Bagaimana RT dan RW di Jakarta Terbentuk?

Wali Kota Sudiro membuat RT dan RW karena jumlah penduduk di Jakarta meningkat dua kali lipat.

network /Kurusetra
.
Rep: Kurusetra Red: Partner

Wali Kota Sudiro. Wali Kota Sudiro membuat RT dan RW karena jumlah penduduk di Jakarta meningkat dua kali lipat. Foto: IST

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Pada masa wali kota Sudiro (1958-1960) penduduk DKI Jakarta lebih dari 2 juta jiwa atau meningkat dua kali lipat lebih dibandingkan 1950. Di masa awal jabatannya, Sudiro mengumpulkan tiga ribu pemuka masyarakat Jakarta guna mengaktifkan rukun tetangga (RT) dan rukun keluarga (RK) yang kemudian jadi RW.

Seperti juga saat ini, banjir dan kebakaran merupakan langganan tetap Jakarta sejak lama. Pada 1955 terjadi kebakaran besar di Krekot Bunder (Sawah Besar) yang menghanguskan beberapa kampung. Untuk menampung korban wali kota Sudiro merencanakan untuk membangun rumah susun (flat).

BACA JUGA: Demi Keindahan Kota, Gubernur Jakarta Buang Anak Jalanan ke Pulau Edam

Sayangnya meski telah diberi penjelasan berkali-kali, ide tersebut belum dapat diterima masyarakat. Bahkan, ada anggota DPRD dalam suatu diskusi mengatakan, ”Kalau penghuni flat yang di atas kencing, penghuni yang di bawah bisa basah.”

Lalu, dijawab oleh Sudiro, ”Kalau orang bermaksud mengencingi orang lain, tidak perlu dari atas. Dari samping atau dari belakang pasti juga basah.”

BACA JUGA: Kaiin Bapa Kayah, Pendekar dari Tangerang yang Lawan Kompeni dan Tuan Tanah Pencekik Rakyat

Kala itu harga bensin 50 sen/liter. Ketika wali kota meminta jadi satu sen/liter, menteri perekonomian menolak, takut menimbulkan gejolak masyarakat. Usul dikenakan airport tax di Bandara Kemayoran untuk orang asing juga ditolak.

Pernah kakek aktor Tora Sudiro tersebut ingin mengadakan toll road seringgit tiap kendaraan yang melalui jembatan yang menghubungkan Jl Thamrin dan Jl Sudirman (Duku Atas). Bahkan, sudah ditolak sejak disidangkan di DPRD dengan alasan sistem itu sudah kuno.

BACA JUGA: Download Lagu dari YouTube Pakai MP3 Juice: Dijamin Aman, Cepat, dan Mudah Prosesnya

Padahal, kala itu jumlah kendaraan bermotor di Jakarta 100 ribu unit dan akan merupakan penghasilan besar bagi daerah. Yang disayangkan, kala itu belum terpikir untuk mengadakan SWP3D dan BBN.

BACA BERITA MENARIK LAINNYA:

> Humor NU: Orang Muhammadiyah Ikut Tahlilan Tapi Gak Bawa Pulang Berkat, Diledek Makan di Tempat Saja

> Bolehkah Makan Nasi Berkat dari Acara Tahlilan? Halal Bisa Jadi Haram

> Banyak Pria Jakarta Sakit Raja Singa Gara-Gara Wisata "Petik Mangga"

> Kata Siapa Muhammadiyah tidak Punya Habib, KH Ahmad Dahlan Itu Keturunan Rasulullah

> Pak AR Salah Masuk Masjid, Diundang Ceramah Muhammadiyah Malah

> Humor Cak Nun: Soal Rokok Muhammadiyah Terbelah Jadi Dua Mahzab

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

 
Berita Terpopuler