Sungai Yangtze Mengering Ganggu Industri Cina

China sedang menghadapi musim panas terkering dalam enam dekade.

www.discoveryangtze.com
Sungai Yangtze
Rep: Dwina Agustin /ap Red: Agung Sasongko

IHRAM.CO.ID, CHONGQING --Kapal-kapal merayap di tengah Sungai Yangtze pada Jumat (19/8). China sedang menghadapi musim panas terkering dalam enam dekade membuat salah satu sungai ikonik ini hampir setengah dari lebar normalnya menciut.

Baca Juga

Pabrik-pabrik di provinsi Sichuan dan kota metropolitan Chongqing yang berdekatan di barat daya diperintahkan untuk ditutup. Keputusan ini diambil setelah reservoir yang memasok tenaga air turun menjadi setengah dari tingkat normalnya dan permintaan untuk AC melonjak dalam suhu yang sangat panas.

Feri-feri sungai di Chongqing yang biasanya dipadati oleh para pengunjung itu kosong dan diikat ke dermaga. Terlihat dataran lumpur yang membentang sejauh 50 meter dari garis pantai normal ke tepi sungai yang menipis. Kapal-kapal yang lebih kecil berlayar di tengah Yangtze, salah satu jalur perdagangan terbesar Cina, tetapi tidak ada kapal kargo besar yang terlihat.

Jalan-jalan yang biasanya ramai kini kosong setelah suhu mencapai 45 derajat Celcius di Chongqing pada Kamis (18/8). Media pemerintah mengatakan, itu adalah yang terpanas di Cina di luar wilayah gurun Xinjiang di barat laut sejak catatan resmi dimulai pada 1961.

“Kami tidak bisa hidup melalui musim panas ini tanpa AC,” kata Chen Haofeng yang mengambil gambar dasar sungai yang terbuka. “Tidak ada yang bisa mendinginkan kita.”

Dampak kekeringan di Sichuan luar biasa parah karena provinsi ini mendapatkan 80 persen listriknya dari bendungan pembangkit listrik tenaga air. Ribuan pabrik yang membuat chip prosesor, panel surya, dan komponen mobil di Sichuan dan Chongqing ditutup minggu ini setidaknya selama enam hari.

Beberapa mengumumkan tidak ada gangguan pasokan ke pelanggan. Namun pemerintah kota Shanghai mengatakan dalam sebuah surat yang dirilis Kamis, Tesla dan produsen mobil besar Cina terpaksa menangguhkan produksi.

 

 

Pemerintah kota Chengdu, ibu kota provinsi Sichuan, mengatakan warga untuk menghemat listrik dengan menyetel AC tidak lebih rendah dari 27 derajat celcius. Kota lain, Dazhou, sebelumnya mengumumkan pemadaman listrik bergilir tiga jam setiap hari untuk lingkungan.

Ketinggian air yang rendah di sungai juga memaksa penghentian pengiriman kargo. Sebuah kanal yang menghubungkan Wuhan di Yangtze dengan kota Anqing di timur laut di Anhui ditutup karena terlalu dangkal bagi kapal untuk bergerak dengan aman.

Dampak penutupan secara nasional terbatas karena Sichuan hanya menyumbang sempat persen dari produksi industri, sementara provinsi lain menggunakan lebih banyak tenaga batu bara, yang belum terganggu. Pemerintah mengatakan, dua perusahaan listrik milik negara utama Cina, State Grid Ltd. dan Southern Grid Ltd., memindahkan listrik dari 15 provinsi lain ke Sichuan.

Cina mengalami gangguan serupa tahun lalu ketika musim panas yang kering menyebabkan kekurangan tenaga air dan menutup pabrik di provinsi Guangdong di tenggara, pusat manufaktur global. Daerah lain mengalami pemadaman karena kekurangan batu bara dan pemadaman listrik wajib untuk memenuhi target efisiensi energi resmi.

Menurut Larry Hu dari Macquarie Group, tahun ini sepertinya tidak terlalu parah. "Jika penjatahan listrik di Sichuan hanya berlangsung beberapa minggu, dampak pada produksi industri di tingkat nasional akan sangat terbatas,” kata Hu dalam sebuah laporan.

 

Xuguang Electronics Co. di Chengdu mengatakan, penutupan enam hari akan mengurangi outputnya sebesar 48.000 sirkuit elektronik. Perusahaan itu mengatakan akan mengambil keuntungan tahunan sebesar 5 juta yuan.

BOE Technology Group Co., yang membuat tampilan elektronik mengatakan, anak perusahaan Sichuan akan menangguhkan produksi. BOE berjanji dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan melalui Bursa Efek Shenzhen untuk sepenuhnya menjamin pengiriman produk pelanggan. 

Gangguan-ganguan tersebut menambah tantangan bagi Partai Komunis yang berkuasa. Partai yang menjalankan pemerintah Cina ini berusaha menopang pertumbuhan ekonomi yang lesu sebelum pertemuan pada Oktober atau November ketika Presiden Xi Jinping diperkirakan akan mencoba untuk memberikan dirinya masa jabatan lima tahun ketiga sebagai pemimpin.

Ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh hanya 2,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya di paruh pertama 2022, kurang dari setengah target resmi 5,5 persen. Menurut Bank Dunia, Cekungan Yangtze, meliputi bagian dari 19 provinsi, menghasilkan 45 persen dari output ekonomi Cina. Dwina Agustin/ap 

 

 

 
Berita Terpopuler