Pakar: BIAN Momentum Lengkapi Imunisasi Anak

Selama pandemi, imunisasi anak banyak yang tidak lengkap.

ANTARA/Fauzan
Petugas menyuntikkan vaksin campak kepada seorang anak saat imunisasi door to door dalam rangka Bulan Imunisasi Anak Nasional di Sukasari, Kota Tangerang, Banten, Sabtu (13/8/2022).
Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan anak Prof Soedjatmiko mengatakan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN) 2022 merupakan momentum yang tepat untuk melengkapi imunisasi dasar pada anak yang tertinggal saat pandemi Covid-19. Ia mengingatkan bahwa imunisasi sangat penting untuk memberikan perlindungan atau proteksi pada anak.

Anggota Satgas Imunisasi Anak PP Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) itu mengatakan pada saat ini banyak penyakit berbahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada bayi atau balita. Penyakit tersebut bisa dicegah dengan imunisasi.

"Jika imunisasinya tidak lengkap maka berisiko sakit berat, cacat atau bahkan meninggal dunia," kata Prof Soedjatmiko ketika dihubungi Antara dari Jakarta, Jumat (19/8/2022).

Oleh karena itu, menurut Prof Soedjatmiko, agar imunisasi anak segera lengkap, orang tua bisa memanfaatkan momentum BIAN 2022. Di fasilitas kesehatan terdekat, orang tua bisa datang untuk mendapatkan imunisasi seperti campak rubella, polio, DPT-HB-Hib, dan PCV untuk anaknya.

Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menyebut, imunisasi tersebut aman dan sudah dilakukan di banyak negara. Efek samping vaksinasi cenderung ringan.

"Setelah imunisasi kadang ada sedikit kemerahan, nyeri atau bengkak di bekas lokasi suntikan, itu adalah reaksi wajar dan akan hilang dalam beberapa hari," katanya.

Jika anak mengalami demam atau rewel, menurut Prof Soedjatmiko, bisa diberikan obat penurun panas atau penghilang nyeri. Namun, andaikan anak makin rewel, demam tinggi, atau keluhan lain segera bawa ke fasilitas kesehatan terdekat.

Baca Juga

"Hanya saja ini sangat jarang terjadi," ujar Prof Soedjatmiko.

Sebelumnya, Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan pandemi Covid-19 yang mewabah di seluruh dunia termasuk Indonesia telah membuat cakupan imunisasi dasar pada anak bangsa sangat berkurang. Pembatasan kegiatan yang menyebabkan kerumunan selama pandemi telah menunda kinerja pemerintah mendistribusikan vaksin pada masyarakat.

Berdasarkan data Kemenkes dalam laman resminya, ada sekitar lebih dari 1,7 juta bayi di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar selama periode 2019-2021. Dengan diselenggarakannya BIAN 2022 diharapkan dapat mengejar target imunisasi dasar anak yang telah ditetapkan. BIAN sedang dijalankan dengan dibagi menjadi dua tahap.

Tahap I dilakukan pada bulan Mei, dan difokuskan pada luar Pulau Jawa. Lalu, tahap II pada bulan Agustus, layanan difokuskan pada Pulau Jawa-Bali.

Pada imunisasi dasar, Syahril mengatakan pemerintah mengejar cakupan pemberian vaksin seperti campak rubella yang menyasar usia sembilan sampai 59 bulan. Lalu, imunisasi kejar ditargetkan untuk anak usia 12 sampai 59 bulan yang tidak lengkap imunisasi polio (OPV/IPV), dan difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus, hepatitis B, serta pneumonia (radang paru), dan meningitis (DPT-HB-Hib).

 
Berita Terpopuler