Ahli Imunologi Ungkap Tiga Cara Kurangi Risiko Tertular Subvarian Omicron BA.5

Subvarian BA.5 sedang mendominasi di banyak negara.

Pixabay
Ilustrasi SARS-CoV-2 varian omicron. Dibandingkan dengan BA.2, subvarian omicron BA.5 membuat orang yang sudah divaksinasi tiga kali lebih berisiko masuk rumah sakit ketika kena Covid-19.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Munculnya SARS-CoV-2 omicron subvarian BA.5 kian membuat masyarakat cemas karena tengah mendominasi di sejumlah negara. Varian itu disebut menyebabkan peningkatan kasus rawat inap, menjadi pengingat yang jelas bahwa pandemi Covid-19 belum usai.

Baca Juga

Kabar baiknya, ada cara yang bisa dilakukan guna menghindari penularannya. Ahli imunologi terkemuka Inggris, Denis Kinane, menawarkan beberapa kiat untuk melindungi diri dari BA.5.

Ilmuwan pendiri Cignpost Diagnostics itu menjelaskan bahwa BA.5, seperti varian lainnya, masih merupakan ancaman parah bagi kelompok rentan. Oleh karena itu, masyarakat perlu mengambil tindakan pencegahan yang wajar, seperti protokol kesehatan pada umumnya.

Kinane menyarankan memakai masker di ruang tertutup saat acara massal dan menjalani tes Covid-19 jika merasa terjangkit virus. Menerapkan tindakan pencegahan di rumah sakit, tempat ramai, dan ketika berada di sekitar orang yang rentan juga masuk akal.

"Perlu juga diingat bahwa vaksinasi atau booster tidak mencegah Anda terkena Covid-19, tetapi itu melindungi kebanyakan orang dari rawat inap," ungkap Kinane.

Kinane mewanti-wanti bahwa virus corona sama sekali belum hilang dan mampu terus bermutasi. Meski program vaksinasi memungkinkan kendali terhadap penularan virus, berkurangnya kekebalan virus terhadap vaksin berpotensi menyebabkan peningkatan rawat inap.

Semua itu telah dibuktikan oleh studi tentang BA.5 yang digagas ilmuwan Portugal. Walau vaksin dan booster tidak menjamin seseorang tidak tertular, Kinane tetap meminta masyarakat yang hingga kini belum divaksinasi untuk segera mendapatkan vaksin.
 
Sudah divaksinasi, orang masih bisa kena Covid-19. - (Republika)
 

Jika populasi tetap tidak divaksinasi atau status kekebalan berkurang, bisa terjadi lebih banyak mutasi dan varian rekombinan. "Virus Covid-19 akan terus beradaptasi, dan kita harus tetap berhati-hati dengan evolusinya," ujarnya, dikutip dari laman Express, Rabu (10/8/2022).

Varian baru mungkin masih menimbulkan gejala seperti flu biasa, termasuk pilek, batuk terus menerus, juga kehilangan fungsi indra pengecap dan penciuman. Belakangan ditemukan beberapa perbedaan dalam gejala BA.5, termasuk berkeringat di malam hari.
 
Profesor Luke O'Neill dari Trinity College Dublin berpendapat Covid-19 kini sedikit lain karena virusnya telah berubah. "Gabungan sistem kekebalan dan virus yang sedikit berbeda mungkin menimbulkan penyakit yang sedikit berbeda," kata O'Neill.

 

 
Berita Terpopuler