effect pada partainya. Kita masih punya waktu satu tahun untuk melakukan hal tersebut," ujar Eddy.

Di samping itu, KIB disebutnya masih terbuka dengan semua nama potensial capres dan partai politik yang ingin bergabung koalisinya. Menurutnya, kerja sama politik haruslah menghasilkan kemenangan untuk Pemilu 2024.

"Untuk bekerja sama dg si A, si B, parpol D, parpol C, jadi kita terbuka. Bagaimana kita bisa bekerja sama untuk menghasilkan koalisi winning team atau dream team yang bisa mengusung pasangan capres-cawapres ke depannya," ujar Wakil Ketua Komisi VII DPR itu.

Berdasarkan survei Poltracking Indonesia, bakal capres dengan elektabilitas teratas masih ditempati oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Setelah Ganjar, bakal capres dengan angka dua digit adalah Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

"Ada tiga kandidat terkuat dengan elektabilitas dua digit, yaitu Ganjar Pranowo (26,6 persen), Prabowo Subianto (19,7 persen), dan Anies Baswedan (17,7 persen)," ujar Direktur Eksekutif Poltracking Indonesia, Hanta Yuda AR dalam rilis surveinya di Hotel JS Luwansa, Jakarta, Rabu.

Elektabilitas delapan nama lainnya berada di bawah 10 persen, yakni Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (4,7 persen), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (3,9 persen), dan Menteri BUMN Erick Thohir (2,8 persen). Selanjutnya adalah Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno (2,4 persen), Ketua DPR Puan Maharani (2,2 persen), Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (2,2 persen), dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (1,7 persen).

"Tidak mau menjawab atau merahasiakan 7,2 persen. Tidak tahu atau tidak jawab 8,9 persen," ujar Hanta.

Poltracking Indonesia juga memaparkan elektabilitas nama-nama yang potensial sebagai calon wakil presiden (cawapres) untuk Pilpres 2024. Teratas adalah Ridwan Kamil dengan elektabilitas sebesar 12,6 persen.

Selanjutnya adalah Sandiaga (11,9 persen), Agus Harimurti Yudhoyono (11,7 persen), dan Erick (10,8 persen). Sisanya adalah Puan (6,5 persen), Khofifah (5,4 persen), dan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa (3,7 persen).

"Muhaimin Iskandar 2,7 persen, Airlangga Hartarto 1,7 persen, Mahfud MD 1,7 persen," ujar Hanta.

 

Serangan Elite PDIP kepada Ganjar Pranowo - (infografis republika)

 
Berita Terpopuler