Studi Tunjukkan Sebagian Besar Dunia akan Hadapi Panas Ekstrem pada 2100

Studi menemukan panas ekstrem dapat berkontribusi pada penyakit kronis

AP/Frank Augstein
Seorang wanita berlindung dari matahari dengan payung saat dia berjalan menyusuri Jembatan Westminster di London, Selasa, 19 Juli 2022. Studi menyatakan sebagian besar bagian dunia akan berada dalam cengkeraman panas ekstrem pada 2100. Ilustrasi.
Rep: Dwina Agustin Red: Christiyaningsih

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Penelitian dari jurnal Communications Earth and Environment menyatakan sebagian besar bagian dunia akan berada dalam cengkeraman panas ekstrem pada 2100. Kondisi ini mungkin terjadi bahkan saat dunia berhasil membatasi pemanasan global hingga dua derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Baca Juga

Perkiraan menunjukkan daerah tropis dan subtropis termasuk anak benua India, sebagian besar Semenanjung Arab, dan sub-Sahara Afrika akan mengalami suhu panas yang berbahaya hampir setiap hari sepanjang tahun pada akhir abad ini. Menurut laporan itu, daerah garis lintang tengah di seluruh dunia akan, setidaknya, mengalami gelombang panas yang intens setiap tahun.

Contoh saja kota Chicago di Amerika Serikat, para peneliti memperkirakan peningkatan 16 kali lipat gelombang panas berbahaya pada akhir abad ini. “Panas ekstrem berkontribusi pada penyakit kronis dan dikaitkan dengan hilangnya waktu kerja di luar ruangan secara teratur, dan memiliki potensi untuk mengancam kelayakhunian petak besar permukaan bumi jika emisi gas rumah kaca tidak dibatasi," ujar laporan tersebut dikutip dari Anadolu Agency.

Kelompok paling rentan terhadap masalah kesehatan parah yang disebabkan oleh panas yang ekstrem adalah orang tua, orang miskin, dan pekerja luar ruangan. “Tanpa langkah-langkah adaptasi, ini akan sangat meningkatkan kejadian penyakit terkait panas dan mengurangi kapasitas kerja di luar ruangan di banyak daerah di mana pertanian subsisten penting,” kata studi tersebut.

 
Berita Terpopuler