Diskriminasi Muslimah Bercadar Marak Terjadi di Jerman, Belanda, dan Spanyol

Penelitian di Belanda, Jerman, dan Inggris mengungkapkan diskriminasi pada Muslimah.

Pixabay
Ilustrasi Muslimah. Diskriminasi Muslimah Bercadar Marak Terjadi di Jerman, Belanda, dan Spanyol
Rep: Alkhaledi Kurnialam Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Sebuah penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari Belanda, Jerman, dan Inggris mengungkapkan diskriminasi kepada komunitas Muslimah bercadar di negara Barat. Hasilnya, muslimah bercadar ternyata memang menghadapi lebih banyak diskriminasi daripada yang lain ketika melamar pekerjaan di Jerman, Belanda dan Spanyol. 

Baca Juga

 

Universitas Utrecht di Belanda, Universitas Oxford di Inggris, dan Pusat Penelitian Integrasi dan Migrasi Jerman melakukan survei lapangan bersama tentang diskriminasi yang dihadapi oleh minoritas agama. Terutama kepada mereka yang mencari pekerjaan di tiga pasar tenaga kerja Eropa, yakni Jerman, Belanda, dan Spanyol.

 

Dilansir dari Anadolu Agency, Selasa (26/7/2022), temuan eksperimen tersebut dibagikan dalam sebuah artikel yang diterbitkan oleh Oxford Academic bulan ini berjudul Discrimination Unveiled: A Field Experiment on the Barriers Faced by Muslim Women in Germany, the Netherlands, and Spain.

Eksperimen dilakukan dengan CV (curriculum vitae) orang yang sama dengan menggunakan konten dan informasi yang sama dengan foto bercadar dan foto terbuka.  Karena foto-foto di CV menunjukkan apakah orang itu mengenakan jilbab atau tidak, eksperimen penyelarasan lintas negara bertujuan menunjukkan sejauh mana tanggapan yang diterima orang-orang ini dari majikan berbeda.

 

Hasil di Belanda membuktikan hanya 35 persen wanita berjilbab mendapat tanggapan dari perusahaan, sementara angka ini naik menjadi 70 persen di antara mereka yang tidak memakainya. Eksperimen tersebut mengklaim skenario serupa di Jerman, menunjukkan 25 persen dari kandidat bercadar dan 53 persen dari yang bercadar menerima tanggapan.

 

Muslim paling banyak menghadapi hukuman

Muslim juga dianggap oleh masyarakat luas sebagai kelompok yang sulit diintegrasikan, terutama karena sikap peran gender konservatif dan tingkat religiusitas yang tinggi. Hal ini tampaknya bertentangan dengan nilai-nilai Eropa dan gaya hidup sekuler masyarakat Barat. 

"Ini menyajikan bukti kuat wanita Muslim bercadar didiskriminasi di Jerman dan Belanda, tetapi hanya ketika melamar pekerjaan yang membutuhkan kontak pelanggan tingkat tinggi," jelas penelitian itu. 

 

“Namun, di Spanyol, tingkat diskriminasi terhadap perempuan Muslim bercadar jauh lebih kecil daripada di dua negara lainnya,” katanya.

Untuk memberikan data statistik, penelitian tersebut menggarisbawahi 48,5 persen wanita Muslim bercadar menerima tanggapan dari majikan di pasar tenaga kerja Belanda, sementara jumlah ini menurun menjadi 34,5 persen di antara wanita Muslim bercadar.

Di Jerman, meskipun majikan menanggapi lamaran pekerjaan dari separuh wanita Muslimah yang tidak berjilbab, mereka tidak memberikan tanggapan apa pun kepada 75 persen wanita Muslim berjilbab.

Kurangnya kemajuan

Valentina Di Stasio, salah satu peneliti yang melakukan percobaan dan anggota Universitas Utrecht, mengatakan di Twitter bahwa hasilnya sebagian besar menunjukkan kurangnya kemajuan dari waktu ke waktu, dengan anggota etnis minoritas masih menghadapi tingkat diskriminasi saat ini yang setinggi mereka sejak puluhan tahun yang lalu.

Dia menekankan pentingnya pemantauan masalah dalam hal efeknya pada pembuatan kebijakan dan mekanisme legislasi. Tentang persepsi bahwa itu hanyalah preferensi untuk netralitas agama, bukan bias terhadap Muslim, dia menyatakan dalam penelitian terkait, mereka tidak menemukan hukuman untuk pekerjaan sukarela di sebuah asosiasi Kristen. Tetapi hukuman yang signifikan untuk pekerjaan yang sama di sebuah komunitas Muslim.

Dia mengatakan penelitian lain yang dilakukan di Prancis berjudul Anti-Muslim discrimination in France: Evidence from a Field Experiment merangkum religiusitas adalah premi bagi orang Kristen dan hukuman bagi Muslim.

Mengingat diskriminasi tingkat tinggi terhadap Muslim bahkan ada di negara-negara di mana orang-orang tidak harus memasang foto pribadi di CV mereka dalam lamaran kerja, seperti Inggris dan Norwegia, dia mengatakan diskriminasi bisa hanya lewat nama.

 

https://www.aa.com.tr/en/culture/veiled-muslim-women-face-discrimination-in-germany-netherlands-spain-study/2646079

 
Berita Terpopuler