Uqba bin Nafi Sang Penakluk Afrika

Uqba bin Nafi menaklukkan Afrika Utara pada paruh kedua di abad pertama Hijriyah.

Aljazeera
Minbar Masjid Uqbah bin Nafi
Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, Uqba bin Nafi menaklukkan Afrika Utara pada paruh kedua di abad pertama Hijriyah. Wilayah yang berhasil ia taklukkan meliputi Aljazair, Tunisia, Libya, dan Maroko hingga ke pantai Atlantik, kecuali Mesir yang ditaklukkan Amr bin al-Ash.

Baca Juga

Uqba bin Nafi lahir di Makkah, satu tahun sebelum Nabi Muhammad SAW hijrah. Ia dibesarkan dalam lingkungan Islam. Ia banyak mendapat didikan mengenai ajaran Islam dari sang ayah, Nafi bin Qais al Fahri Quraisy. Dari sang ayah pulalah bakat kemiliteran mengalir deras dalam darahnya.

Kedekatannya dengan penakluk Mesir, Amr bin al-Ash, ia dapatkan dari garis keturunan ibunya. Amr bin al-Ash adalah paman Uqba yang juga mewariskan darah pejuang dalam dirinya. Uqba selalu mengikuti dan menemani ayahnya selama masa kampanye Amr bin al-Ash di Mesir.

Setelah penaklukan Mesir, Amr bin al-Ash kemudian mengirim Uqba untuk menaklukkan wilayah barat. Pada 50 H, Uqba memimpin pasukan Muslim ke Afrika Utara dengan melintasi padang pasir Mesir. Dalam perjalanannya, ia mendirikan sejumlah pos militer, salah satunya di wilayah yang kini dikenal sebagai Tunisia.

Di Tunisia pula ia membangun sebuah kota bernama Kairouan yang terletak di 160 kilometer arah selatan sebuah daerah yang kini dikenal sebagai Tunis, ibu kota Tunisia. Uqba menggunakan Kairouan sebagai pos utama untuk operasi-operasi selanjutnya.

 

 

Pos-pos militer yang didirikan Uqba ini membentang sepanjang ratusan mil tanpa ada konfrontrasi (perlawanan) yang berarti dari masyarakat setempat. Setelah melintasi wilayah Tunisia, Libya, Aljazair, dan Maroko, ia pun berhasil mencapai pesisir Samudra Atlantik dengan penuh kemenangan.

Pada 55 H, Uqba diberhentikan oleh Amir Muawiyah. Dengan lapang dada, Uqba menerima pemberhentiannya dan menyerahkan komando pasukan kepada Abu Mahajer Dinar. Namun, pada 62 H, Uqba lagi-lagi ditunjuk sebagai komandan pasukan untuk wilayah Maghribi, yang kini meliputi sejumlah negara di Afrika Utara, yakni Maroko, Aljazair, Tunisia, dan Libya.

Menurut sebuah legenda, salah satu tentara Uqba pernah menemukan emas terkubur dalam pasir di wilayah ini. Emas tersebut dipercaya sebagai sebuah benda berharga yang pernah hilang di Makkah. Ketika tanah berpasir itu digali, terpancarlah air yang diyakini berasal dari sumber yang sama dengan mata air zamzam.

Uqba bersama pasukannya juga melakukan perjalanan ke arah barat hingga mencapai Tahert. Tahert adalah daerah pertahanan tentara Romawi yang kala itu sedang bersiap siaga mengadang pasukan Uqba. Padahal, Uqba hanya membawa pasukan dalam jumlah kecil dan jauh dari pangkalan logistik. 

 

Namun, pidato inspiratif Uqba sesaat sebelum perang berhasil membakar semangat pasukan berjumlah kecil itu. Setelah berjuang mati-matian, mereka pun akhirnya mampu mengalahkan musuh. Uqba pun memacu kudanya menuju Samudra Atlantik.

Banyak sejarawan mengisahkan, kemenangan tersebut menjadi saat-saat paling berkesan bagi Uqba. Salah satu sejarawan dari Andalusia, Ibnu Idhari al-Marrakushi, menceritakan dengan dramatis momen-momen kemenangan Uqba di dalam bukunya Al-Bayan al-Mughrib fi akhbar al-Andalus.

Setelah memenangi pertempuran dan mencapai Pantai Atlantik, Uqba berseru: ''Ya Allah yang menjadi saksi, aku telah membawa pesan-Mu hingga pengujung daratan. Jika samudra tidak membatasi jalanku, aku akan melanjutkan perjuangan melawan orang-orang kafir dan menegakkan iman hingga tidak ada lagi yang disembah kecuali Engkau."

Setelah kemenangan besarnya atas tentara Romawi, Uqba kembali ke pangkalannya di Kairouan. Ketika sampai di Tanja, ia menyebar kekuatannya dan membawa 300 orang prajurit bersamanya. Kondisi itu menjadi peluang bagi lawan untuk menyerang Uqba kembali.

Pimpinan tentara Berber, Kusaila, yang sebelumnya memeluk Islam kemudian berpaling dan bergabung dengan pasukan Roma. Pasukan besar Roma dan Berber ini pun bersekongkol untuk menyerang Uqba.

Dalam keadaan terjepit, Uqba pun memantapkan dirinya untuk berjuang di jalan Allah SWT melawan musuh. "Saya ingin mati syahid,'' ujar Uqba. Tekad serupa juga diserukan Abu Mahajer Dinar. "Aku juga ingin mati syahid," ujarnya.

Mereka pun lalu bahu-membahu dan bertempur dengan gagah berani. Takdir pun menggariskan, kedua panglima itu bersama 300 prajuritnya yang gagah berani mati syahid. Ubqa wafat di samping Abu Mahajer.

Jenazah mereka dimakamkan di sebuah tempat yang kini dikenal sebagai Sidi Uqba di Aljazair. Untuk menghormati para pejuang Muslim ini, masyarakat setempat membangun sebuah masjid di tempat tersebut. Hingga saat ini, keturunan Uqba masih ada dan tersebar di wilayah yang membentang antara Danau Chad hingga Pantai Mauritania. Beberapa keturunan Uqba dikenal dengan sebutan Ouled Sidi Ukba.

 
Berita Terpopuler