ITAGI: Akan Ada Rekomendasi Booster Covid-19 untuk Anak 11-17 Tahun

Booster untuk anak 11-17 tahun kemungkinan akan menggunakan vaksin Pfizer.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Vaksinator menyuntikkan vaksin Covid-19 ke seorang anak di Sentra Vaksinasi Booster, Bandara Husein Sastranegara, Kota Bandung, Ahad (17/7/2022). ITAGI mengatakan rekomendasi vaksin booster untuk anak 11-17 tahun akan segera keluar.
Red: Indira Rezkisari

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Antara

Vaksinasi dosis ketiga atau booster sedang digalakkan oleh pemerintah. Pemberian booster pasalnya mampu memberikan perlindungan lebih tinggi dari potensi keparahan dan kematian akibat Covid-19.

Di tengah upaya meningkatkan capaian vaksinasi, muncul usulan booster bagi kelompok usia 11-17 tahun. Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Sri Rezeki Hadinegoro mengatakan banyak pertimbangan dalam memberikan vaksinasi Covid-19 dosis ketiga kepada kelompok anak.

"Untuk anak di bawah 11-17 thn akan ada (dosis ketiga) dengan vaksin Pfizer. Kami sudah rapatkan itu dengan Badan POM RI, mungkin dalam beberapa hari ini akan keluar untuk booster anak 11-17 tahun," kata Sri saat dihubungi, Jumat (22/7/2022).

"Jadi kalau vaksin baru itu, kita urutannya dari tua dulu kemudian pelan-pelan ke muda. Karena kita lihat keamanannya ini jadi mungkin yang akan datang adalah booster untuk 11-17 tahun," sambungnya.

Lebih lanjut Sri menjelaskan, untuk anak kelompok umur 6-11 tahun, hingga kini ITAGI masih menunggu vaksin mana yang baik. Karena semakin kecil dosis mungkin akan berbeda efek sampingnya. "Jadi kita mesti awasi dan bertahap sesuai kelompok umur. Kelompok umur berbeda responsnya beda," ujarnya.

Perihal adanya produsen vaksin yang mengeklaim produknya bisa memberikan kekebalan yang kuat dan ditoleransi dengan baik oleh anak-anak dengan sebagian besar efek samping ringan, menurut Sri harus ada bukti uji klinisnya. Pasalnya, setiap produk vaksin yang masuk ke Indonesia harus menunjukan bukti uji klinis.

"Kalau mereka mau masuk ya mereka harus menunjukkan bukti uji klinis. Kalau belum ada itu ya kita nggak berani. Kan ada Badan POM juga. Badan POM juga punya regulasi vaksin ya untuk dipakai di Indonesia harus daftar ke Badan POM kalau nggak ada itu ya ditolak sama Badan POM. Kita harus hati-hati betul di dalam memberikan vaksin khusus kepada anak," tutur Sri.

Sri menambahkan, saat ini ITAGI belum merekomendasikan program dosis empat vaksinasi Covid-19 kepada masyarakat umum. Sebab, cakupan vaksin primer dan dosis penguat (booster) yang belum terpenuhi.

"ITAGI belum merekomendasikan vaksinasi dosis keempat. Cakupan dosis pertama sudah bagus 90-an persen. Dosis kedua agak rendah meskipun sudah lumayan juga, sudah 81 persen," kata dia.

Sri mengatakan hingga saat ini ITAGI belum diminta tanggapan oleh Kementerian Kesehatan RI perihal dosis keempat atau booster kedua untuk masyarakat umum. "Sebetulnya secara resmi belum ditanyakan kepada kami. Kalau ngobrol-ngobrol iya," ujarnya.

ITAGI pernah memberikan kajian kepada Kemenkes terkait dosis empat hanya untuk masyarakat yang berisiko tinggi, misalnya lansia di atas 65 tahun, masyarakat dengan komorbid maupun gangguan imun tubuh. "Itu yang dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tapi kan setiap negara lain punya kesimpulannya sendiri. Seperti di Thailand, tren wisata yang mumpuniya jadi pegawai wisata itu didahulukan untuk dosis empat," katanya.

Terkait situasi di Indonesia, Sri meminta pemerintah untuk memperhatikan cakupan vaksinasi dosis lengkap primer maupun dosis ketiga booster yang belum tercapai.

Terkait dosisi keempat, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman mengatakan, pemberian vaksinasi dosis keempat juga harus dikejar. Pasalnya, imunitas setiap orang akan terus berkurang seiring berjalannya waktu.

“Kita harus mempercepat pemberian dosis tiga dan empat khususnya pada kelompok rawan. Mau nggak mau harus dikejar saat ini untuk dosis keempat," kata Dicky kepada Republika, Jumat (22/7/2022).

Menurut Dicky vaksin dosis keempat perlu diberikan kepada kelompok masyarakat berisiko tinggi, seperti lanjut usia (lansia), memiliki komorbid, serta petugas pelayanan publik. Jarak pemberian vaksin dosis keempat, lanjut Dicky bila sudah lebih dari empat bulan menerima vaksin dosis ketiga.

“Pemberian vaksin dosis keempat itu memberikan proteksi perlindungan 64 persen dari potensi masuk rumah sakit. Dan 72 persen proteksi dari kematian, ini untuk kelompok rawan," kata dia.

Dicky mengatakan, di Australia sudah mulai melakukan pemberian dosis keempat sejak tiga hari lalu. Untuk di Indonesia, ia memandang masih sulit dilakukan lantaran masih terbatasnya ketersediaan vaksin dan pemerintah masih fokus untuk mempercepat cakupan vaksinasi dosis penuh dan ketiga.

“Kalau kita misalnya dosis ketiganya saja misalnya baru kemarin, ya bisanya nunggu, nggak mesti dikejar-kejar. Tapi pada kelompok yang rawan sekali kalau dia sudah mendapatkan dosis ketiganya lebih dari empat bulan, ya diberi dosis keempat," Kata Dicky.

Baca Juga

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan vaksin dosis empat untuk masyarakat umum mulai dipertimbangkan pemerintah, sebab adanya prediksi pandemi Covid-19 yang berkepanjangan. "Beberapa negara sudah mulai dosis empat (booster) kedua. Perencanaan itu sudah ada pertimbangannya di Indonesia, karena pandemi jangka panjang," kata Mohammad Syahril yang dikonfirmasi via telepon.

Syahril mengatakan sejumlah pakar epidemiologi memperkirakan status pandemi Covid-19 di dunia akan berlangsung dalam waktu yang cukup panjang. Sementara, para pakar ilmu kesehatan telah menyimpulkan bahwa vaksin Covid-19 dosis lengkap primer serta dosis penguat (booster) sebagai penambah daya tahan tubuh dapat menurun dalam waktu enam bulan.

"Masa aktif atau respons vaksin antibodi setelah enam bulan menurun," katanya.

Apabila terjadi pandemi berkepanjangan, kata Syahril, ada kemungkinan rekomendasi dari berbagai pihak untuk penyelenggaraan program vaksinasi booster kedua. Hal lain yang menjadi pembahasan adalah kemampuan pemerintah dalam penyediaan stok vaksin untuk dosis keempat. "Sehingga, saat ini kita masih fokus dulu pada pencapaian vaksinasi dosis lengkap primer dan penguat (dosis ketiga)," katanya.

Ketua Satuan Tugas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof Zubairi Djoerban menilai pemerintah lebih baik memprioritaskan untuk menggenjot pencapaian vaksinasi dosis ketiga. "Booster yang pertama saja masih belum sampai target-nya. Jadi (lebih baik) itu dulu prioritas-nya. Dari data-data, memang kita masih kurang (pencapaian vaksinasi dosis ketiga) jadi harus secepatnya," kata Prof Zubairi.

Dari sisi kebutuhan nasional, pihaknya melihat adanya urgensi tercapainya target vaksinasi booster pertama (dosis ketiga) sehingga seharusnya pemerintah mengutamakan pencapaian tersebut. "Dalam hal perlindungan untuk rakyat, tentu saya setuju prioritas booster yang pertama. Booster kedua, nanti dulu lah dari sisi program nasional," katanya.

Vaksinasi dosis ketiga banyak membantu mencegah kondisi gawat bila seseorang terinfeksi Covid-19. "Booster yang pertama juga banyak menolong," katanya.

Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 melaporkan sebanyak 53.891.018 (53,89 juta) penduduk Indonesia sudah menerima vaksin booster setelah bertambah 60.737 orang hingga Jumat, pukul 12.00 WIB. Menurut data Satgas, sebanyak 169.719.432 orang juga sudah menerima dosis lengkap vaksin Covid-19. Jumlahnya bertambah 15.488 dari hari sebelumnya.

Satgas menyatakan 208.265.720 warga Indonesia ditargetkan sebagai penerima vaksin, dengan tujuan antibodi setiap orang tetap terjaga sekaligus menjadi upaya dalam mengurangi fatalitas akibat penularan Covid-19.

Kemenkes menyatakan, orang tidak di-booster 20 kali risikonya lebih tinggi dibandingkan dengan orang yang di-booster. Dosis ketiga harus ditingkatkan lebih banyak lagi karena kasus positif di Indonesia kembali mengalami kenaikan yang harus diantisipasi.

Vaksin Covid-19 anak - (Republika)

 
Berita Terpopuler