Janji Jokowi Harga Telur Ayam akan Turun Vs Syarat dari Peternak

Jokowi menjanjikan harga telur ayam akan turun dalam dua pekan ke depan.

ANTARA/Rivan Awal Lingga
Peternak melihat kualitas telur ayam di Gunung Sindur, Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/8/2022). Presiden Joko Widodo pada Ahad (28/8/2022) menjanjikan harga telur ayam akan turun dalam dua pekan ke depan. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Muhammad Fauzi Ridwan, Retno WulandhariIit Septyaningsih, Deddy Darmawan Nasution

Baca Juga

Di sela-sela kunjungannya ke Pasar Cicaheum, Kota Bandung, Jawa Barat, Presiden Joko Widodo (Jokowi), Ahad (28/8/2022), menjanjikan harga telur ayam yang saat ini tengah meroket akan turun dalam dua pekan ke depan. Menurutnya, harga telur ayam naik salah satunya disebabkan harga pakan ternak yang naik.

"Ya ini kan pertama karena memang pakan ternak yang naik, kedua fluktuasi biasa. Nanti ya dua minggu ini Insya Allah akan turun," ujar Jokowi.

Selain itu, Jokowi melanjutkan, kenaikan harga telur ayam dipengaruhi oleh tingginya permintaan dari masyarakat. "Ya ada juga demand, permintaan yang dibagikan ke masyarakat juga sama," katanya.

Di sejumlah pasar di Kota Bandung sendiri, harga telur ayam seperti di Pasar Kosambi, Kota Bandung mengalami kenaikan hingga Rp 9.000 per kilogram dan saat ini menjadi Rp 32 ribu per kilogram. Harga naik disebabkan pasokan telur dari peternak ke pedagang kurang.

Pedagang telur di Pasar Kosambi Kota Bandung Eeng Suhendar mengatakan harga telur ayam mengalami kenaikan sejak dua pekan terakhir. Harga telur ayam sempat berada di angka Rp 23 ribu per kilogram namun kini menjadi Rp 32 ribu per kilogram.

"Kenaikannya Rp 9.000 dari Rp 23 ribu per kilogram menjadi Rp 32 ribu per kilogram," ujarnya, Jumat (19/8/2022).

Menurut Ketua Presidium Pinsar Petelur Nasional (PPN) Yudianto Yosgiarso, penurunan harga telur dalam waktu dekat memungkinkan. Namun, dengan beberapa kondisi tertentu. 

"Kami mengikuti instruksi presiden untuk menurunkan harga telur. Penurunan harga telur dalam dua pekan memungkinkan tetapi ada catatan," kata Yudianto kepada Republika, Ahad.

Yudianto menjelaskan, harga di industri pangan terutama telur sangat menyesuaikan bahan yang ada di hulu. Tingginya harga telur masih dipengaruhi biaya produksi yang naik signifikan terutama dari sisi pakan dan bibit ayam atau day old chick (DOC).

Saat ini, harga pakan masih dikisaran Rp 7.200 per kg meskipun harga jagung sudah turun. Harga DOC juga masih tinggi dikisaran Rp 13.000 - Rp 16.000. Yudianto berharap, harga pakan bisa diturunkan ke level Rp 5.000 per kg, sedangkan harga DOC diharapkan bisa turun di kisaran Rp 9.000 - Rp 11.000. 

"Saat ini harga pakan masih tinggi. Kalau harga pakan diturunkan harga telur juga bisa turun dengan nyaman," kata Yudianto. 

Selain itu, Yudianto juga meminta kerja sama dari pihak pedagang untuk turut serta mendukung penurunan harga telur. Menurut Yudianto, para peternak sudah berusaha menurunkan harga, namun di kalangan pedagang harga tetap tinggi. 

Baca juga : Pemerintah Pastikan Harga Telur Turun dalam Dua Pekan

"Kalaupun harga di eceran masih tinggi tolong dikontrol dari sisi pedagang. Pedagang diharapkan bisa dilibatkan dalam pergerakan harga telur," tegas Yudianto. 

 

 

 

Produsen pakan ternak ayam yakni PT New Hope Indonesia menilai, jika bicara stok dan permintaan, harga telur ayam sulit turun. "Tapi atas tekanan bisa saja turun," ujar CMO PT New Hope Indonesia Timbul Sihombing kepada Republika, Ahad.

Ia menjelaskan, stok atau pasokan telur turun karena sekitar dua sampai tiga bulan lalu peternak layer afkir ayam. "Karena harga telur di bawah harga pokok produksi dan beberpa peternak tidak melakukan peremajaan ayam," jelasnya. 

Setelah terjadi penurunan produksi akibat afkir ayam, lanjutnya, secara alami harga telur naik. Peternak pun kembali bergairah untuk peremajaan ayam. 

Maka harga anak ayam layer dari harga Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per ekor, menjadi Rp 12.000 bahkan sampai tertinggi Rp 14.000 per ekor. "Jadi harga telur saat ini tinggi, murni mekanisme pasar," ujar Timbul. 

Ia menegaskan, kenaikan harga telur ayam saat ini tidak ada hubungannya dengan harga pakan ternak. Dirinya mengungkapkan, dalam dua bulan terakhir tidak ada kenaikkan harga pakan ternak.  

Badan Pangan Nasional (NFA) pun telah menaikkan harga acuan telur ayam di tingkat peternak menjadi Rp 22 ribu-Rp 24 ribu per kg dari sebelumnya Rp 19 ribu-Rp 21 ribu per kg. Namun, peternak layer menyebut kenaikan harga produksi masih berlanjut sehingga pemerintah harus mengkaji ulang besaran kenaikan.

Presiden Peternak Layer Nasional, Ki Musbar Mesdi, mengatakan, rancangan harga acuan yang diumumkan oleh NFA telah dihitung sejak April 2022 lalu. Namun biaya produksi telur masih terus meningkat hingga lebih dari acuan yang ditetapkan.

"Dalam rapat lanjutan kemarin, wakil-wakil peternak menyampaikan harga acuan sudah tidak bisa di Rp 22 ribu-Rp 24 ribu per kg, karena harga on farm sudah Rp 24.200 per kg," kata Musbar kepada Republika, Jumat (26/8/2022).

Adapun untuk harga di tingkat konsumen, Musbar mengatakan berdasarkan penghitungan sebelumnya acuan ditetapkan Rp 27 ribu-Rp 29 ribu per kg. Karena itu, Musbar mengatakan, pemerintah bersama para pemangku kepentingan termasuk produsen pakan dan peternak harus kembali mengkaji ulang harga acuan yang tepat.

Musbar menjelaskan, kenaikan biaya produksi disebabkan karena permintaan yang naik hingga 60 persen di masa pemulihan. Sementara, populasi ayam layer turun hingga 30-40 persen akibat pandemi Covid-19. Soal itu, ia memproyeksi populasi baru akan berangsur pulih pada November 2022.

Di satu sisi, ia menegaskan biaya pakan juga perlu menjadi perhatian. Pihaknya tak menampik harga jagung pakan saat ini masih stabil pada kisaran Rp 5.000 per kg. Namun, biaya bahan baku pakan dari bahan impor yang masuk ke Indonesia tetap tinggi.

Musbar pun mengingatkan seharusnya pemerintah tidak sebatas mengatur harga telur ayam. Namun, mengintervensi faktor pembentuk harga seperti biaya pakan.

"Bukan juga menyuruh pabrik pakan menurunkan harga, tapi kita hitung sama-sama berapa biaya riil sehingga tidak merugikan peternak di hulu tanpa mengorbankan kepentingan masyarakat," ujarnya.

Lebih lanjut, ia mengatakan, peternak layer jika dalam kondisi sulit akibat biaya produksi yang tinggi, mau tak mau melakukan afkir dini. Apalagi, harga daging ayam petelur cukup tinggi sekitar Rp 48 ribu per ekor.

"Kalau pemerintah hanya menjaga perasaan masyarakat tanpa menimbang perasaan produsen akan terjadi afkir kembali, pemerintah apa ada hak melarangnya? Tidak ada," ujar dia.

 

Layanan BI Fast Payment (BI-FAST). - (Tim Infografis Republika.co.id)

 

 
Berita Terpopuler